46. Semua Ada Untuk Luci

8.2K 658 84
                                    

Halooo DELUCI update kembali!😍

Btw, kalian yg mau baca versi AU-nya bisa mampir ke Twitter aku todayisfina atau di TikTok sisukagabut ya 😍

tadinya, aku pikir bakal sama aja kan AU dgn WP-nya, tapi ternyata bisa lebih gemes lagi karena bakal ada cuitan-cuitan mereka di sosmed masing-masing 🤩 bisa menambah feel buat baca deh pokoknya. 💕

***

Now Playing: Afgan - Untukmu Aku Bertahan

Happy reading 🫶

***

“I-iya, Bu. Luci tunggu, ya.”

Luci langsung mematikan sambungan telepon sambil meringis cemas. Ayah, ibu, dan sang kakak akan berkunjung ke rumahnya. Bagaimana ini? Lily sudah tinggal bersamanya, sementara Dekada belum pulang lagi.

“Lily, sini dulu, Nak. Jangan lari-lari gitu,” panggil Luci geram.

Lily makin aktif saja. Setiap habis mandi dan mau dipakaikan baju, ada saja dramanya. Menghindar ke sana ke mari, alhasil jadi kejar-kejaran dengan bundanya. Kalau biasanya, sih, Luci akan senang hati meladeni, tapi kali ini bagaimana mungkin Luci bisa santai?

“Duh, Embun capek ngejarnya, Sayang.” Luci terduduk dengan lutut yang bertumpu di lantai, sementara Lily cekikikan dan bersembunyi di samping ranjang. Luci mengatur napas yang tersenggat-senggat. “Ayo, Sayang. Embun—hah hah hah hah!” Luci buang napas berkali-kali dan keras-keras seperti orang sesak napas. Membuat Lily menjadi penasaran dan akhirnya mendekat. “Dapat! Yeay!” seru Luci yang berhasil menangkap tubuh mungil putrinya. Lily merengek pelan dan ingin melepaskan diri, tetapi Luci buru-buru memakaikan pakaiannya.

Urusan Lily selesai. Kali ini Luci memakaikan dua pita merah muda yang dipasang sejajar di sisi kiri rambut Lily. Aroma minyak telon bercampur parfum khas bayi sudah menempel di tubuh si putri kecil. Luci menggendong Lily dan membawanya bertemu Bu Dian.

“Bu Dian, Lily bisa diajak main ke taman komplek dulu, nggak? Eum ... keluarga Luci mau datang ke sini.”

Pukul empat sore dan biasanya taman komplek sedang ramai-ramainya, terlebih anak-anak yang bermain bersama.

“Oh, gitu. Boleh, tapi ... bukannya Mbak Istri berniat buat bicara jujur dengan keluarga Mbak?”

“Iya, Bu. Luci akan coba, tapi untuk sementara Lily jangan diperlihatkan dulu. Luci nggak bisa menebak gimana reaksi mereka. Luci perlu meyakinkan mereka buat bisa terima Lily,” jelas Luci dengan nada bicara yang memohon.

“Ya, udah, biar sambilan Ibu suapkan makan di sana saja, ya.”

“Iya, Bu. Makasih, ya.”

Bu Dian pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan Lily dan menyiapkan boneka jerapah yang sekarang sudah jadi teman baiknya Lily kalau bermain.

Maamm, Mbunnn, maaaamm.” Lily yang sedang dipangku itu menusuk-nusuk pipi Luci sambil merengek. “Maammm. Celapahhh.

Luci menoleh, perasaannya masih sangat cemas menunggu kedatangan keluarganya. “Iya, Sayang. Tunggu Nenek, ya, bawain mamam sama boneka jerapah.” Luci mengusap-usap kepala Lily dengan sayang. “Lily, nanti mamamnya yang pintar, ya? Jangan bikin Nenek capek, ya? Kalau lari-lari, jangan cepet-cepet, terus jangan jauh-jauh. Kasihan nanti Nenek nggak bisa kejar Lily.”

Behind the Camera [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang