49. Mengetuk Pintu Hati Dekada

13.6K 782 159
                                    

Haiii, apakah kalian sudah siap berpisah dengan DELUCI? 🥹🥹


Baca baik-baik chapter ini dan jangan lupa beri komentar yaaa semuanya. 🥹🥰✨

Happy reading!

***

Luci melenguh dan tubuhnya menggeliat pelan ketika merasakan tusukan-tusukan lembut di kedua pipinya. Perlahan, Luci membuka mata, mengerjap berkali-kali hingga menemukan wajah cantik putrinya.

"Lily ...," gumam Luci dengan suara berat khas bangun tidur. Ia teringat dirinya yang tidur lagi selepas salat subuh bersama Dekada.

"Mbuunnn...." Kali ini Lily mendorong-dorong pelan kaki sang bunda. "Banunnn...."

Luci tersenyum sambil mengumpulkan kesadaran. Ia raih tubuh kecil Lily agar lebih rapat lagi dengannya. Luci cium pundak hingga leher sang putri kecil.

"Eumh ... Anak Embun udah mandi, nih. Harum banget!" Luci makin gencar mengendus-endus aroma minyak telon yang menempel di seluruh tubuh Lily, sampai-sampai Lily agak risi dan merengek, sementara Luci terkikik gemas.

"Lily dimandiin Nenek, ya?"

"Mamndi Nenyek," jawab Lily sambil mengangguk, maksudnya membenarkan perkataan bundanya.

"Iya, dimandiin Nenek, tapi bajunya dipakaikan Yayah," sahut Bu Dian yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar.

Luci mendengar sesuatu yang menggelitik, ia langsung mengubah posisi baring menjadi duduk dan menatap Bu Dian dengan bingung. "Apa, Bu? Maksudnya, Mas Deka yang pakaikan baju buat Lily?"

"Iya, dong."

Luci menggeleng-geleng tak percaya. Masa iya, sih?

Luci mengangkat tubuh mungil Lily untuk duduk di atas pangkuannya. Sambil menatap sang bunda, Lily berbicara, "Yayah, Yayah."

"Bu, yang bener?" tanya Luci masih sulit percaya.

"Masa Ibu bohong, sih, Mbak? Tadi, waktu Mas Deka lihat Ibu bawa Lily ke kamar mandi, rupanya dia pergi buat pilihin bajunya Lily. Terus, pas Ibu udah selesai mandikan Lily, Mas Deka yang menawarkan diri buat pakaikan baju Lily. Malah Mas Deka juga yang oles-olesin minyak telon buat Lily."

Hati Luci bergetar. Selalu begitu setiap tahu kalau Dekada mencoba berinteraksi dengan Lily. Namun, Luci buru-buru menggeleng. Ah, Luci tidak mau banyak berharap lagi. Jangan-jangan, Dekada seperti itu hanya untuk sekadar memberi kenangan sebelum berpisah.

"Terus, sekarang Mas Deka di mana, Bu?"

"Udah keluar, Mbak. Katanya masih ada jadwal promosi ke luar kota."

Wajah Luci mendadak murung. "Nggak izin sama aku, ya."

"Mungkin nggak mau ganggu tidurnya Mbak Istri," ucap Bu Dian mencoba menenangkan.

Yah, Luci pun tidak akan bisa menyalahkan jadwal dan kesibukan Dekada meskipun ia ingin ditemani terus-terusan. Karena memang itu adalah tuntutan pekerjaan Dekada di dunia entertainment. Sibuk akting, promosi ke sana kemari, sibuk mengintip pencapaian film yang sedang tayang, sibuk ngonten, dan kegiatan lainnya.

"Mbunnn mamndii...," celetuk Lily sambil menggelitik bagian bawah dagu Luci.

"Iya, Embun mandi dulu, ya? Lily sama Nenek dulu. Oke?"

Alih-alih menuruti permintaan sang bunda, Lily malah bangkit dan memutar badan untuk memeluk bundanya. Kedua tangan kecilnya melingkar di leher Luci, mulutnya mencium-cium pipi Luci. Ah, Luci selalu merinding haru setiap Lily sedang mode manja begitu.

Behind the Camera [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang