30. Kesempatan Terlewatkan

5.9K 512 81
                                    

Karena otak lagi lancar, nihhh aku update meskipun belum sampai 100 votes WKWKWK kurang baik apa hayoo *gak dehh becanda :D

Aku lagi semangat karena kita sudah sampai di teras konflik 🤯 Pasang pelampung dan saling berpegangan yaahh takutnya nyemplung sendirian kan kasihan😂

Udah dilanjut cepet begini masa nggak rame, sihh?? Kalau rame, aku bisa lebih cepet lagi update-nya lho 🤩 Jadi, jangan lupa vote dan komen banyak-banyak yaaa! Terima kasih :))

Happy reading!

***

Luci menahan napas untuk beberapa saat. Dengan hati-hati ia bangunkan tubuhnya dari kasur Lily yang super empuk. Ini sudah keempat kalinya Luci harus kembali mengeloni Lily sebab setiap ditinggal sebentar saja pasti anak manis itu bangun lagi. Padahal, Luci yakin kalau Lily pasti sudah sangat lelah. Anak itu menghabiskan banyak semangatnya saat menikmati pesta ulang tahunnya, bahkan setelah pesta itu selesai. Terlalu bahagia, sampai tidak mau berhenti, ujung-ujungnya tepar juga, tetapi maunya dipeluk Embun Luci terus. Efek terlalu kangen.

Luci mau-mau saja jika harus menemani Lily tidur, ia juga menyimpan banyak perasaan kangen untuk putrinya. Akan tetapi, urusannya dengan Dekada belum selesai. Laki-laki itu mengabaikannya sepanjang waktu, membuat Luci tidak tenang sama sekali dan berpikir harus segera bicara dengan Dekada.

Terlihat jam dinding yang menunjukkan pukul 19.15 saat Luci berhasil keluar dan menutup pintu kamar putrinya. Ia mendesah lega dan senyumnya terbit, siap-siap untuk bertemu Dekada yang sepertinya mendadak menjadi sangat dingin. Sedikit tidaknya Luci paham, mungkin Dekada cemburu melihat interaksinya dengan Bryan dan Luci hanya perlu segera menjelaskan tentang kesalahpahaman itu.

Luci membuka pintu kamar yang sudah disiapkan untuk dirinya dan Dekada. Kesunyian menyambut kehadiran Luci. Lampu ruangan masih terang benderang, tetapi Luci tidak menemukan Dekada di dalam kamar itu.

“Mas?” Luci mengedarkan pandangan, yang sebenarnya tidak perlu dilihat secara meluas juga ruangan itu sudah dapat dilihat keseluruhannya sebab memang tidak begitu luas. Lantas Luci mendekati kamar mandi, pintunya terbuka dan tidak ada Dekada juga di sana.

Mungkin, Dekada sedang bersantai atau mencari angin di luar, mungkin juga sedang berbincang dengan Bryan. Namun, mengingat kemungkinan penyebab Dekada menjadi cuek, sepertinya berbincang dengan Bryan bukan jawaban yang tepat. Mencoba untuk tidak panik, Luci berjalan keluar dari kamar dan pergi ke halaman belakang, tidak ada siapa pun. Beralih lagi menuju ke halaman depan, tidak ada siapa pun juga. Luci melirik pintu kamar Bryan, terdengar suara musik dari dalam sana, artinya Bryan sedang ada di kamarnya dan tidak mungkin Dekada bersamanya. Sementara Bianca sedang berbaring santai di kamarnya yang tidak tertutup, hingga Luci dapat melihatnya.

“Kamu di mana, sih, Mas?” Luci bergumam sepanjang melangkahkan kaki. Sudah berkeliling di setiap sudut ruangan, tetapi Dekada benar-benar sudah tidak ada di dalam rumah.

Luci mengambil ponselnya di kamar dan bergegas menekan ikon hijau pada kontak suaminya. Panggilan pun terhubung tanpa menunggu lama.

“Asalamualaikum, Mas. Kamu di mana?”

Waalaikumussalam. Aku lagi ada pertemuan sama Pak Geri.”

“Kok, kamu nggak bilang, sih, mau pergi?”

Sorry.”

Luci mendesah. Hanya itu? Mana alasannya?

“Kapan kamu perginya?”

Behind the Camera [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang