Jangan lupa vote, komen, dan bantu share cerita ini yaaah. Follow juga akun Wattpad, Instagram, dan KaryaKarsa: @todayisfina 💃✨ Thankyou.
Happy reading!
***
Luci tersenyum saat Dekada sudah keluar dari kamar mandi sehabis buang air kecil dan mencuci wajah. Mata laki-laki itu masih agak menyipit karena terpaksa bangun dari tidur nyenyaknya saat pesawat sudah mendarat.
Luci menyimpan robekan kertas kecil tadi ke dalam saku celananya, lalu menghampiri Dekada. “Masih ngantuk?”
“Nggak, kok.”
“Tuh, matanya masih sepet,” ejek Luci sambil menunjuk kedua mata Dekada yang sekarang berdiri di sampingnya dengan menggeret koper.
“Masih berat, tapi udah nggak ngantuk, kok.”
Anggukan kepala Luci menjadi akhir obrolan kecil di depan pintu kamar mandi itu, mereka melangkah menuju tempat pengambilan barang bagasi. Jarak mereka sekarang berjauhan. Luci mengambil tempat duduk di kursi panjang yang berada di sisi kiri lokasi, sementara Dekada menunggu tepat di samping conveyor bagasi.
Dari tempatnya, Luci sibuk memainkan ponselnya, melihat-lihat sosial media yang terus memunculkan notifikasi. Miliknya memang tidak pernah sepi, ada saja aktivitas di balik akun-akunnya. Luci mengangkat kepala, melihat figur Dekada dari belakang. Tubuh tinggi yang terbalut sweater hitam dan celana jogger warna senada itu menghentikan fokus Luci pada hal lain, ia terpaku menatap Dekada yang sekarang menyatukan tangan di belakang tubuh dengan ponsel dalam genggaman. Laki-laki itu menoleh ke sekitar seperti mencari-cari dan ketika berhasil menemukan Luci di belakangnya, Dekada berikan senyuman sehabis mengembuskan napas lega. Luci membalas senyuman itu dengan hangat.
Sementara Dekada merasa gerah di wajahnya yang terus tertutup masker. Ia berniat mengganti masker. Tiba-tiba tiga orang perempuan menghampirinya ketika selesai mengganti masker. Dekada yang agak terkejut pun sebisa mungkin memberikan senyuman, ternyata mereka mengenali wajahnya dan meminta foto bersama. Luci sudah bangkit dari tempat duduk, sebenarnya ingin menghampiri Dekada, tetapi urung karena melihat laki-laki itu dihampiri penggemar. Luci menarik mundur tubuhnya untuk kembali duduk. Menunggu di sana akan lebih baik daripada menghampiri Dekada di tempat umum begitu.
Luci masih memperhatikan pemandangan itu. Karena tiga orang pertama tadi, sekarang Dekada melayani beberapa orang lagi yang ingin foto bersama, juga memberi tanda tangan. Luci hanya terkikik saat beberapa kali Dekada meliriknya
dan memberi isyarat melalui tatapan.Untung aja udah misah. Luci membatin sambil terkikik geli.
Ruang Dekada sudah luas kini, maksudnya ia sudah selesai terjebak dalam sesi foto bersama yang membuatnya harus mengubur ekspektasi untuk nyaman bersama Luci di bandara. Nyatanya, mereka sudah berjarak nyaris setengah jam setelah Dekada mengambil alih semua barang untuk dibawa dengan troli. Dekada sekarang sudah berada di area penjemputan bersama Andra, manajernya yang sudah menunggu kedatangannya.
“Istri lo di mana?” tanya Andra yang sudah selesai memasukkan semua barang bawaan Dekada ke bagasi mobil.
Dekada memutar tubuh dan mengedarkan pandangan dengan cemas. Luci tidak terlihat, padahal rasanya tadi mereka berada di satu jalur meskipun berjarak dan dibatasi banyak orang.
“Nggak tau, Ndra. Tadi kita misah.”
“Ya, udah, lo masuk dulu. Telepon dia, nanti gue yang lihatin dari sini.”
“Ck, tapi—”
“Biar aman. Udah lo nurut aja, sih. Nggak hilang, kok, istri lo. Paling lagi ke toilet buat touch up.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Camera [COMPLETED] ✓
Romance✨ Cerita terpilih untuk Reading List @WattpadRomanceID [Bittersweet of Marriage - Maret 2023] ✨ Naskah Terbaik #1 event Menulis Novel oleh Semanding Books Blurb: Luci boleh melanjutkan karirnya di Jakarta dengan syarat harus memiliki suami sebab ked...