Selamat membaca! 🧡
Note: early access lebih banyak part di karyakarsa, ya. Link di bio 🧡
_________________
Galen dan Ciara selesai menyantap hidangan makan malam. Namun, kini mereka masih duduk berhadapan di meja makan untuk menyelesaikan makanan pencuci mulut. Di antara mereka berdua, Ciaralah yang paling bersemangat untuk menyantap makanan manis tersebut. Sementara Galen hanya memakan puding saja.
"Punya Kakak enggak dihabisin?" tanya Ciara.
Galen menggeleng pelan. "Enggak," sahutnya.
Ciara tersenyum lebar. "Buatku semua," ucapnya seraya menarik piring yang ada di hadapan Galen.
Galen geleng-geleng kepala melihat Ciara begitu semangat menyantap hidangan manis itu. Bahkan Ciara tidak cukup dengan jatahnya sendiri.
"Pelan-pelan makannya, Sayang!" ucap Galen sembari menyodorkan tisu ke arah Ciara.
"Ini pelan," sahut Ciara dan mengelap mulutnya dengan tisu yang diberikan oleh Galen.
Galen mengangguk kecil, membiarkan Ciara menyelesaikan makanan penutupnya.
"Ah, enak banget." Ciara mengelap mulutnya lagi saat makanannya sudah tandas. Ia pun usil, mengangkat kakinya yang ada di bawah meja dan meletakkannya di atas paha Galen.
"Ciara!" ucap Galen dengan suara beratnya.
"Hm?" Ciara menatap Galen dengan binar ceria. Terlihat jelas suasana hatinya sedang baik.
"Kakimu jangan nakal!" ucap Galen dan menepuk pelan kaki Ciara.
Ciara nyengir dan menurunkan satu kakinya. Namun, sebelah kakinya masih berada di atas paha Galen.
"Turunin semua!" ucap Galen lagi.
Ciara mengerucutkan bibirnya dan mengangguk. "Kenapa, sih?" tanyanya manja.
"Jangan menggodaku sekarang!" balas Galen singkat saja.
Ciara mencebik dan memalingkan wajahnya dari Galen. Sebenarnya ia hanya ingin bermanja-manja dan meluruskan kakinya. Namun, tanggapan Galen selalu berbeda. Ia jadi gemas sendiri dan justru semakin tertantang untuk menggoda Galen.
"Jadi pengin lihat kamar Kakak," ucap Ciara kemudian.
"Kita bisa ke sana sekarang," balas Galen.
"Benar?" tanya Ciara.
"Hm. Ayo!" Galen bangkit dan mengulurkan satu tangannya ke arah Ciara.
Ciara pun menyambut uluran tangan Galen dan mereka berjalan meninggalkan tempat mereka makan barusan.
Galen membuka pintu ruangan yang begitu tinggi dengan ukiran yang rumit. Begitu pintu terbuka lebar, Ciara dapat melihat bagian dalam kamar Galen. Kamar Galen berbeda dengan ruangan lainnya yang tadi ia lewati. Kamar Galen jelas sangat luas dengan warna abu tua yang mendominasi. Ranjang king size yang ada di tengah-tengah ruangan juga terlihat begitu mewah.
"Wah!!!" ucap Ciara kagum.
"Kenapa?" tanya Galen.
"Bagus banget," sahut Ciara yang masih tercengang di depan pintu.
Galen tersenyum kecil. "Ayo masuk!" ajak Galen.
Ciara mengangguk. Ia pun langsung berlari ke arah jendela besar yang ada di belakang sofa besar. Ia menyingkap tirai putih yang menutupi kaca jendela. Sedetik kemudian, ia dapat melihat pemandangan indah di luar sana. Ia dapat melihat tanah lapang yang sekarang ini terlihat gelap, juga bangunan-bangunan tinggi lainnya di kejauhan yang lampunya berkelap-kelip. Ia menebak pemandangan itu adalah dari halaman samping mansion. Galen jelas memilih kamar yang posisinya bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)
RomantizmGalen sudah membulatkan tekad untuk menjauhkan Ciara dari kehidupannya untuk sementara waktu. Ciara menyetujui keputusan Galen dan mereka berpisah, bahkan mereka memilih break dari hubungan asmaranya. Galen kembali pada urusan gangsternya, dan Ciara...