Note: early access bisa dibaca di karyakarsa, ya. Di sana udah ada banyak chapter yang bisa kalian baca. Di sini aku bakal up seminggu sekali. Kalau misal lupa, aku akan double up, atau mohon ingatkan karena author sudah mendekati tua. #bercanda, tapi emang kadang lupa. 😭✌️
Selamat membaca! 🧡
_________
Pukul empat sore cuaca mulai mendung. Ciara mengintip ke luar melalui celah tirai yang menutupi pintu yang menghubungkan dengan balkon. Ia baru saja bersiap-siap untuk berangkat ke tempat tinggal Galen. Sementara Galen masih membersihkan tubuhnya di kamar mandi.
Ciara menghela napas. Ia menyibak tirainya lebih lebar. Ia berdiri termenung menatap pemandangan di depannya. Setelah seharian menghabiskan waktu dengan Galen, ia masih merasa kurang. Ia tidak ingin berpisah dengan Galen lagi. Bahkan ia belum berani menanyakan berapa lama Galen akan tinggal. Ia belum siap jika Galen harus kembali ke Indonesia lagi.
Jujur saja Ciara tidak sabar ingin mengetahui kondisi Yuzuru. Galen hanya memberitahunya bahwa kondisi Yuzuru membaik. Yuzuru juga sudah mulai sadar, meski kadang kembali tidur lagi. Ciara cukup lega mengetahui bahwa Yuzuru tidak mengalami cedera serius yang menyebabkan kecacatan permanen.
Sebenarnya Ciara lebih khawatir terhadap Galen. Ia takut jika Galen terkena masalah karena peristiwa ini. Meskipun Galen sudah menjelaskan bahwa kecelakaan yang terjadi ini bukan salahnya. Bahkan Galen juga menjadi korban karena kejadian tersebut. Akan tetapi, Ciara masih saja khawatir.
Ciara tahu Galen yang mengajak Yuzuru untuk balapan. Ia takut jika Galen tetap disalahkan. Meskipun Galen bertanggung jawab penuh dengan kejadian ini. Ciara harap Yuzuru pulih kembali, dan perseteruannya dengan Galen berakhir. Ciara takut jika saja Galen berubah menjadi iblis karena tidak ingin laki-laki lain mendekati atau mengganggunya. Ia paham sifat Galen. Ia tahu Galen tidak akan segan terhadap orang yang mengganggunya.
Ciara kembali menghela napas. Salah satu alasan ia mengistirahatkan hubungannya dengan Galen adalah ingin mencari cara menghadapi Galen. Selama ini ia hanya menurut dan itu membuat Galen semakin kurang terkendali. Ia ingin Galen lebih baik, ia ingin menjadi pasangan yang lebih baik pula.
"Aku harap semua baik-baik saja," gumam Ciara.
Ciara sedikit tersentak karena merasakan lengan kekar melingkari perutnya. Sedetik kemudian ia sadar bahwa pelakunya adalah Galen. Ia sedikit menengadah, memberi senyum pada Galen yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Apa yang kamu pikirin?" tanya Galen lembut.
Ciara menggeleng pelan.
"Aku enggak mau kamu bohong. Aku enggak mau kamu mikirin hal-hal berat. Aku enggak mau kamu sedih," ucap Galen seraya mengecup puncak kepala Ciara.
Ciara menyerah. Ia tersenyum kecil sebelum membalas ucapan Galen.
"Katakan!" ucap Galen lagi.
"Ciara cuma membayangkan seandainya Kakak yang terluka parah. Aku juga membayangkan bagaimana kalau Kakak disalahkan atas kejadian ini. Ini terlalu berbahaya," balas Ciara.
Galen mengeratkan pelukannya pada perut Ciara dan meletakkan dagunya pada pundak Ciara.
"Kamu enggak perlu mikirin hal kayak gitu, Sayang. Aku udah urus semuanya. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Kamu tenang saja! Kamu hanya perlu fokus pada belajar kamu. Dan fokus mencintaiku," ucap Galen santai.
Ciara menggigit bibir bawahnya. Galen selalu seperti itu. Galen selalu bertindak sebagai pengatur segalanya. Meskipun Ciara tahu bahwa Galen memang akan bisa menyelesaikannya. Ia tahu siapa Galen dan seberapa besar kuasanya.
"Tapi enggak ada yang tahu bahaya apa yang mengintai Kakak," balas Ciara lagi.
Galen menarik sudut bibirnya. "Buktinya aku masih selamat, Sayang. Kamu enggak perlu mikirin hal-hal kayak gini. Aku senang kamu khawatir, tapi kamu harus percaya bahwa aku akan baik-baik saja. Oke?!" Galen mengecup pipi Ciara dengan gemas.
Ciara mengangguk kecil. Akan selalu berakhir seperti ini jika bicara dengan Galen. Ia pun berbalik menghadap Galen. Kedua matanya langsung menangkap ekspresi Galen yang tersenyum ke arahnya. Ekspresi yang sungguh menawan dan memikat hatinya. Galen selalu terlihat seksi di matanya. Apa lagi jika rambutnya masih agak basah dan acak-acakan seperti sekarang. Wajahnya yang terkadang datar, tetapi terkadang sangat mempesona itu sering meluluhkan hatinya.
"Apa kita berangkat sekarang, Kak? Kayaknya mau hujan," ucap Ciara mengubah topik.
"Kita nunggu mobil yang jemput kita dateng," balas Galen.
"Aku kira pakai mobil Papi aja," sahut Ciara.
"Mark akan menjemput, Sayang. Lagian kita enggak tahu kalau nanti July butuh mobilnya," ujar Galen.
"Benar juga." Ciara mengangguk setuju.
"Kita menginap di rumah aku malam ini. Kamu keberatan?" tanya Galen.
Ciara menggeleng. "Ciara juga ingin menginap di sana," ucapnya seraya tersenyum manis.
"Bagus." Galen mengecup singkat kening Ciara karena gemas. "Nanti pas jenguk Yuzuru, kamu jangan deket-deket dan sok akrab sama dia, ya!" ucapnya.
Ciara tersenyum dan mengangguk. "Ada Kakak juga, Kakak enggak perlu cemburu."
"Aku tetap cemburu," ucap Galen dan mendekap tubuh Ciara.
Ciara menengadah menatap Galen. Terkadang sikap posesif Galen memang di luar akal. Bagaimana bisa Galen cemburu padahal mereka akan bersama-sama menjenguk Yuzuru?
"Kakak enggak perlu cemburu, Kak. Kakak seharusnya tahu bahwa aku hanya mencintai Kakak. Mungkin ada orang yang mendekatiku, tapi hatiku cuma buat Kakak. Kakak enggak perlu khawatir, sungguh," ucap Ciara lembut. Ia berusaha memberi pengertian pada Galen.
"Lalu kenapa kita harus break? Hubungan kita ini bikin aku ngerasa enggak aman," balas Galen.
Ciara tersenyum simpul.
"Soal kenapa kita break, aku sudah ngasih alasan dulu. Aku minta break bukan karena aku udah enggak suka sama Kakak, enggak gitu." Ciara menggeleng pelan.
"Sejak dulu yang jadi permasalahan itu karena Kakak masih menyimpan perasaan Kakak pada gadis lain. Kakak pernah bilang bahwa Kakak udah mencintaiku sepenuh hati. Akan tetapi, faktanya enggak begitu, Kak. Kakak masih mengingatnya, Kakak masih memikirkannya. Aku minta maaf karena bicara seperti ini sekarang. Aku cuma memperjelas aja bahwa aku enggak menyukai laki-laki lain selain Kakak. Kakak enggak perlu khawatir," imbuh Ciara dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
Galen menelan ludahnya. Mulutnya kembali tertutup rapat. Ia tidak bisa menjawab perkataan Ciara. Pada dasarnya, ia memang egois. Ciara tidak mengatakannya secara langsung, tetapi ia sadar diri. Sebenarnya masalah yang datang memang dari dirinya sendiri. Ciara sudah bersikap layaknya kekasih yang sangat baik selama ini.
"Kakak enggak perlu merasa bersalah juga. Aku masih di sini buat Kakak, kok. Aku cuma berharap semuanya berjalan baik-baik saja dan seperti yang diinginkan." Ciara kembali tersenyum manis. Ia berjinjit dan mengecup lembut bibir Galen.
Galen mengangguk pelan. Ia melepaskan pelukannya pada Ciara dan membiarkan Ciara berjalan ke arah tempat tidur.
"Apa Ciara harus bawa baju ganti, Kak?" tanya Ciara.
"Enggak usah, Sayang. Di sana udah ada banyak. Kamu bawa barang-barang pribadimu saja," sahut Galen.
"Oke." Ciara mengangguk. Ia memasukkan krim wajah dan lipbalm ke dalam tas selempang yang akan dibawanya nanti.
Galen berdiri memperhatikan Ciara yang tengah berkemas. Ia tersenyum getir. Ia tidak mau beralasan dan menyangkal ucapan Ciara. Untuk sekarang, ia hanya perlu berusaha dan membuktikan pada Ciara bahwa perasaannya hanya untuk Ciara seorang.
_______________
To be continue...
Jangan lupa vote dan komen. ^^
Terima kasih dan sampai jumpa! 🧡MeloPearl
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)
RomanceGalen sudah membulatkan tekad untuk menjauhkan Ciara dari kehidupannya untuk sementara waktu. Ciara menyetujui keputusan Galen dan mereka berpisah, bahkan mereka memilih break dari hubungan asmaranya. Galen kembali pada urusan gangsternya, dan Ciara...