Selamat membaca! 🧡
___________________
Ciara memanggang ikan di atas teflon karena tiba-tiba ingin sarapan dengan menu itu. Ia sudah susah payah memotongnya menjadi beberapa bagian agar lebih tipis. Di sebelahnya, Mara mengikutinya dan membuat olahan ikan lain. Entah dari mana Mara membawa beberapa ekor ikan utuh yang akan digoreng.
Sebenarnya Ciara agak kesal karena sejak tadi Mara merecokinya. Saat ia hendak membuat ikan panggang, Mara keukeuh akan memasakkan ikan goreng untuk Galen. Ciara merasa Mara berusaha menyainginya untuk menyenangkan Galen. Terlebih, ibunya Mara merupakan juru masak di mansion Galen. Hal itu membuat Mara cukup sombong karena bisa memasak lebih enak. Bahkan ibunya diminta Mara untuk mengerjakan hal lain selagi dirinya membuat sarapan.
"Kau bahkan tidak bisa membumbui ikan panggangmu," komentar Mara yang membuat Ciara cukup kesal.
"Aku bisa membuat menu sesuai seleraku. Jadi, berhenti mengomentari kalau tidak membantu!" sahut Ciara dan kembali fokus dengan ikan panggangnya.
"Galen pasti akan lebih menyukai makanan yang aku buat," ucap Mara lagi.
Ciara berbalik menatap Mara dan menyipitkan kedua matanya. Ia merasa gerah dengan kata-kata Mara yang sarat akan provokasi. Ia juga tidak suka cara Mara memanggil Galen hanya dengan nama saja. Sementara, semua orang di sana sangat hormat dan segan pada Galen. Atau mungkin lebih tepatnya Ciara tidak ingin Mara sok akrab dan seolah kenal baik dengan Galen.
"Meskipun Kak Galen menyukai makananmu, tapi dia enggak akan pernah menyukaimu. Berhenti menggodanya dan menjadi orang yang sok kenal padanya. Sebenarnya aku cukup kasihan sama kamu, tapi kamu lama-lama tidak tahu diri," pungkas Ciara.
Mara terlihat marah, tetapi tidak menjawab ucapan Ciara. Begitu juga dengan Ciara, ia melanjutkan kegiatannya.
Baru saat Ciara berbalik, tiba-tiba Mara menyipratkan minyak panas pada Ciara menggunakan spatula.
"Awh!" Ciara memekik dan refleks menjauhkan diri dari Mara. Ia tampak kaget, tetapi Mara tersenyum sinis padanya. Tampak raut puas setelah melakukan hal itu pada Ciara.
"Astaga, Sayang!" Tiba-tiba Galen muncul, berteriak, kemudian berlari mendekat ke arah Ciara.
Ciara masih meringis, merasakan pergelangan tangan dan lengannya panas akibat minyak goreng. Namun, ia cukup lega karena Galen datang.
"Kakak," sahut Ciara.
Mara tampak ketakutan. Ia meletakkan spatulanya dan mematikan kompor. Namun, Galen langsung mendekat dan mendorong tubuhnya hingga tersungkur di lantai dapur.
"Kau macam-macam terhadap Ciara sama dengan mencari mati!" gertak Galen dengan tatapan tajamnya.
"Dia yang mulai," balas Mara.
Galen tidak menggubris. Ia membawa Ciara mendekat ke wastafel dan membasuh lengannya. Kulit tangannya tampak melepuh dan kemerahan.
"Kamu duduk dulu, Sayang! Aku panggil dokter," ucap Galen dan menuntun Ciara ke kursi.
"Enggak perlu dokter, Kak. Luka ini enggak parah, kok. Kita kasih salep aja nanti sembuh," balas Ciara.
"Aku enggak mau kamu kesakitan. Aku juga enggak mau kulit kamu terluka barang sedikit. Jangan sampai membekas," ucap Galen tegas.
Ciara mengangguk karena tidak ingin berdebat dengan Galen. Kemudian Galen menelepon seorang dokter agar datang ke rumah. Kebetulan dokternya sedang pulang setelah memeriksa Yuzuru.
Ciara meniupi luka bakar di tangannya. Perih dan panas ia rasakan. Sementara itu Mara sedang berusaha bangun. Rupanya dorongan Galen cukup keras hingga membuat Mara kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)
Roman d'amourGalen sudah membulatkan tekad untuk menjauhkan Ciara dari kehidupannya untuk sementara waktu. Ciara menyetujui keputusan Galen dan mereka berpisah, bahkan mereka memilih break dari hubungan asmaranya. Galen kembali pada urusan gangsternya, dan Ciara...