Update!
Sesuai janji 100 votes & 50 komen 💅Next, aku tetap butuh segitu buat lanjutannya :)) Mau tau aja, seantusias apa kalian membaca cerita ini hehehe.
Happy reading!
***
Dekada merenung selama beberapa menit setelah Luci membantunya duduk di tepi ranjang, melepaskan sepatunya, bantu membuka jasnya, dan menghapus air matanya. Tatapan Dekada tidak kosong, tetapi teramat sendu sampai membuat Luci tidak sanggup meminta laki-laki itu untuk segera bercerita.
Luci duduk bersampingan dengan Dekada, tetap setia menunggu untuk sang suami membuka suara. Tangan Luci menggenggam erat tangan Dekada, tidak hanya satu, tetapi dua-duanya. Luci berharap genggamannya bisa membantu Dekada lebih tenang. Luci belum bisa menerka apa yang terjadi, ia hanya perlu lebih sabar karena Dekada sudah bilang ingin bercerita, tetapi mungkin tunggu beberapa saat lagi.
Menatap pada nakas, Luci baru ingat kalau ia sudah menyediakan minuman untuk Dekada sebelum laki-laki itu pulang.
"Minum dulu, ya?"
Namun, Dekada menahan genggaman istrinya, tidak mau ditinggalkan. Luci menatapnya dengan lembut, sementara Dekada menatap dengan pandangan memohon. Paham akan itu, Luci kembali duduk di sebelah Dekada.
"Kamu udah mau cerita? Nggak mau minum dulu biar lebih tenang?"
Dekada menarik napas panjang dan mengembuskan secara perlahan, lalu senyumnya terbit, berhasil membuat Luci tersenyum juga. "Aku nggak haus, aku mau cepat-cerita sama kamu supaya lega."
"Oke, silakan, Mas."
Dekada membasahi bibirnya menggunakan lidah. Genggaman mereka makin erat. Luci makin penasaran. Ia menyiapkan mata, telinga, dan seluruh perhatiannya untuk Dekada.
"Aku tau, ada baiknya kita nggak perlu berbagi masa lalu yang bisa menimbulkan kesalahpahaman. Tapi, aku rasa, aku perlu cerita karena aku merasa bersalah banget sama kamu."
Dahi Luci berkerut dalam. Jadi, tentang masa lalu?
"Aku mau tanya, kamu penasaran nggak kenapa kemarin aku sempat nangis di studio dan nangis lagi waktu pulang tadi?"
"Penasaran banget."
"Aku kasih tau, ya. Tapi, aku mohon kamu jangan menyimpulkan apa pun dulu sebelum aku selesai jelasin semuanya."
Luci mengangguk paham dan menurut.
"Kemarin, aku sempat nangis karena tiba-tiba ingat sama mendiang mantan aku. Namanya Gracia. Film One Night Love itu diadaptasi dari novel dia dengan ending yang berbeda."
Tatapan Luci terkunci di satu titik dengan keterkejutan yang membumbung di dadanya. Ia tertegun. Mantan Dekada penulis novel dan ceritanya diangkat menjadi film yang diperankan oleh Dekada sendiri? Ah, tunggu. Luci cepat-cepat menyadarkan diri. Dekada bilang jangan menyimpulkan apa pun dulu.
"Dan, isi cerita novel itu adalah tentang hubungan aku sama dia yang berbeda keyakinan. Dulu banget, aku sama dia berjuang buat mempertahankan hubungan kami yang nggak dapat restu Mama sama Papa. Dulu, aku juga berandalan, Ci. Kerjaannya mabuk-mabukan, ngerusuh di jalan sama geng motor. Dulu, aku orang yang berusaha keras demi perempuan, tapi nggak pernah hidup di jalan yang baik." Dekada menjeda sesaat. Ia menatap awas pada Luci, benar-benar berharap semoga istrinya tidak menyimpulkan apa pun selain dari yang ia jelaskan. "Mungkin, itu sebab akhirnya kami nggak bisa sama-sama. Aku egois mau sesuatu, tapi nggak mau berusaha jadi orang baik. Apalagi, saat ternyata dia butuh bantuan aku dan aku lebih pilih senang-senang di jalan. Hari itu juga, aku kehilangan dia, kehilangan lanjutan kisah yang seharusnya happy ending di novelnya. Cerita kami selesai di halaman 280, padahal masih ada 20 halaman lagi yang dia tulis, proses di mana kami akhirnya bisa sama-sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Camera [COMPLETED] ✓
Romance✨ Cerita terpilih untuk Reading List @WattpadRomanceID [Bittersweet of Marriage - Maret 2023] ✨ Naskah Terbaik #1 event Menulis Novel oleh Semanding Books Blurb: Luci boleh melanjutkan karirnya di Jakarta dengan syarat harus memiliki suami sebab ked...