Selamat membaca! 🧡
_______________
Ciara memeriksa ke balkon dan menatap ke langit. Suasana terang meski malam hari. Bintang gemintang berkelap-kelip dengan riang seolah menyapanya. Senyum di wajah Ciara tidak luntur setelah makan malam tadi. Galen mengajaknya pergi jalan-jalan malam ini menggunakan mobil. Berkendara di malam hari bersama Galen adalah salah satu keinginan terbesarnya. Apa lagi setelah Galen pernah mengajaknya ke arena balap liar dulu. Ciara ingin jalan-jalan. Ciara ingin menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama Galen.
Ciara merapatkan jaket hitamnya dan menghela napas panjang. Ia melihat kembali penampilannya. Ia selalu merasa nyaman dengan rok, jadi ia memakainya. Rok jeans pendek, kaus putih pendek, dan juga jaket hitam yang pas di badannya. Tak lupa sepatu Converse yang melengkapi penampilannya.
Ciara mendengar bunyi langkah menghampirinya. Ia menoleh ke belakang, mendapati Galen berjalan ringan ke arahnya. Ia tersenyum kecil, berbalik dan menyandarkan pinggangnya pada pembatas balkon. Kedua kakinya menyilang dengan tangan yang bertumpu di masing-masing sisi tubuhnya.
Ciara menengadah tatkala Galen berdiri tepat dihadapannya dan menunduk ke arahnya.
"Kenapa kamu selalu kelihatan manis?" tanya Galen seraya menumpukan kedua telapak tangannya pada pembatas balkon, mengurung tubuh Ciara.
Ciara nyengir mendengar perkataan Galen. Galen mungkin dingin di luar, tetapi laki-laki itu sering memujinya. Sebenarnya ia merasa biasa saja, tidak ada yang spesial dari dirinya. Namun, Galen berhasil membuatnya percaya diri.
"Terima kasih banyak, Kak," ucap Ciara tulus. "Kakak juga sangat tampan."
Galen terkekeh pelan mendengar pujian balasan dari Ciara. Ia menunduk dan mengecup lembut kening Ciara.
“Katanya aku emang selalu tampan,” balas Galen percaya diri.
Ciara mencebik mendengar pernyataan narsis dari Galen. “Nyesel udah muji Kakak,” ucapnya.
“Aku bicara fakta,” sahut Galen cepat.
“Dasar, narsis banget.” Ciara memukul pelan dada Galen.
Galen memegang tangan Ciara dan menurunkannya. Tatapannya berubah serius sekarang.
"Aku masih punya dua permintaan untukmu, bukan?" tanya Galen pelan.
Ciara mengerucutkan bibirnya dan mengangguk. "Tapi aku enggak mau Kakak minta sekarang," ucapnya. Ia tidak mau Galen bicara atau berbuat macam-macam. Malam ini akan menjadi malam yang menyenangkan. Ia tidak ingin memikirkan apa pun yang membuat beban.
Galen menarik sudut bibirnya. Ia kembali menunduk dan mengecup pipi Ciara.
"Aku enggak mau minta aneh-aneh, kok. Kamu kelihatan takut banget," komentarnya.
"Abisnya," balas Ciara.
Galen mengacak pelan puncak kepala Ciara dan menegakkan tubuhnya. Ia mengambil sesuatu dari saku celananya, sebuah kotak beludru berwarna merah. Ia menyodorkan benda itu pada Ciara.
"Buka!" pintanya.
Ciara tampak terkejut dengan apa yang diberikan oleh Galen. Ia menatap Galen sebentar sebelum akhirnya menerima kotak kecil itu.
"Apa ini cincin? Kakak ngelamar aku?" Ciara menatap bingung. "Mana kita lagi break, Kakak malah mau ngajak serius," imbuhnya.
Galen terkekeh lagi. Kedua tangannya terangkat dan mencubit gemas pipi Ciara.
"Jangan banyak tanya dan berspekulasi begitu. Buka aja dulu!" ucapnya dan melepaskan kedua tangannya.
Ciara pun dengan tidak sabar membuka kotak itu. Kedua matanya membulat sempurna melihat apa yang ada di dalam kotak mewah itu. Bukan cincin seperti yang dipikirkan, melainkan sebuah kalung yang tak kalah mewah dari kotaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)
RomanceGalen sudah membulatkan tekad untuk menjauhkan Ciara dari kehidupannya untuk sementara waktu. Ciara menyetujui keputusan Galen dan mereka berpisah, bahkan mereka memilih break dari hubungan asmaranya. Galen kembali pada urusan gangsternya, dan Ciara...