56. Lebih Dewasa

512 22 0
                                    

Yoooo, i'm back!
Jangan lupa vote sebelum baca, dan early access ada di karyakarsa yaa...

Selamat membaca! 🧡

________________


Ciara cukup lama menangis dengan posisi bersandar pada perut Galen. Sampai pada akhirnya Galen mengangkat tubuh Ciara dan menggendongnya. Ia beralih duduk di tepi ranjang dengan Ciara di pangkuannya. Terlihat lelah menangis, dan tidak berdaya. Galen mendekap tubuh ramping itu dan mengusap-usap punggungnya.

"Sudah?" tanya Galen lembut.

Ciara menggeleng, tanda belum selesai dengan perasaannya. Namun, kini tangisnya tinggal isakan saja. Air matanya seperti sudah habis dan tidak mau keluar. Meskipun begitu, matanya terasa perih dan berat. Ia juga tidak ingin melakukan apa-apa selain bersandar pada tubuh Galen.

"Aku ikut Kakak ke Indonesia, ya?!" ucap Ciara dengan suara parau.

Galen menghela napas berat. Ciara mulai berubah pikiran dan sikap lagi. Gadisnya itu masih mudah goyah.

"Bukan tindakan tepat kalau kamu ikut aku, Sayang," balas Galen berusaha membujuk Ciara.

"Kenapa? Toh aku di sini juga enggak aman. Kalau soal Papi, mungkin aku bisa bahas dengan July. Mungkin mereka mau pergi sama kita," ucap Ciara.

"Sayang!" Galen menangkup wajah Ciara dan menatapnya lembut. "Sabar dulu, ya! Aku tahu situasi saat ini kacau banget, tapi aku berjanji bakal lindungin kamu, sekali pun aku jauh."

"Aku pengin ikut Kakak," desis Ciara.

"Aku pun, aku juga pengin banget sama kamu terus. Hanya saja, sekali pun kamu ikut balik ke Indonesia, aku tetep bakal sibuk dan enggak janji bisa tetep tinggal di rumah sama kamu," balas Galen.

"Setidaknya ada waktu beberapa jam, atau bahkan beberapa menit dalam sehari aku bisa bertemu Kakak," sahut Ciara keukeuh.

"Itu enggak ada bedanya, Sayang. Aku juga enggak yakin bisa menggunakan sedikit waktu saja saat bersamamu. Lagi pula, aku akan berkunjung ke sini juga nanti," ucap Galen menenangkan.

Ciara mencebik. Ia mengusap sisa air matanya dan menghela napas.

"Katakan saja Kakak sengaja menjauhkanku," cibirnya.

"Memang begitu." Galen tertawa pelan.

"Dasar!" Ciara memukul dada Galen, kemudian menyandarkan kepalanya di pundak Galen lagi.

"Jangan sedih, jangan berpikir berlebihan, Sayang. Kita akan melalui semua ini. Fokus pada ujianmu mendatang supaya kamu cepet lulus juga. Jangan mikirin apa-apa selain itu, biar aku yang mengurus semuanya," bisik Galen.

Ciara mengangguk mendengar perkataan Galen yang menenangkan. Ia setuju dengan perkataan Galen bahwa ia harus menyelesaikan urusannya terlebih dahulu. Mungkin hal itu juga dapat membantu Galen sedikit dibandingkan harus nekat untuk pergi bersama Galen.

"Tiba-tiba Ciara pengin pergi ke salon," ucap Ciara.

"Kenapa cewek selalu begitu tiap menghadapi masalah?" tanya Galen dengan senyum geli.

"Melakukan perawatan bisa membuat tubuh rileks dan stres hilang," sahut Ciara cepat.

"Kita pergi ke mansion aja, kamu lebih aman di sana," balas Galen.

"Apa yang enggak ada di tempat Kakak?" Ciara menegakkan tubuhnya dan menatap Galen.

"Aku akan berusaha mengadakan semua yang kamu inginkan," sahut Galen santai.

Ciara berdecak. "Seharusnya menyenangkan saat semua keinginan tergapai. Hanya saja, keinginanku buat hidup tenang sama Kakak susah banget," keluhnya.

"Jangan serakah, Sayang! Setiap manusia memiliki porsi masing-masing dalam kehidupannya. Enggak ada yang semuanya enak," sahut Galen atas keluhan Ciara.

Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang