Selamat membaca! 🧡________________
Galen tersadar dan segera mengejar Ciara. Ia menghalangi jalan Ciara di depan pintu yang tertutup. Diraihnya kedua tangan Ciara dan membuat gadis itu mendekat.
"Ciara, tunggu sebentar! Aku juga terkejut dengan sikapmu, aku butuh waktu untuk menata pikiranku dan kita bicara." Galen menatap lembut ke arah Ciara yang sudah sangat marah.
"Maksud Kakak waktu buat menyusun kebohongan?" Ciara tersenyum miris. "Ciara rasa udah cukup jelas, Kak. Udahlah!"
"Bisakah kamu dengerin aku dulu, Ra?" tanya Galen dengan suara beratnya.
"Menurut Kakak sejak tadi Ciara ngapain?" Ciara memejamkan kedua matanya dan menghela napas.
"Itu enggak kayak yang kamu pikirin, Ra. Kita tenang dulu! Jangan asal bicara kalau kita enggak cocok buat berhubungan jarak jauh," ucap Galen lagi.
Ciara tersenyum sengit. Ia tidak habis pikir dengan Galen.
"Ciara bisa bertahan jauh dari Kakak. Ciara bisa nungguin Kakak. Ciara percaya banget sama Kakak. Ciara berharap hubungan kita membaik saat kita take a break. Tapi kayaknya enggak. Tapi ini bukan salah Kakak, aku yang meminta kita break. Kalau Kakak ternyata memilih cewek lain, baiklah," ucapnya tegas.
"Jangan bicara seolah aku selingkuh, Ciara! Kamu nyudutin aku terus sejak tadi." Galen menatap tajam ke arah Ciara.
Salah, apa yang dilakukan oleh Galen justru membuat suasana semakin runyam. Ciara yang merasa tidak bersalah pun tetap bergeming. Ia justru melihat Galen yang serba salah. Galen justru marah dan tersulut emosi. Hal itu membuatnya merasa bahwa perkataannya benar.
"Ciara nyudutin Kakak? Di mana letak menyudutkannya? Ciara cuma bicara fakta kalau Kakak berbalas pesan dengan cewek lain. Kakak bilang supaya Ciara dengerin Kakak, Ciara dengerin. Tapi Kakak masih belum buka suara. Kemudian sekarang? Kakak justru marah sama Ciara! Ciara harus bagaimana lagi biar benar di mata Kakak?" tanya Ciara jengkel.
"Maaf, aku enggak bermaksud begitu, Ciara. Tapi jangan pergi, oke?!" Galen meremas pelan pundak Ciara.
Ciara menatap jengkel pada Galen. Namun, hatinya berkata untuk tetap tinggal. Ciara melepaskan tangan Galen dan pundaknya dan berbalik ke arah ranjang. Ciara duduk di sana dan bersandar pada kepala ranjang lagi. Tatapannya kosong mengarah jauh ke depan. Ia putuskan untuk tinggal karena tidak tahu harus bagaimana. Selain itu, Galen pasti akan tetap mencegahnya. Ia lelah, tidak ingin berpikir tentang drama lagi.
"Ciara ...." Galen mendekat ke arah Ciara dan duduk di sebelahnya.
Ciara menoleh sedikit ke arah Galen, kemudian kembali menatap ke depan. Ia tidak bisa fokus dan mungkin tidak akan menangkap pembicaraan Galen. Area jantungnya terasa nyeri. Ingatannya melayang jauh pada kejadian lalu. Ia ingat saat Raffa meninggalkannya dan memilih bersama Vena saat dirinya dalam keadaan susah. Kini seperti terulang kembali. Galen bisa bersenang-senang dengan gadis lain saat ia dalam kondisi sulit. Ia berjuang untuk kesembuhan ayahnya. Ia bahkan tidak memiliki teman dan harus berpisah dengan kehidupan sekolah.
Ciara berjuang untuk hubungan jarak jauh yang dijalaninya bersama Galen. Ia paham mereka sedang break, tetapi ia tidak menyangka Galen akan semudah itu mengkhianatinya. Galen selalu curiga dan marah jika ia bersama orang lain. Namun, Galen sendiri justru bersama wanita lain di belakangnya. Galen memang populer, dan itu cukup berat untuknya.
"Ciara, tolong jangan diem terus!" ucap Galen lirih.
Ciara menatap Galen sekilas, kemudian memalingkan wajahnya lagi.
"Kalau Kakak ngobrol sama aku sekarang, mungkin aku enggak akan bisa mencerna dengan baik." Ciara menghela napas. Air matanya mulai turun. Ia tidak bisa menahannya setelah bicara. Ia pun membenamkan wajahnya pada tangannya yang terlipat di lutut.
"Ciara ...." Galen mendekat dan merengkuh tubuh Ciara. Ia tidak akan pernah tega melihat Ciara menangis seperti itu, terlebih itu karenanya.
Galen membiarkan Ciara puas menangis di pelukannya. Baru setelah tenang, Galen mulai bicara.
"Aku sama dia cuma temen sekelas. Aku ketawa membaca pesannya karena itu memang lucu. Dia menceritakan soal dosen kami yang dikerjai temanku yang emang jahil. Cuma itu, Ra," ucap Galen pelan.
"Aku bisa ngerti soal kalimat lucu itu, Kak. Tapi gimana dengan kalimat-kalimat yang lain?" Ciara mendorong pelan pundak Galen dan memberi jarak. Ciara membenarkan posisi duduknya hingga berhadapan dengan Galen. Ia ingin melihat reaksi Galen juga saat mereka bicara.
Galen menghela napas pelan. "Dia emang suka sama aku," ucapnya.
Ciara tersenyum kecil. Ada raut kecewa terlintas di wajahnya. Galen memberikan kesempatan untuk orang yang menyukainya berada di dekatnya.
"Kakak memberinya tempat," ucapnya pelan.
"Agak rumit, Ciara. Hanya saja, aku minta kamu percaya sama aku. Aku enggak akan menerimanya atau berbalik menyukainya juga," sahut Galen.
"Aku percaya sama Kakak, lalu bagaimana dengan dia? Aku enggak bisa percaya, Kak," balas Ciara.
"Kamu tenang aja, aku bisa menghadapinya. Tolong mengerti, Ra!" ucap Galen.
Ciara tercengang. Bagaimana bisa Galen bersikap begitu egois?
"Kak Galen minta dimengerti, lalu bagaimana Ciara dengan Kak Yuzuru? Kakak selalu marah kalau tahu Ciara sama Kak Yuzuru. Padahal itu bukan kemauan Ciara, Kak. Kakak suka cemburu. Kakak mengatur ini dan itu. Bahkan tadi Kakak melarangku jenguk dia. Saat aku nurut sama Kakak, Kakak malah cuekin aku dan malah berbalas pesan sama cewek lain," ucapnya panjang lebar.
Galen menjilat bibirnya yang terasa kering. Apa yang dikatakan oleh Ciara memang ada benarnya, bahkan hampir semua. Mungkin ia memang egois, tetapi ia tidak akan pernah membiarkan laki-laki lain mendekati Ciara. Ciara tidak sepertinya, Ciara mudah dibodohi.
"Aku bisa menahan diriku dan aku enggak akan suka sama dia. Dia enggak akan macam-macam sama aku. Percayalah, aku sama dia cuma teman," ucap Galen.
Ciara merasa kesal karena Galen seperti tidak menjelaskan apa-apa. Galen hanya terdengar memintanya percaya dan menyerahkan semuanya pada Galen.
"Kenapa Kakak enggak jauhin dia? Padahal dulu soal Fey, Kakak langsung berkata akan menjauhinya," tanya Ciara penasaran.
Galen terdiam beberapa saat. Ia tidak lupa bahwa Ciara sangat penasaran. Ia tidak ingin berkata jujur pada Ciara tentang Sean. Ia tidak ingin Ciara tahu bahwa ia pernah pergi bersama Jana. Bukan karena ingin menutup-nutupi. Galen hanya tidak mau melihat Ciara bersedih. Melihatnya berbalas pesan dengan Jana saja Ciara sangat terluka. Bagaimana jika Ciara mengetahui semuanya? Galen tidak akan kuasa.
"Karen dia temen satu kelasku, Sayang. Aku enggak mungkin bikin gempar kampus dengan kucing-kucingan bersama Jana. Itu sama kayak kamu jika harus menghindar dari Raffa atau Vena," jawab Galen agar terdengar masuk akal.
"Hanya karena itu?" tanya Ciara lagi.
Galen mengangguk.
"Tapi aku ngerasa ada yang lain yang Kakak sembunyiin," ucap Ciara lagi.
Galen menatap Ciara dalam. "Aku pastiin enggak ada," ucapnya.
_________________
To be continue...
Terima kasih udah baca, jangan lupa klik bintang dan komen 🧡
See you! 🧡
MeloPearl
KAMU SEDANG MEMBACA
Living Apart (Sekuel Living With Cool Boy)
RomanceGalen sudah membulatkan tekad untuk menjauhkan Ciara dari kehidupannya untuk sementara waktu. Ciara menyetujui keputusan Galen dan mereka berpisah, bahkan mereka memilih break dari hubungan asmaranya. Galen kembali pada urusan gangsternya, dan Ciara...