47. Tawanan Spesial (2)

455 41 2
                                    


Hai, hai, i'm back!!!
Lagi sibuk banget, jadi baru sempet update.

Seperti biasa, early access bisa kalian baca di karyakarsa aku @MeloPearl atau bisa klik link di bio aku.
Sebelum baca klik bintang dan setelah membaca tinggalkan komentar, ya...  ^^

Selamat membaca! 🧡

______________



Galen menghentikan usapan tangannya pada punggung Ciara begitu mendengar dengkuran halus dari mulut gadis itu. Ia memundurkan tubuhnya, sedikit memberi jarak. Tatapannya fokus pada wajah Ciara yang terlelap dengan damai. Seutas senyum terbesit di bibirnya, Ciara selalu terlihat manis di matanya.

Galen bergerak menarik selimut untuk menutupi tubuh Ciara dan bangkit. Meski sekarang sudah sangat larut, tetapi matanya tak kunjung bisa ditutup. Seharusnya ia ikut Ciara tidur, tetapi tidak bisa. Ia pun berjalan ke arah meja, menarik lacinya dan mengeluarkan sebuah bungkus rokok dan pemantik. Setelah itu, ia pergi ke balkon untuk menyendiri.

Galen memastikan pintu yang menghubungkan dengan balkon tertutup rapat. Ia berjalan ke arah sofa dan duduk di sana. Ia mengambil satu batang rokok dan menyalakan ujungnya dengan pemantik. Tak menunggu lama, ia hisap benda itu dan mengeluarkan asapnya.

Galen menghisap batang rokoknya berkali-kali. Pandangannya menerawang jauh ke depan. Ia tidak terlalu kacau, tetapi pikirannya selalu penuh. Bahkan rokok yang dihisapnya tak memberi efek banyak untuk menenangkan diri. Sebenarnya ia juga tak ingin pergi menjauh dari Ciara.

Ia baru saja meletakkan puntung rokoknya yang sudah pendek. Saat tangannya terulur untuk mengambil batang rokok kedua, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Galen beralih mengambil ponsel yang ia letakkan di atas meja.

Jana memanggil.

Galen mendesah kasar. Ia biarkan ponselnya tetap berbunyi tanpa berniat menjawab. Ia kembali pada niat awal untuk mengambil batang rokok dan menyalakannya. Ia melirik ponselnya yang kini telah berhenti menyala.

Galen masih menikmati cerutunya hingga ia bosan mendengar bunyi ponselnya. Ia pun menerima panggilan Jana dan menempelkan benda pipih itu di sisi telinga.

"Galen, kenapa lama banget angkat teleponnya?" tanya Jana langsung.

Galen membuang napas dan menjawab dengan enggan.

"Gue enggak selalu pegang ponsel."

"Ah, begitu. Sekarang kamu sedang apa?" tanya Jana lagi.

"Lo nelfon cuma mau nanya gue lagi ngapain?" balas Galen ketus.

"Bukan begitu, aku hanya khawatir. Lagian kamu enggak pernah ngasih penjelasan kapan pulang. Kemarin juga tiba-tiba enggak balas pesanku," ucap Jana panjang lebar.

Galen memasang ekspresi tenang. Ia tidak perlu menjelaskan apa-apa terhadap Jana.

"Gue sibuk," sahut Galen singkat.

"Setidaknya kamu kasih kabar. Ada yang perlu kita bahas," balas Jana.

Galen menghela napas pelan. "Nanti kalau gue udah masuk kuliah, kita bicara lagi," ucapnya.

"Sesibuk itu sampai enggak bisa ngobrol sekarang?" tanya Jana.

"Ya. Dan berhenti memaksa, Jan!" pungkas Galen.

"O-oke. Aku enggak akan maksa," balas Jana gugup.

"Bagus. Kalau gitu, gue matiin sekarang," ucap Galen dan menutup panggilan teleponnya.

Galen meletakkan ponselnya ke atas meja. Ia mengulurkan tangannya hendak mengambil rokok, tetapi tatapannya beralih ke arah pintu yang terbuka. Ia pun mengurungkan niatnya untuk mengambil batang rokok dan fokus pada sosok yang berjalan ke arahnya. Seutas senyum tercetak di bibir manisnya tatkala memperhatikan gerakan gadisnya. Ciara tampak seksi dengan gaun tidur yang dikenakan.

Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang