46. Tawanan Spesial

542 40 3
                                    

Selamat membaca! 🧡

Note: early access ada di karyakarsa (@MeloPearl)

_____________




Ciara naik ke atas ranjang dan merangkak ke arah Galen yang duduk bersandar pada kepala ranjang. Ia pun duduk di atas pangkuan Galen dan memeluk tubuh laki-laki itu. Tak lupa, ia gunakan dada Galen sebagai sandaran kepalanya. Galen pun membalasnya dengan kedua tangan melingkar di pinggangnya.

Setelah berjalan-jalan tadi, mereka kembali ke mansion dan membersihkan tubuh. Ciara sempat tertidur di perjalanan, sehingga sekarang ia tidak mengantuk. Sebenarnya ia mengajak Galen bersantai di balkon, tetapi Galen tidak setuju. Ciara tidak membantah lagi dan menuruti perkataan Galen.

"Pakaianmu menggoda banget," komentar Galen seraya mengecup puncak kepala Ciara. Dalam posisi duduk meringkuk seperti itu, Ciara memang menjadi lebih kecil.

"Ck." Ciara berdecak dan memukul pelan lengan Galen. Ia memang hanya mengenakan gaun tidur berwarna merah muda yang sangat minim. "Kakak aja yang gampang tergoda," balasnya.

Galen terkekeh pelan. "Enggak tahu kenapa kalau sama kamu emang susah nahannya," balasnya santai.

Ciara mencebik. Ia kembali membenamkan kepalanya pada dada Galen.

"Emang iya?" tanya Ciara ragu.

Galen menghela napas dan diam sesaat. Ia teringat momen saat bersama Jana. Gadis itu menggodanya mati-matian, berkali-kali. Sejujurnya ia tidak pernah tergoda. Kejadian di hotel kala itu karena ia kesal dan jengkel saja. Ia bermaksud menggertak Jana agar tidak macam-macam. Jana menganggapnya remeh karena terlalu banyak diam. Satu hal mendasar yang membedakan Ciara dengan Jana adalah Ciara sangat menghargainya. Meski Ciara sering berbuat konyol, tetapi Ciara tidak pernah meremehkannya. Namun, Galen mengaku menyesal karena terpancing oleh Jana. Ia merasa bersalah terhadap Ciara.

Galen mendapati Ciara melihat ke arahnya. Ia sadar raut penasaran Ciara karena tak kunjung mendapat balasan. Ia tersenyum dan mengangguk kecil. "Iya, Sayang," ucapnya lembut.

Ciara tersenyum ceria mendengar jawaban Galen.

"Enaknya ngapain, ya?" tanya Ciara kemudian.

"Gini aja enak, Sayang. Aku ngerasa seneng dan nyaman asal sama kamu," balas Galen.

Ciara tersenyum tipis, tidak menyahut lagi. Sebenarnya ia juga merasakan hal yang sama. Bersama Galen, berada di dekapannya, rasanya sangat nyaman. Ia merasa tidak ada tempat yang lebih baik dibandingkan dekapan Galen. Dua minggu lebih ia berpisah dengan Galen, rasanya sangat kehilangan. Sekarang wajar jika Galen juga ingin memuaskan hatinya untuk bermesraan.

"Kakak balik Indonesia kapan?" tanya Ciara pelan.

"Mungkin lusa, Sayang. Kenapa?" tanya Galen balik.

Ciara menggigit bibir bawahnya sebentar. "Enggak bisa lebih lama di sini?" tanyanya.

"Aku udah berhari-hari di sini, Ciara. Aku masih ada pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku. Lagi pula, nanti aku akan berkunjung lagi," sahut Galen.

"Tentu saja harus berkunjung lagi. Seminggu sekali ya, Kak!" ucap Ciara.

Galen terkesiap dan menyugar rambutnya ke belakang. "Ya Tuhan, aku akan semakin diejek El, Ciara," balasnya.

"Kenapa?" Ciara menatap bingung.

"Dia aja mengejekku tadi. Dia bilang kayak begini sok-sokan mau hubungan jarak jauh," ucap Galen.

"Itu karena Kak El enggak pernah ngerasain hubungan jarak jauh," balas Ciara santai.

Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang