Selamat membaca! 🧡
_____________
Gavin turun dari motornya dan berjalan cepat memasuki markas. Di dalam ada Gerald, Geo dan juga El yang duduk di sofa melingkar, saling berhadapan. Tampaknya kehadirannya yang tiba-tiba membuat mereka terkejut. Gavin tidak peduli, ia menyapukan pandangan ke seluruh ruangan. Namun, ia tidak menemukan orang yang dicari.
"Kak Galen mana?" tanyanya dingin.
"Sopan dikit ada Kak El, Gav!" tegur Gerald yang kini bangkit, mendekat ke arah Gavin.
Gavin menghela napas dan menatap El sejenak. "Gavin minta maaf, Kak. Tapi kali ini Gavin lagi marah," ucapnya jauh lebih sopan.
El tersenyum kecil dan mengangguk. Ia tidak mengambil hati perilaku Gavin. Agaknya ia tahu kenapa Gavin bersikap seperti itu. Jadi, ia bisa memaklumi. Gavin yang biasanya bersikap ceria dan kini berubah datar, berarti ada sesuatu yang benar-benar membuatnya marah.
"Di mana si tolol itu?" tanya Gavin pada Gerald.
"Sopan dikit!" tegur Gerald lagi. Ia pun menyeret adiknya keluar.
"Dia kurang ajar, Kak. Dan sekarang dia kayak pengecut yang menghilang gitu aja?" tanya Gavin kesal.
"Itu urusannya, lo enggak berhak kesal kayak gini!" sahut Gerald.
"Fuck! Kalian berdua sama aja. Kalau gitu gue bakal cari dia sendiri." Gavin pun berjalan cepat menuju motornya.
Gerald mengikutinya dan menyeret Gavin lagi. "Gue pergi sama lo. Tunggu bentar!"
Gerald mengambil helm yang ada di motornya dan menggonceng Gavin di belakang. Ia tidak akan membiarkan Gavin melakukan hal kurang ajar pada kakak tertuanya. Setelah itu, Gavin melajukan motornya menuju suatu tempat yang ia yakini Galen berada di sana.
Gavin mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia baru memelankan laju motornya saat memasuki area hutan. Gerald bahkan menepuk pundaknya berkali-kali karena adiknya itu hampir menabrak sesuatu yang ada di hadapannya.
Setelah tiba di rumah mereka yang ada di hutan, Gavin segera menghentikan motornya dan turun. Ia berlari memasuki rumah, Gerald berusaha mengejarnya. Saat baru saja masuk ke dalam rumah, Gavin sudah berlari turun dari tangga. Gerald mengikuti Gavin yang berlari keluar menuju sungai yang ada di dekat sana.
Gerald merasa jengkel karena harus berlari-lari mengejar Gavin. Hingga ia terjungkal karena tak sengaja tersandung akar pohon yang cukup besar. Kemudian, saat ia baru saja bangkit, tiba-tiba Gavin sudah melayangkan tendangannya ke arah Galen yang berdiri di tepi sungai.
"Lo goblok banget kalau urusan percintaan, bangsat!" teriak Gavin pada Galen yang sekarang tengah berusaha berenang ke tepian.
Galen yang terkejut dan tidak menduga adanya Gavin di sana pun sangat syok. Belum lagi dinginnya air sungai membuat tubuhnya tidak nyaman. Ia meraih bebatuan di pinggir sungai dan naik ke daratan. Ia bahkan tidak mempedulikan umpatan Gavin padanya.
"Gav, lo jangan kurang ajar!" Gerald berlari mendekat dan menengahi keduanya.
"Dia yang kurang ajar, Kak!" Gavin menunjuk Galen dengan penuh amarah. "Gue mergokin dia masuk ke hotel sama cewek lain semalam. Karena gue ada urusan sama temen, gue enggak bisa datengin dia." Gavin menjeda ucapannya dan mengatur napasnya yang memburu.
Gerald tampak terkejut, berbeda dengan Galen yang tampak pasrah.
"Tapi bukan itu yang bikin gue kesal. Gue kira dia cuma jalanin misi doang. Tapi apa? Dia enggak angkat telepon dari Kak Ciara. Dia juga enggak angkat telepon dari July di sana. Kalian tahu? Kak Ciara sakit, dan si brengsek ini malah berduaan sama cewek lain!" teriak Gavin, kali ini pada Gerald.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)
RomanceGalen sudah membulatkan tekad untuk menjauhkan Ciara dari kehidupannya untuk sementara waktu. Ciara menyetujui keputusan Galen dan mereka berpisah, bahkan mereka memilih break dari hubungan asmaranya. Galen kembali pada urusan gangsternya, dan Ciara...