53. Menerima Tamu

362 34 4
                                    

Jangan lupa votenya, ya...

Early access ada di karyakarsa MeloPearl (link di bio).

Selamat membaca! 🧡

____________________

Tangan Ciara menyentuh gagang pintu, tinggal menariknya, pintu itu akan terbuka. Namun, Ciara dikejutkan oleh pelukan tangan yang melingkar di perutnya. Ia refleks menoleh ke belakang, mendapati Galen tengah menatapnya.

"A-ada tamu, Kak," ucap Ciara pelan. Raut wajahnya tampak takut karena merasa melanggar pesan Galen.

"Ingat pesanku tadi, Sayang?" tanya Galen pelan, tetapi penuh penekanan pada setiap kata yang diucapkan.

Ciara mengangguk. "T-tapi tamunya tekan bel terus. Kakak juga enggak balik-balik," ucapnya.

Galen tersenyum kecil. "Pergi ke kamar! Letaknya di sebelah ruang tempat kamu duduk tadi. Pintunya enggak tertutup, jadi masuklah. Biar aku yang terima tamunya," ucapnya.

Ciara mengangguk lagi. Tanpa menunggu waktu lama, ia enyah dari depan pintu.

Galen menghela napas panjang saat Ciara sudah pergi. Ia melihat ke layar intercom dan tampak kesal.

"Kau tahu dari mana aku di sini?" tanya Galen langsung.

"Ah, aku melihat mobilmu tadi. Kebetulan saja aku di sini," jawab laki-laki yang berada di luar.

"Pergilah!" ucap Galen malas.

"Bagaimana bisa kau mengusirku seperti ini? Minimal buka pintunya, kita lama tidak bertemu," jawab dari luar.

"Louis, aku tidak sedang ingin bermain-main," ucap Galen.

"Kenapa kau begitu jahat padaku? Aku ini sepupumu. Bahkan kau menerima baik ayahku," jawab laki-laki yang dipanggil Louis oleh Galen.

Galen menghela napas lagi. Ia mematikan layar intercom dan membuka pintu. Alih-alih menyuruh sang sepupu masuk, ia justru yang keluar. Bagaimanapun, Galen tidak ingin terlalu lama bersama Louis. Ia paham bagaimana sepupunya, dan itu cukup bahaya. Sebab, Louis bisa saja memanfaatkannya untuk kepentingan sendiri. Berbeda dengan Greg, Louis sang anak sangat tidak loyal. Louis akan berpihak pada orang yang membuatnya untung.

"Kau sama sekali tidak mengizinkanku masuk? Astaga, ini rumah orang tuaku," ucap Louis yang kini mengikuti Galen duduk di kursi yang ada di depan rumah.

Galen tersenyum sengit. Meskipun rumah itu milik keluarga Louis, bahkan Louis sendiri tidak diberikan kata sandi rumah itu oleh ayahnya. Galen menduga bahwa Louis juga memiliki rumah sendiri di sana.

"Aku tidak ada waktu untuk mengajakmu minum lemonade atau menikmati buah yang rasanya asam," jawab Galen.

"Sayang sekali, padahal itu menyegarkan." Louis tampak kecewa. "Ah, atau kau sudah tidak sabar untuk bermain bersama pelacurmu tadi?" tanyanya dengan seringai di bibirnya.

Galen menajamkan matanya menatap Louis. "Jaga bicaramu atau kau akan kutenggelamkan ke dasar laut!" ucapnya geram.

"O-oh, jadi dia siapa? Pacarmu? Astaga, aku tidak menyangka kau akan memiliki seorang pacar yang manis. Aku tidak menyangka kau akan pacaran juga," ucap Louis pura-pura terkejut.

Galen menatap jengkel pada kakak sepupunya yang berwajah setengah bule itu. Ia ingin sekali mencekiknya dan menyeretnya ke laut. Louis merupakan putra semata wayang Greg dengan istrinya yang orang Australia asli. Namun, Louis sangat berbeda dengan ayahnya. Bahkan Greg sendiri cukup kewalahan menghadapi Louis. Meskipun begitu, Greg tidak bersikap keras pada putra satu-satunya yang merupakan kesayangan ibunya. Selama ini Galen juga tidak bisa melakukan apa pun pada Louis karena menghormati sang paman.

Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang