28. City Light Jakarta

5.7K 513 98
                                    

Cieee update-nya cepet ☺️
Tapi, kok sepi amat komennya? Mulai kendor lagi nih huhuhuhu😞😞

ditunggu yaaa votes dan komennya☺️

Happy reading!

***

I can't wait 'til I get back to you. All this distance. Has me missing, yeah~

Seperti kata kebanyakan orang, suasana Jakarta di malam hari seperti apotek tutup alias tidak ada obatnya. Menikmati suasana city light yang indah, gemerlap bertabur cahaya, kemegahan gedung-gedung pencakar langit, mendengarkan musik, berbagi suara, dan berbagi rasa antara si pengemudi kendaraan dengan si kameramen yang sebenarnya kurang andal.

Acara makan-makan yang berakhir di jam sembilan malam seakan tidak membuat Dekada dan Luci puas. Lantas, atas keinginan bersama, mereka pun izin untuk keluar menikmati suasana malam kota yang indah ini. Tadinya, Luci ingin sekalian membeli sesuatu untuk ia bawa ketika bertemu Lily di hari ulang tahunnya esok, tetapi rupanya beberapa baby shop yang ia tahu, sudah tutup. Jadi, mereka memutuskan untuk berkeliling jalan dan di luar rencana, rupanya Luci merekam kegiatan mereka di dalam mobil. Pikirnya, kapan lagi bisa menikmati city light Jakarta sama Dekada? Besok-besok belum tentu bisa seperti ini. Lalu, Luci menyudahi pikiran buruknya dan hanya ingin menikmati kebersamaan itu. Menciptakan lebih banyak momen yang dapat dikenang.

All the good times that we used to share. I took for granted. Petty semantics, yeah. But now I'm seeing everything so clear. And all I know is that I want you here ....

Perjalanan itu dimulai dari seberang Kota Kasablanka menuju Karet, lalu kembali lagi ke Kasablanka saat merasa perjalanan itu terlalu indah untuk disudahi.

Ponsel Luci yang dalam mode video itu terpampang di dashboard depan mobil dengan sebuah phone holder. Sedangkan si pemilik ponsel sibuk bergelayut manja di lengan suaminya yang sedang menyetir dengan tenang. Audio mobil terhubung dengan ponsel Dekada, lantas ia mengeluarkan semua playlist-nya. Banyak lagu-lagu yang sangat cocok untuk menemani perjalanan. Mereka bernyanyi bersama, juga nyemil-nyemil ringan. Dekada akan membuka mulutnya, lalu dengan senang hati Luci akan memasukkan keripik kentang berbumbu asin yang renyah.

Luci menatap kamera sambil membenarkan poni tipisnya, lalu tersenyum amat manis. “Menikmati city light Jakarta bareng orang tersayang itu menyenangkan!” Lalu, ia melirik wajah suaminya. Seperti biasa, telunjuknya akan menusuk-nusuk gemas pada lesung pipi Dekada yang tercipta ketika ia tersenyum karena tingkah istrinya.

Luci cekikikan. Dekada diganggu, tetap saja fokus bernyanyi. Kalau Luci, sih, keadaannya sudah meleyot sekarang karena suara Dekada yang membuai.

Dekada menyudahi nyanyian, membiarkan si penyanyi asli menyelimuti suasana itu dengan suara indahnya. Lengan yang dipeluk-peluk itu terangkat untuk mengusap pipi sang istri. “Luci happy?”

Happy!” seru Luci sangat riang, seperti anak kecil yang baru saja dibeli mainan atau dibawa ke area bermain. Kepala Luci terangkat, mencuri banyak kecupan di wajah dan bibir Dekada. Rupanya itu sudah menjadi hobi yang paling Luci senangi sekarang. Sudah tidak malu-malu lagi menyentuh atau mencium suaminya. Luci merasakan bahagia yang benar-benar bahagia, nyaman yang benar-benar nyaman, cinta yang benar-benar cinta.

Behind the Camera [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang