5. Obrolan Ipar

12.9K 953 61
                                    

Jangan lupa vote, komen, dan bantu share cerita ini yaaah. Follow juga akun Wattpad, Instagram, dan KaryaKarsa: @todayisfina 💃✨ Thankyou.

Happy reading!

***

Acara resepsi itu berakhir siang hari menjelang salat Zuhur. Keluarga Dekada yang hadir langsung memilih kembali ke hotel untuk beristirahat karena sebagian dari mereka akan langsung pulang ke Jakarta esok hari, sementara Dekada tentu ikut pulang ke kediaman Luci.

Perempuan yang sudah sah berstatus sebagai istri itu memberikan waktu untuk suaminya membersihkan diri dan istirahat selagi dirinya membereskan rumah. Luci tidak merasa begitu lelah, ia hanya merutuki riasan wajah yang selalu sulit untuk dihilangkan. Sementara tubuhnya masih senang melakukan ini dan itu dibandingkan tidur. Ia hanya menyempatkan untuk mandi sebentar, lalu menemani ibunya di dapur karena malam nanti rumah itu akan ramai lagi dengan keluarga.

Pukul 19.15 waktu setempat. Dekada bersama keluarga besar Luci baru selesai melaksanakan makan malam bersama. Meskipun bagian dalam rumah Luci tidak begitu besar, tetapi Ganda dan Fani memiliki satu tempat di samping rumah yang mereka bangun khusus untuk acara-acara keluarga seperti malam ini.

Tadinya, kedua orang tua Dekada juga ingin hadir, tetapi urung karena kondisi Prasetya yang kelelahan dan ingin lebih banyak istirahat. Luci beserta keluarganya memaklumi, mereka bisa bertemu lagi esok hari sebelum mereka kembali ke Jakarta.

Dekada masih merasa asing berada di tengah-tengah keluarga istrinya. Yang Dekada tahu, keluarga Luci yang sedang kumpul sekarang adalah dari pihak ayahnya, Luci bilang mereka adalah orang-orang yang seru. Dekada bisa merasakan kehangatan dari cara mereka berkomunikasi, mereka terlampau ramah sampai Dekada yang menjadi malu dan hanya bisa tersenyum, mengeluarkan suara jika diajak bicara saja. Jadi, untuk menghapus perasaan malu itu, Dekada berbisik pada Luci di sebelahnya untuk izin keluar menemani Haka yang terlihat sedang mengisap vape. Ngobrol dengan Haka mungkin akan menjadi ide yang lebih baik. Dekada tidak tahu kapan lagi bisa berbincang dengan kakak iparnya mengingat mereka akan sangat sulit bertemu nantinya.

"Mas," sapa Dekada dengan suara agak pelan, takut mengejutkan Haka.

Si pemilik nama menoleh, lalu memamerkan senyum begitu tahu adik iparnya menyapa dan duduk di sampingnya. Ia juga segera menghentikan aktivitas mengisap vape-nya. "Oit, Dekada. Gimana, gimana?"

"Masih malu di dalam, Mas."

Haka tertawa kecil sambil memaklumi. "Kamu ngerokok? Atau, vape juga?"

"Dulu sempat ngerokok, sekarang udah nggak, Mas. Nggak nge-vape juga," jawab Dekada dan Haka kembali mengangguk.

"Gimana sama Luci?" Haka menyimpan rokok elektriknya ke dalam saku. Pandangannya kini lurus ke depan, menatap tanaman-tanaman ibunya yang subur.

"Masih malu juga," balas Dekada yang kemudian tertawa. "Tapi Luci seru, ya. Dia nggak ada canggung-canggungnya sama saya, nggak cuek juga, malah saya yang kaku."

"Luci emang gitu, friendly anaknya, easy going."

Dekada menangkap semua itu. Pantas saja Luci terlihat menyambutnya dengan baik. Meskipun di awal-awal terlihat menghindar, tetapi tak sampai pada tingkat menjengkelkan. Bahkan saat selesai acara tadi siang, Luci sempat minta tolong pada Dekada untuk menurunkan resleting dress-nya di bagian punggung, kemudian membiarkan laki-laki itu beristirahat di kamar sendirian. Mendekati akhir resepsi Luci dan Dekada memang berganti kostum menggunakan dress dan jas berwarna putih untuk pengambilan foto.

Behind the Camera [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang