Selamat membaca! 🧡__________
Yuzuru mendorong kursi roda Ciara dan membawanya mendekati mobil. Setelah itu membopong tubuh Ciara dan membawanya masuk ke dalam mobil. Ciara menolak, tetapi ia diam saja dan melakukan apa yang seharusnya. Lagi pula, sebenarnya Ciara masih lemas, sulit berjalan. Ciara terkena tifus sehingga menyebabkan tubuhnya lemas dan demam tinggi. Dokter menyarankan untuk terus istirahat dengan baik di rumah jika tidak ingin dirawat. Bahkan ia sudah membujuk Ciara, tetapi gadis itu tetap ingin pulang.
Yuzuru kemudian berpindah ke kursi belakang kemudi dan melajukan mobilnya meninggalkan area rumah sakit.
"Seharusnya kamu menuruti apa kata dokter dan bersedia dirawat di rumah sakit," ucap Yuzuru. Ia tidak bermaksud memaksa, hanya peduli.
"Enggak apa-apa, Kak. Aku sudah pernah terkena tifus dan beberapa hari kemudian sembuh. Yang penting aku rutin minum obatnya. Lagi pula, kalau di rumah sakit juga aku sendirian. Kasihan July dan Papi nanti khawatir," balas Ciara dengan kedua mata terpejam dan punggung bersandar di kursi mobil.
"Astaga, ada aku yang siap menjagamu di rumah sakit. Aku bisa membantu," sahut Yuzuru.
"Aku tidak mau merepotkan Kakak. Lagi pula, kita belum lama saling mengenal. Kakak sudah terlalu baik padaku itu rasanya aneh," ucap Ciara jujur.
Yuzuru melirik ke arah Ciara sejenak. Kemudian sebuah senyum tipis terbesit di bibirnya.
"Kamu benar, sih, tapi kamu orangnya menyenangkan. Jadi, aku merasa seperti sudah kenal lama. Demi apa pun, aku tidak ada niat jahat padamu. Tidak perlu takut aku culik." Yuzuru tertawa pelan setelah mengatakan kalimat terakhirnya.
"Biasanya penculik selalu mengatakan hal itu," balas Ciara sekenanya.
Yuzuru tertawa lagi. Ia menoleh ke arah Ciara yang masih memejamkan kedua matanya. Ia sendiri heran kenapa Ciara masih sanggup membalas candaannya saat kondisinya sedang sakit seperti sekarang. Ciara bahkan terlihat sangat pucat dan sayu.
"Tidurlah!" ucap Yuzuru sembari mengusap puncak kepala Ciara.
Ciara kembali menepis tangan Yuzuru di sisa kesadarannya. "Nanti Kak Galen marah," ucapnya seperti orang yang mengigau.
Yuzuru menarik tangannya dan kembali meletakkannya di roda kemudi.
"Maaf, kamu terlalu menggemaskan soalnya. Jadi pengin aku culik sungguhan," balas Yuzuru, menggoda Ciara lagi.
Tidak ada jawaban dari Ciara. Yuzuru melirik ke samping, mendapati Ciara sudah terlelap. Ia tersenyum kecil dan mengusap pipi Ciara, menyelipkan anak rambut yang lepas dari kunciran ke belakang telinga. Ia dapat merasakan suhu tubuh Ciara yang masih panas.
"Semoga cepat sembuh," gumamnya dan kembali fokus menatap jalanan yang ada di depan.
__________
Hujan turun rintik-rintik, tak terlalu deras, tetapi cuaca menjadi lebih dingin. July menyelimuti tubuh Ciara yang tertidur di ranjang dengan gelisah. Sesekali Ciara masih menggumamkan nama Galen dalam tidurnya. Entah Ciara mengigau atau memang secara sadar memanggil nama itu. Hal itu membuat July tidak kuasa untuk tidak menghubungi Galen.
"Aku ganti air kompresnya dulu, ya, Sayang. Tunggu sebentar, nanti aku segera kembali," ucap July dan berjalan keluar kamar.
Sejak tadi July sibuk mengurus Ciara. Sebenarnya setelah pulang dari rumah sakit, kondisi Ciara membaik. Namun, mulai dua jam lalu, memasuki sore hari, Ciara kembali demam. Ciara terus tidur dan bergerak gelisah terus-menerus. Bahkan ia sudah mengompresnya agar suhu tubuhnya menurun.
Siang tadi Yuzuru pulang karena ada urusan. July juga tidak enak untuk menahan Yuzuru. Sekalinya Yuzuru mau merawat Ciara, Ciara yang tidak mau. July memahami apa yang dirasakan Ciara. Putri sambungnya itu pasti memikirkan perasaan Galen yang jauh di sana. July merasa iba, jadi ia pun akan memberitahu Galen mengenai keadaan Ciara sekarang. Mungkin jika Galen datang dan kerinduannya terobati, Ciara akan segera sembuh.
July menekan nomor Galen beberapa kali, tetapi tak kunjung mendapatkan jawaban. Selama ini itulah yang dirasakan Ciara. Sulit menghubungi Galen, atau tepatnya sulit mendapatkan waktu bersama. July pun bermaksud menghubungi Gavin agar Gavin mengabari Galen. Beberapa saat kemudian, sambungan telepon terhubung.
"Halo, July!" jawab Gavin dari seberang.
"Ah, halo, Gavin. Maaf sebelumnya, tapi aku mau bertanya. Apakah Galen ada bersamamu? Atau dia ke mana? Aku bermaksud menghubunginya, tetapi ponselnya tidak aktif," ucap July langsung.
"Dia tidak bersamaku. Soal ponselnya yang tidak aktif, aku tidak tahu. Ngomong-ngomong, ada hal penting apa?" tanya Gavin kemudian.
"Ciara sakit. Dia terus memanggil nama Galen, meracau dalam tidurnya. Tadi sudah dibawa ke rumah sakit, tapi sore ini demamnya naik lagi. Aku hanya khawatir padanya. Sepertinya dia benar-benar merindukan Galen," terang July.
"Ah, begitu... Oke, nanti aku akan sampaikan ke Kak Galen. Semoga Kak Ciara segera sembuh, Jul. Terus kabari aku, ya!" pinta Gavin.
"Baik, Gav. Terima kasih, ya," ucap July.
"Sama-sama."
July menghela napas. Sebentar lagi Jennifer akan pulang. Ia tidak bisa menahan Jennifer karena dia juga harus menjaga suaminya di rumah saat malah hari. Seharian ini ia sangat kelelahan karena harus menjaga Ciara dan Clinton. Ia bahkan tidak mengurus dirinya dengan baik. Itu tidak masalah untuknya, yang terpenting adalah Ciara lekas sembuh. Namun, sulit menjaga dua orang sakit sekaligus.
July terpikir untuk menghubungi Yuzuru. Sekarang ini tidak ada lagi yang ia mintai pertolongan. Ia pun memutuskan untuk menelepon Yuzuru agar membantunya menjaga Ciara. Mungkin ia harus membawa Ciara ke rumah sakit lagi jika tak kunjung membaik. July pun menekan nomor Yuzuru dan memanggilnya.
"July? Ada apa?" tanya Yuzuru langsung. Nada suaranya sedikit panik, mungkin khawatir.
"Ciara kembali demam, Yuzuru. Aku sudah mengompresnya, tapi tidak kunjung turun. Aku khawatir sama dia. Di sisi lain, aku juga harus menjaga Clinton. Aku bermaksud minta tolong padamu kalau kamu senggang," ujar July.
"Tentu saja aku akan ke sana, Jul. Aku sudah menawarkan sejak tadi," balas Yuzuru cepat.
"Kau tahu Ciara agak keras kepala," sahut July.
"Tapi dia sekarang sakit. Tidak apa-apa, aku akan membuatnya mengerti. Ia tidak perlu terus-menerus khawatir pada Galen di sana. Kami hanya saling membantu," balas Yuzuru lagi.
"Aku harap begitu. Aku tadi juga sudah menghubungi Galen, mungkin kalau dia tahu, dia akan segera terbang ke sini juga," ucap July.
"Semoga saja begitu, Jul," balas Yuzuru.
"Baiklah, kalau begitu aku sudahi dulu, ya. Aku harus mengganti air untuk mengompres Ciara," ucap July.
"Oke. Aku akan langsung ke sana," sahut Yuzuru.
July meletakkan ponselnya dan menghela napas panjang. Ia pun mengambil air hangat ke dalam bejana. Ia berharap tidak akan terjadi kesalahpahaman antara Ciara, Galen, juga Yuzuru. Ia hanya bermaksud meminta bantuan.
"Aku harap Galen bisa menurunkan sedikit egonya sebagai seorang kekasih," gumam July.
_____________
To be continue...
Tebak part selanjutnya bakal gimana? 🤣
Kalau kalian enggak sabar, bisa baca duluan di karyakarsa ya. Di sana udah ada banyak chapter yang bisa dibaca lebih dulu. 😘
Terima kasih sudah baca dan support aku. Jangan lupa klik bintang dan komen, yaaaa...
Jaga kesehatan dan sampai jumpa lagi! 🧡MeloPearl
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)
RomanceGalen sudah membulatkan tekad untuk menjauhkan Ciara dari kehidupannya untuk sementara waktu. Ciara menyetujui keputusan Galen dan mereka berpisah, bahkan mereka memilih break dari hubungan asmaranya. Galen kembali pada urusan gangsternya, dan Ciara...