55. Paket Misterius (2)

399 27 0
                                    

Halo halo, aku kembaliiii!!!!

Seperti biasa, vote sebelum baca dan kalau mau baca early access ada di karyakarsa @MeloPearl yaaa...

Selamat membaca! 🧡

______________

Galen selalu menggunakan waktu sebaik mungkin. Selama ini hampir tidak ada waktu yang terbuang sia-sia dalam hidupnya, kecuali mencintai seseorang yang tidak pernah melihatnya. Ya, itu sebenarnya sangat membuang waktu, bahkan sebagian besar hidupnya. Namun, itu tidak berlaku dalam tugas dan pekerjaannya. Ia selalu berusaha mengatur semuanya agar berjalan sesuai rencana.

Galen kembali dari pertemuannya bersama sang paman, Greg. Ia menyetir sendiri, tetapi membiarkan beberapa pengawal berada di belakangnya. Mereka juga termasuk Anthony yang tadi mengurus penguntit yang hampir membunuh Ciara. Seperti yang Galen duga sebelumnya, semua ada kaitannya dengan Louis. Kedatangan Louis tadi juga bukan merupakan ketidaksengajaan. Itu mengapa ia tidak begitu suka Ciara berada di mansionnya, juga kawasannya.

Galen berpikir membawa Ciara ke mansion bukan menjadi masalah. Ia sudah mengerahkan orang-orangnya untuk memperketat keamanan. Akan tetapi, Louis tentu memiliki akses khusus. Entah mengetahui keadaannya karena kedatangan Greg, atau hal lainnya yang memberikan informasi untuk Louis. Louis tidak bisa ditebak dan seenaknya. Jika El memiliki Akhilendra yang menyebalkan, maka ia mempunyai Louis yang tidak kalah memuakkan.

Sejak dulu, Galen tidak pernah dekat dengan Louis. Louis lebih dekat dengan keluarga sang ibu. Selain itu, Galen juga jarang berada di negara itu. Selebihnya, semua kekacauan yang dilakukan oleh Louis biasanya ditangani oleh Greg. Namun, kali ini rupanya Louis ingin bermain-main langsung dengannya. Galen tidak suka karena waktunya juga sangat tidak tepat.

"Aku tidak akan segan pada Louis jika dia terlalu jauh mengusikku, Paman."

"Aku akan mengurusnya, Galen. Aku minta maaf karena dia sudah bersikap kekanakan. Aku akan menyelesaikannya."

Galen mengingat percakapannya dengan sang paman. Ia harap pamannya berhasil menghentikan Louis. Untuk sekarang, ia sudah habis kesabaran. Ia benar-benar tidak akan segan untuk melenyapkan Louis jika terus mengganggu. Terlebih, Ciara yang menjadi sasaran.

Galen mengecek ponselnya dan mendapati pesan balasan dari Mark. Ia tidak membalas dan fokus menyetir. Pulang cepat adalah tujuannya sekarang. Setelah kabar yang diterima dari Mark, ia tidak bisa tenang. Isi kepalanya penuh dengan Ciara.

Galen sengaja tidak menghubungi Ciara dan akan langsung menemuinya saja. Mark sudah bercerita pada Galen tentang apa yang terjadi di sana. Seseorang mengirimi Ciara foto-fotonya yang entah diambil kapan. Tantu saja Galen sudah menebak bahwa itu adalah ulah Louis. Sekarang Rafael dan yang lain tengah mencari keberadaan Louis.

Galen tidak tahu apakah Ciara akan marah, atau sangat sedih. Mark berkata bahwa Ciara langsung mengurung diri di dalam kamar begitu melihat foto-foto yang dikirim secara misterius itu. Namun, Mark memastikan bahwa Ciara tidak melakukan hal aneh-aneh. Galen bersyukur akan hal itu.

Galen berjalan keluar dari mobil dan langsung menekan pin pintu rumah. Setibanya di ruang tengah, Mark telah berdiri hendak menyambutnya. Galen memasang wajah datar dan berjalan ke arah Mark.

"Rafael belum memberi kabar lagi, Tuan Muda," ucap Mark seraya menundukkan sedikit tubuhnya.

Galen tidak membalas. Ia mengambil amplop cokelat di atas meja dan menarik isinya. Galen berdecak setelah melihat foto-foto itu.

"Bakar saja foto ini," ucap Galen dan melempar amplop yang berisi foto itu ke atas meja.

"Baik, Tuan Muda." Mark mengambil amplop itu.

"Aku akan menemui Ciara. Pastikan tidak ada orang yang mengganggu lagi," ucap Galen dan melenggang pergi.

Mark dan Anthony yang ada di sana menunduk dan mempersilakan Galen pergi.

Galen menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Ah, siapkan makanan buat kami juga!" ucapnya.

"Baik, Tuan Muda," jawab Anthony.

Galen mengangguk. Ia kembali melanjutkan langkah.

Setibanya di depan pintu kamar. Galen langsung membukanya tanpa diketuk terlebih dahulu. Di dalam ada Ciara yang tengah memandangnya dengan cemberut. Terlihat lucu, tetapi Galen tidak bermaksud menggodanya kali ini.

"Kamu belum makan siang," ucap Galen ketika berhenti di hadapan Ciara yang duduk di tepi ranjang.

"Enggak pengin makan," sahut Ciara kesal.

Galen tersenyum kecil. Ia berjongkok di depan Ciara dan mendengak menatap gadisnya itu.

"Kamu boleh marah sama aku, tapi jangan mogok makan!" ucap Galen lembut.

"Ciara bahkan enggak tahu harus marah apa enggak. Ciara tahu itu foto Kakak udah lama. Jadi, rasanya aneh kalau Ciara harus cemburu dengan kelakuan Kakak di masa lalu. Rasanya aneh kalau Ciara harus marah. Tapi Ciara kesal," ucap Ciara sembari bersungut-sungut.

Galen memegang tangan Ciara dan membawanya ke pipi. Ia cukup terkesan dengan kemajuan Ciara. Gadis itu lebih teliti dan tidak langsung terpengaruh dengan foto itu. Namun, bagaimanapun ia tetap merasa bersalah.

"Aku minta maaf udah merusak suasana hati kamu," ucap Galen lembut.

"Sebenernya bukan Kakak." Ciara menghela napas. "Apa ini ulah Louis? Dia yang ngirim?" tanyanya.

Galen mengangguk. "Itu sebabnya aku enggak pengin ajak kamu ke mansion. Bahaya di mana-mana, Sayang. Hanya saja, aku berusaha mencegah Louis. Setidaknya Paman bisa menanganinya nanti," terangnya.

"Ciara kesal," ucap Ciara.

"Marah sama aku! Kamu boleh tampar aku," balas Galen.

"Enggak ada gunanya. Itu udah lewat juga. Asal Kakak sekarang jangan macam-macam!" ucap Ciara memperingati.

"Iya, Sayang." Galen mengecup punggung tangan Ciara. "Ngomong-ngomong, kenapa kamu jeli sekali? Kenapa kamu tahu kalau itu foto lama?" tanyanya penasaran.

"Hanya orang bodoh yang enggak menyadari itu. Penampilan Kakak juga beda. Beruntung sekali cewek itu," celoteh Ciara.

Galen berdiri dan memeluk Ciara yang masih duduk. Ia mengusap lembut rambut panjangnya. Ciara sedang cemburu, dan itu sangat wajar. Ia juga pernah merasakan hal yang sama setiap melihat Raffa.

"Aku senang karena kamu sadar itu. Tapi aku sedih karena kamu juga sedih. Marahlah kalau marah, lampiaskan semuanya ke aku," ucap Galen.

Ciara merasa sesak saat mendengar perkataan Galen. Rasa sakit yang ditahannya sejak tadi akhirnya membuncah. Ia sudah mengurung diri karena tidak mau melihat raut kasihan dan iba dari Rafael dan Mark. Ia bermain gim, membaca novel di ponsel, dan melakukan semua hal yang dapat menghibur diri. Namun, kali ini air matanya yang sejak tadi ditahan akhirnya keluar.

"Semuanya menyebalkan!" Ciara mulai terisak. "Ciara enggak tahu harus nyalahin siapa."

Galen turut merasakan sakit setelah mendengar suara serak Ciara. Ia tidak menyahut, memilih mendengarkan isi hati gadis itu.

"Ciara benci semuanya, kehidupan ini, kisah ini, semuanya memuakkan. Kapan kita bisa hidup tenang?" Ciara terisak hebat, bahkan satu tangannya memukul-mukul perut Galen.

"Hidup tenang, hidup nyaman dan damai. Kapan kita akan merasakannya?" Ciara menghentikan pukulannya. Ia meremas ujung kemeja Galen dan membenamkan wajahnya di perut laki-laki itu. Terisak lebih keras.

"Keluarkan semua isi hatimu," ucap Galen seraya mendekap tubuh ramping itu.

________________________

To be continued...

Jangan lupa tinggalkan komen.
Thank you and see you! 🧡



MeloPearl

Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang