57. Curhat

373 23 0
                                    

Yooo selamat malam Senin, semuaaa!!!

Jangan lupa vote sebelum membaca, juga early access ada di karyakarsa, ya! Link di bio atau cek aja @MeloPearl

Selamat membaca! 🧡

_________________


Galen mengantar Ciara ke sebuah ruangan besar yang disebut salon olehnya. Setelah memberikan kecupan pada kening gadis itu, ia pun pergi keluar. Galen masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai satu. Mungkin ia juga akan membawa beberapa botol minuman untuk teman mengobrol dengan Yuzuru. Ia paham Ciara akan memakan waktu lama saat melakukan perawatan.

Galen bertemu dengan Anthony yang siaga berada di ruang tengah. Ia menghampirinya dan menyuruh Anthony untuk meminta pada pelayan membawakan minuman ke ruangan Yuzuru. Setelah itu, ia bergegas ke ruangan Yuzuru sembari memeriksa kantung jaketnya.

Galen membuka pintu kamar Yuzuru tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Pemandangan pertama yang dilihat cukup mencengangkan. Yuzuru duduk santai, bersandar pada kepala ranjang dengan kaki yang ditekuk. Kedua tangannya sibuk memencet tombol pada layar ponselnya. Yang lebih mencengangkan, Yuzuru hanya memakai celana jeans panjang saja. Semua perban di tubuh dan kepalanya telah dilepas, meninggalkan plester kecil di dahinya.

"Lo kelihatan kayak pasien rumah sakit jiwa," komentar Galen setelah berjalan mendekat.

"Apa?" Yuzuru menyahut tanpa menoleh ke arah Galen. Ia masih sibuk memainkan game di ponselnya.

Galen berdecak karena merasa diabaikan. Ia merogoh dalam saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah pistol. Ia mengarahkan ujung pistol ke samping kepala Yuzuru. Yuzuru tetap bergeming, ia menempelkan senjata api itu di pelipis Yuzuru.

"Lo enggak noleh, gue tarik pelatuknya!" ancam Galen dengan suara tenang.

"Yak! Kenapa kau menggangguku? Aku kira kau sedang berkencan dengan Ciara. Janganlah mengganggu kesenanganku!" omel Yuzuru.

"Gue enggak segan bunuh lo sekarang, anggap aja ini tebusan nyawa yang gue selamatkan beberapa hari lalu," ujar Galen.

"Shit!" Yuzuru mematikan ponselnya dan menoleh ke arah Galen. Ia menatap malas temannya yang belum juga menurunkan tangannya yang memegang pistol itu.

"Ada apa?" tanya Yuzuru kemudian.

"Gue mau curhat," sahut Galen singkat.

"Apa itu semacam mencurahkan isi hati dan membagi rahasia?" tanya Yuzuru sembari tersenyum geli.

"Diam!" Galen melempar pistolnya ke pangkuan Yuzuru. "Kita ke ruangan sebelah, aku mau mengobrol sesuatu!" imbuhnya.

Yuzuru memeriksa senjata api yang dilempar oleh Galen padanya. Tanpa mencerna ucapan Galen, ia tersenyum cerah.

"Jadi, ini buatku?" tanyanya polos.

"Hanya jika kau mendengarkanku," sahut Galen.

"Tentu saja aku akan mendengarkan. Astaga, terima kasih, Kawan! Ini adalah yang kuinginkan selama ini," ucap Yuzuru senang.

"Ikuti aku!"

Galen keluar dari kamar Yuzuru dan masuk ke sebuah ruangan di sebelahnya. Di sana hanya ruang kosong berisi tempat duduk dan beberapa rak buku yang isinya penuh. Di depannya ada pemandangan luar yang bisa dinikmati sembari mengobrol. Galen sudah mendapatkan botol anggur di atas meja saat tiba. Ia pun duduk menghadap jendela kaca besar.

"Di mana Ciara?" tanya Yuzuru yang kini sudah mengenakan kemeja berwarna putih.

"Sedang perawatan," sahut Galen singkat.

Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang