4. Di Kampus

1.1K 66 1
                                    


Selamat membaca! 🧡

_______________

Galen mempercepat laju mobilnya saat perjalanan menuju kampus. Ia tadi bangun kesiangan, padahal pagi ini ada kuis. Ia bahkan lupa jam berapa ia tertidur, yang jelas ia ketiduran saat melakukan panggilan video dengan Ciara. Ia bahkan belum sempat mengecek ponselnya lagi, yang penting sekarang adalah sampai di kampus terlebih dahulu.

Galen memarkirkan mobilnya di parkiran kampus dan berlari menuju kelasnya. Beruntung kelas hari ini berada di lantai satu, jadi ia tidak perlu naik lift. Ia menenteng tas ranselnya dan masuk ke dalam kelas. Bersyukur karena belum ada dosen di dalam.

"Gal, satu kelompok sama aku, ya?" pinta Ria yang kini duduk di sebelah Galen. Sebelumnya kursi sebelah Galen memang kosong. Karena agak telat, jadi Galen terpaksa duduk di kursi belakang.

"Kelompok apa?" Galen bertanya dengan bingung.

"Kamu belum buka grup kelas?" tanya Ria.

Galen menggeleng pelan.

"Profesor enggak bisa mengajar di kelas hari ini. Jadi kita cuma dikasih tugas, berkelompok," jelas Ria.

"Oh iya?" Galen masih belum menjawab ajakan Ria. Ia justru mengecek grup kelasnya untuk membaca informasi. Benar saja, dosennya pagi ini tidak hadir. Ia menghela napas, seharusnya tidak perlu buru-buru tadi.

"Benar, Gal. Ngomong-ngomong, kamu mau berkelompok sama aku?" tanya Ria lagi.

Galen menatap Ria sejenak. "Kenapa enggak sama temen lo?" tanyanya. Teman yang dimaksud oleh Galen adalah Jana.

"Dia enggak mau sama aku karena mau deketin kamu, Gal," sahut Jana yang tiba-tiba menghampiri Galen dan Ria.

Galen menoleh ke arah Jana dan mengerutkan dahinya. Semenjak kejadian di toilet itu, Jana lebih banyak diam. Galen suka karena Jana tidak lagi menggodanya. Namun, kini Jana kembali mau bicara padanya. Bahkan wanita itu jauh lebih percaya diri dari sebelumnya. Ia mengangguk paham, tidak ingin lebih penasaran.

"Gue enggak maksud gitu, Jan. Kalau lo mau gabung kami, boleh, kok," sahut Ria.

"Oh, ya? Lalu gimana sama Galen?" tanya Jana lagi.

"Gue belum menyetujui mau jadi kelompok lo. Kalau perlu, kalian berdua aja yang satu kelompok, gue gampang," sahut Galen.

"Tapi aku mau sama kamu, Gal," ucap Jana dan Ria bersamaan.

Galen mengerutkan dahinya lagi.

"Atau kamu pilih salah satu di antara kami, deh," usul Ria.

"Galen pasti milih gue, Ria," sahut Jana.

"Kalian udah agak lama saling diam. Gue kira terjadi sesuatu, dan mungkin Galen enggak bakal milih lo," balas Ria.

"Dan lo yakin kalau Galen bakal mau sama lo gitu?" Jana tersenyum sinis. "Dulu lo seolah dukung gue sama Galen, sekarang lo mau jadi saingan gue?" tanyanya sinis.

"Gue beraniin diri buat deketin Galen karena tiba-tiba gue yakin bukan cewek seperti lo yang jadi tipe Galen. Jadi, gue rasa adil-adil saja kalau gue juga usaha," sahut Ria.

Galen tidak habis pikir dengan dua orang sahabat yang kini justru menjadi rival itu. Apa lagi, perdebatan mereka adalah karena dirinya. Galen bahkan heran kenapa Jana dan Ria berdebat di hadapannya. Kemudian dari sana ia dapat menarik kesimpulan bahwa Jana tidak ingin kalah dari Ria makanya kembali mendekatinya dan mau bicara padanya. Galen tersenyum sengit, rupanya pelajaran yang ia berikan tidak membuat Jana jera.

"Jadi, Gal, kamu milih siapa?" tanya Jana pada Galen. Kini nada suaranya berubah lembut.

"Gue enggak mau milih siapa-siapa," sahut Galen cuek.

Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang