50. DELUCI's [END]

25.5K 856 232
                                    

Kalian mau ketemu endingnya DELUCI dengan keadaan yang bagaimana?

Sebelumnya, terima kasih buat semua pembaca on going yang udah ngikutin cerita ini, baik dari awal, pertengahan, ataupun baru baca akhir-akhir ini.

Sebelumnya lagi, maaf andai cerita ini tidak sama atau jauh dari ekspektasi dan harapan kalian sebagai pembaca. Cerita ini murni pemikiran author yang idenya tidak berubah sejak awal.

Nanti, bakal author perbaiki andai ada yang masih menjanggal atau ada plot hole.

Semoga kalian bisa mengambil 'sesuatu' dari cerita ini yang tidak bisa author berikan dalam bentuk kata-kata puitis atau nasihat, alias semoga kalian bisa menemukan makna dan pesan tersirat dari cerita ini.

Lanjut, yaaa! Selamat membaca semuanyaa! Bacanya sampai paling bawah, yaaa! Seperti biasa, vote and comment are really appreciated!🥰✨

Now Playing: Sal Priadi - Serta Mulia

------

Selalu ada pahit setelah atau sesudah manis. Selalu ada sedih setelah rasa senang yang menghiasi hati. Sungguh manis, indah, lucu, dan menggelitik hati hingga berbunga-bunga semuanya ketika pesan penuh perhatian itu terpampang jelas di layar ponsel.

Namun, setelah itu apa?

Dekada kembali menghilang tanpa kabar. Maksudnya, memang benar laki-laki itu terbang ke luar kota untuk bekerja, tetapi tidak ada satu pun lagi pesan yang dikirimkan untuk istrinya, membuat sang ibu janin kembali menelan pahit harapan sendiri.

Jangan banyak mikir-mikir. Istirahat, ya.

Itu adalah pesan terakhir yang datang, yaitu tiga hari yang lalu.

Selama tiga hari penantian itu, Luci banyak berpikir terlalu jauh. Apa mungkin Dekada tidak suka dengan kado yang diberikannya? Terlalu cringe, ya? Atau, sangat mengganggu? Semestinya Luci berikan saja barang-barang yang bisa dimanfaatkan oleh Dekada, bukan malah memberinya video amatir yang isinya wajah dia bersama ayah dan kakaknya, lalu editan amatir seperti bocah yang sedang kasmaran. Dipikirnya itu keren, kali? Luci terlalu banyak berekspektasi tinggi, ujung-ujungnya hanya kesedihan yang ia dapatkan dari harapannya.

Mau mengirim pesan duluan juga gengsi. Terlalu takut menghadapi kenyataan yang ada, Luci memilih menjadi pihak yang menunggu saja. Tidak peduli mual dan pusing sudah mulai mengganggu segala aktivitasnya, Luci harus menahan-nahan diri untuk tidak mengadu pada Dekada. Perasaan Luci sedang susah diajak bercanda, gampang berubah, naik dan turun, emosi mulai tidak stabil. Luci lebih sering minta Lily bermain dengan Bu Dian, takut dirinya khilaf memarahi tingkah Lily yang sebenarnya wajar-wajar saja. Akan tetapi, kalau Lily sedang dalam mode super manja, Luci tidak akan pernah mengabaikannya, sebab tingkah seperti itu yang sangat Luci senangi.

"Mama bawa banyak buah, Ci! Tadinya, mau bawa sayur-sayuran juga, tapi takut keburu layu, jadi Mama kasih Bu Dian uang aja buat beli sayur-sayuran di sini, ya."

Sekitar sepuluh menit yang lalu, kedua mertua dan adik iparnya tiba di rumah, sudah berkabar dari kemarin kalau ingin bertamu. Mereka sangat senang mendengar kabar kehamilan Luci yang disampaikan Dekada.

Behind the Camera [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang