Selamat membaca! 🧡
____________________
Ciara selesai sarapan dan akan berganti pakaian. Galen mengantarnya, berjalan di sebelahnya dengan sangat protektif. Ciara sendiri bingung kenapa Galen justru merasa tidak aman saat di mansionnya sendiri. Namun, Ciara tidak menolak dan mengikutinya. Ia ingat saat makan tadi, Galen menggunakan permintaan terakhirnya agar Ciara menurut. Ciara sudah berjanji, jadi dia menyetujuinya dengan beberapa syarat dan pengecualian.
Ciara merasa Galen memang bermaksud memonopolinya. Agak berat menyetujui perkataan Galen, tetapi ia tidak ingin berdebat. Sejauh ini, ia merasa baik-baik saja di bawah dominasi Galen. Tentang perjanjian, ia sudah berencana akan melanggar jika memang itu perlu. Sebenarnya ia hanya tidak ingin bertengkar saja dengan Galen makanya menurut.
Lagian enggak ada ruginya nurut Kak Galen. Dia lebih bucin dan nurutin aku, batinnya.
"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Galen saat menoleh ke arah Ciara.
"Apa?" Ciara berhenti dan menoleh ke arah Galen.
"Kamu nyengir mulu dari tadi, mikirin apa?" tanya Galen seraya mencubit hidung Ciara.
"Mikirin Kakak," jawab Ciara setelah menurunkan tangan Galen dari hidungnya.
"Kamu ngerencanain apa?" tanya Galen penuh selidik.
"Jangan mikir negatif!" Ciara menepuk lengan Galen dan melanjutkan langkahnya.
"Y-ya! Aku harus tahu, katakan!" Galen mendahului Ciara dan menghadangnya.
"Astaga, bukan apa-apa, Kak. Aku hanya mikirin hal lucu aja," sahut Ciara.
"Aku enggak percaya." Galen menatap serius. "Katakan atau ...."
"Atau apa?" Ciara menengadah, menantang Galen.
"Aish, kamu ini, ya!" Galen menunduk dan mencium Ciara dalam.
"Kakh!" Ciara mendorong dada Galen hingga ciumannya terlepas. "Nanti dilihat orang," ucapnya saat kembali bertatapan dengan Galen.
"Apa aku terlihat peduli?" tanya Galen santai.
"Ya Tuhan." Ciara meraup wajahnya dan bergidik ngeri. Galen cukup menyebalkan jika penasaran. Seolah semuanya harus diketahui, semuanya harus berada di bawah kontrolnya.
"Apa yang kamu pikirkan, Sayang?" Galen mengusap lembut pipi Ciara, kali ini tatapannya lebih teduh dari sebelumnya.
"Menurut Kakak apa?" tanya Ciara jengkel. Ia justru jengkel melihat sikap Galen yang seperti ini. Bahkan ia heran kenapa bisa begitu menyukai Galen dulu.
"Hadiah dariku kurang, dan kamu mau yang lain?" tebak Galen.
Ciara mencubit lengan Galen gemas. "Aku udah cukup menerima banyak dari Kakak. Memangnya aku materialistis sampai merasa kurang dengan semua yang Kakak berikan?" ucapnya kesal.
"Yak, bisa saja enggak sesuai, Sayang," sahut Galen.
"Kalau enggak sesuai Ciara bakal beli sendiri apa pun sesuka Ciara pakai duit Kakak," balas Ciara cepat.
"Ah, benar juga." Galen tersenyum dan mengangguk. "Lalu kamu mikir apa?" tanyanya.
"Enggak mikir apa-apa, Kak," jawab Ciara lagi.
"Jangan-jangan ...." Galen menyipitkan matanya menatap Ciara.
"Jangan-jangan apa?" Ciara tampak gugup secara tiba-tiba.
"Jangan-jangan kamu bayangin kita pas di taman kemarin?" Galen berkedip nakal.
"Y-ya!!!" Ciara mengangkat kedua tangannya dan memukuli dada Galen. "Mesum! Mana ada Ciara mikirin itu," teriaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)
RomansaGalen sudah membulatkan tekad untuk menjauhkan Ciara dari kehidupannya untuk sementara waktu. Ciara menyetujui keputusan Galen dan mereka berpisah, bahkan mereka memilih break dari hubungan asmaranya. Galen kembali pada urusan gangsternya, dan Ciara...