15. Gadis Kecil

9.9K 732 79
                                    


S

ebelumnya nonton ini dulu👇

note: untuk pembaca yg kurang sreg cerita menggunakan visual, bisa skip aja videonya ya :)


Happy reading!

***

Jam delapan pagi, tepatnya setelah semua urusan perut selesai, Dekada menyeburkan diri ke kolam berenang. Niatnya untuk menyegarkan tubuh karena hari ini ia tidak ada kegiatan apa pun dan tidak ada rencana apa pun. Masih pagi, tetapi sudah suntuk rasanya. Dekada yang biasanya selalu keluar rumah pagi-pagi, sekarang sedang berleha-leha dalam pelukan air kolam.

Dekada menyembulkan kepala dari dalam air saat menyadari Luci melangkah mendekat ke kolam. Dekada menepi dan menopang dagu di keramik tepi kolam, mengamati Luci dengan senyuman. Istrinya itu membawa beberapa camilan.

Tepat di hadapan Dekada, Luci berjongkok dan membalas senyuman suaminya. “Aku bawa ciki,” ucap Luci sambil menyodorkan dua jenis camilan berbungkus, ada keripik kentang dan keripik singkong.

“Aaaa.” Dekada membuka mulut, kode agar Luci menyuapinya. Tanpa gelagat ingin menolak, Luci lekas membuka salah satu camilan dan memasukkan satu per satu ke dalam mulut Dekada. Laki-laki itu menikmati santapannya dengan senang hati, apalagi Luci tidak menolak untuk menyuapi.

Sementara Luci menyunggingkan seulas senyuman. Perasaan bersalah sesekali menyelip lagi kalau mengingat malam tadi, tetapi sekarang sudah makin lega karena Dekada tidak menunjukkan sikap dinginnya lagi. Ah, bahkan laki-laki itu sudah bersikap manis setelah beberapa jam Luci melukainya suara tinggi.

“Kamu di rumah aja hari ini? Nggak ada kegiatan apa-apa?” tanya Luci yang sekarang sudah membiarkan bokongnya menyentuh keramik tepi kolam, tidak masalah basah.

“Nggak ada, aku free hari ini, kecuali kalau kamu ajakin jalan-jalan,” balas Dekada sebelum tertawa kecil.

Luci mengangguk semangat. “Ikut aku, yuk?”

Dekada mengangkat alis bingung. “Ikut ke mana?”

“Ke rumah teman aku, tapi nanti sore.”

Tanpa berpikir panjang, disertai semangat yang tidak menduga Luci akan mengajaknya, Dekada pun mengangguk setuju. Kapan lagi Luci mengajaknya pergi begitu?

“Duh, manisnya pemandangan pasutri ini.” Dian tiba-tiba datang dengan nampan berisi dua gelas jus melon. Ia datang sambil mesem-mesem karena gemas melihat Dekada dengan Luci. Jarang sekali perempuan baya itu melihat mereka berduaan di rumah kalau bukan bertemu di meja makan.

“Tapi, manisnya tetap nggak bisa kalahin senyumnya Luci, ya, Bu?” goda Dekada, lalu mendapati Luci mendelik, padahal sebelumnya perempuan itu tersenyum lebar.

“Iya, deh, emang Mbak Istri itu termanis sejagat hidupnya Mas Dekada,” balas Dian meladeni.

Dekada tertawa kencang, ditambah lagi melihat raut wajah Luci yang memberengut karena kesal. Suara tawanya hilang tiba-tiba saat Luci memasukkan banyak potong keripik singkong ke dalam mulut Dekada. Alhasil, laki-laki itu bersusah payah mengunyah dengan pipi menggembung.

“Berisik, sih,” sungut Luci yang langsung beranjak dan hendak meninggalkan area kolam berenang.

“Ci!” panggil Dekada setelah bersusah payah menelan santapannya.

Behind the Camera [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang