8. Butuh dan Rindu

1.1K 52 12
                                    


Selamat membaca! 🧡

_____________

Galen menuju balkon kamar setelah mengambil pesanan yang diantar oleh petugas hotel. Setelah mengobrol banyak dengan Jana di balkon, akhirnya mereka memutuskan memesan minuman. Ia sudah merasa cukup puas dengan informasi yang diberikan Jana. Mungkin masih ada yang terlewat, ia akan menanyakannya nanti.

Ia membawa nampan berisi beberapa kaleng soda dan sebotol anggur merah yang dipesan oleh Jana. Ia meletakkan nampan itu di atas meja dan duduk di sebelah Jana. Ia mengambil satu kaleng soda dan membukanya. Sengaja agar Jana tidak memberikannya wine.

"Soda?" tanya Jana.

"Gue lebih suka soda," sahut Galen tenang.

Jana membuka tutup botol wine dengan sensual dan menuangkan isinya pada dua gelas di atas meja.

"Kamu seharusnya mencobanya saat bersamaku," ucap Jana dan menyodorkan satu gelas pada Galen.

Galen menatap gelas di tangan Jana dan bergantian menatap Jana. Ia dapat melihat senyum menggoda dan menantang dari wanita itu. Galen pun menerima gelas dari Jana dan meletakkan kaleng sodanya. Hanya satu gelas atau sebotol dibagi dua tidak akan membuatnya mabuk.

"Bersulang," ucap Jana dan mengangkat gelas miliknya ke arah Galen.

Galen menyentuhkan gelasnya pada milik Jana hingga membuat bunyi dentingan pelan. Setelah itu ia meminum wine tadi dalam sekali tenggak.

"Lagi." Jana menuangkan anggur lagi ke dalam gelas Galen.

Sekali lagi Galen menenggak minuman itu, hingga beberapa kali Jana menuangkan ke gelasnya. Kepala Galen terasa ringan dan ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.

"Mau lagi? Aku bisa pesan," ucap Jana dan mendekatkan tubuhnya pada Galen.

"Cukup." Galen menggeleng pelan. Ia merasa Jana berusaha membuatnya mabuk dan menjebaknya. Akan tetapi, ia tidak bisa mabuk semudah itu dengan pikiran yang masih penuh seperti sekarang. Efek dari anggur tadi hanya membuat kepalanya lebih ringan. Meski begitu, ia harus hati-hati jika Jana kembali menggodanya.

"Aku bisa menemanimu minum, Gal." Jana menempelkan lengannya pada lengan Galen.

"Cukup," sahut Galen lagi.

Jana pun mengangguk kecil. Ia menyandarkan kepalanya pada pundak Galen dan memegang tangan Galen. Ia sengaja membuat tangan Galen menyentuh pahanya yang terekspos.

"Aku selalu ingin menghabiskan waktu berdua dengan seseorang yang aku sukai seperti ini," ucap Jana pelan.

"Lo bisa pergi cari cowok lain yang mau lo ajak. Sekali lagi, lo itu terkenal di kampus dan banyak yang mau," sahut Galen.

"Tapi aku enggak suka sama mereka," balas Jana.

"Coba buka hati lo! Lihat mereka yang bener-bener ngehargain lo," ucap Galen.

"Tapi aku sukanya sama kamu," balas Jana.

Galen tidak membalas, ia tidak tertarik membicarakan tentang hubungan percintaan sekarang.

"Apa mereka selalu mengadakan pesta setiap malam?" tanya Galen, kembali ke topik bahasan tentang Sean.

"Enggak bener-bener setiap malam, tapi kebanyakan begitu. Kadang mereka juga enggak lengkap anggotanya. Tadi itu belum lengkap karena masih hari-hari biasa dan enggak ada acara khusus," sahut Jana.

"Apa mereka bakal nanya siapa pasangan yang lo bawa ke pesta tadi?" tanya Galen.

"Seharusnya mereka enggak akan peduli," sahut Jana.

Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang