Halooo! DELUCI update kembali!
Mau tanya lagi dong? 🤭
Apa yang kalian rasakan sepanjang mengikuti cerita ini? Adakah sesuatu yang berkesan yang kalian temukan di sini?
Sudah di jawab? Terima kasih, ya! Sekarang silakan lanjut membaca.
Happy reading!
***
Dekada langsung keluar dan berlari cepat setelah Andra memberhentikan mobil di halaman. Dekada bertemu Bu Dian yang sedang bermain bersama Lily di depan rumah.
"Bu! Luci mana?" tanya Dekada sangat panik. Dadanya naik-turun seirama napas yang terengah-engah. Dia berharap Luci sudah turun dari kamar dengan keadaan baik-baik saja.
"Mbak Istri ada di kamar dari-"
"Luci jatuh, Bu!"
Dekada tidak lagi memedulikan apa pun. Ia melangkah cepat menaiki tangga, menuju kamarnya. Sementara Bu Dian langsung menggendong Lily untuk menyusul ke lantai atas.
Benar dugaan Dekada. Ia menemukan istrinya sudah terkapar lemah dan tidak sadarkan diri di lantai dengan beberapa foto berceceran.
"Luci!"
Tanpa berpikir lama, Dekada langsung mengangkat tubuh Luci dan membawanya kembali menuruni tangga, bahkan melewati Bu Dian dan Lily begitu saja. Dalam pikiran Dekada yang kalut, hanya ingin segera membawa Luci ke rumah sakit. Ia meminta Andra kembali menancap gas sementara dirinya memangku kepala Luci di kursi belakang. Tidak ada ketenangan sama sekali, dua manusia yang sadar itu diserang kepanikan luar biasa. Namun, Andra harus tetap fokus menjalankan kendaraannya hingga berhasil tiba di tempat tujuan setelah sepuluh menit bertarung dengan kendaraan lain.
Luci langsung dibawa ke ruang unit gawat darurat dan ditangani oleh dokter. Sementara Dekada dan Andra menunggu di depan ruangan, melewati menit demi menit yang membuat jantung berdebar. Apa yang terjadi dengan Luci?
Dekada duduk tidak tenang. Kedua tangan terangkat menutupi wajah, memanjatkan doa dan harapan.
"Kamu sakit apa, Ci?" lirih Dekada yang nyaris menangis.
Ia tiba-tiba teringat saat Luci kesakitan karena datang bulan. Melihat Luci yang saat itu nyaris pingsan saja Dekada bisa kelimpungan, apalagi sekarang ketika Luci benar-benar tidak sadarkan diri. Seketika amarah Dekada buyar, tergantikan kecemasan berkali-kali lipat.
Dekada langsung bangkit saat pintu ruangan terbuka. Seorang dokter perempuan menampilkan wajah tenang dengan senyuman hangat, berbanding terbalik dengan Dekada yang wajahnya memerah karena tidak tenang.
"Istri saya kenapa, ya, Dok?"
"Oh, Bapak ini suaminya?"
Dekada mengangguk cepat. "Iya, Dok."
"Tidak ada penyakit serius. Tekanan darah pasien sangat rendah. Bisa jadi karena kelelahan. Apa sebelumnya sering begini?"
Dekada berpikir sesaat, meskipun meragu ia coba untuk menjawab. "Kalau sampai pingsan begini, nggak pernah, Dok. Tapi, kalau keram perut saat datang bulan pernah."
"Oh, kalau keram saat datang bulan itu normal, ya, Pak. Sebelumnya apa pasien pernah mual atau muntah?"
Bingung, Dekada pun menggigit bibir bawahnya. Mau jawab bagaimana? Akhir-akhir ini mereka jarang bertemu. "Maaf, kurang tau, Dok. Karena beberapa hari ini, saya ke luar kota. Istri juga jarang mengeluh apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Camera [COMPLETED] ✓
Romance✨ Cerita terpilih untuk Reading List @WattpadRomanceID [Bittersweet of Marriage - Maret 2023] ✨ Naskah Terbaik #1 event Menulis Novel oleh Semanding Books Blurb: Luci boleh melanjutkan karirnya di Jakarta dengan syarat harus memiliki suami sebab ked...