Tekan dulu bintangnya, yuk! Udah? Nah, jangan lupa komen di sepanjang cerita yaaa hehehe. Komen min. 50, votes min. 100 buat next chapter yaaa. thankyou :))
Happy reading!
***
Wajah Dekada bersembunyi dalam lipatan tangannya di atas kemudi. Energinya seperti tersedot habis karena titik-titik amarah yang bersarang dalam dada. Merasa tidak kuat lagi mengemudikan mobilnya dan terpaksa menepi setelah lima menit dijalankan teramat pelan, masih tidak jauh dari rumah yang sepertinya memang memiliki daya magnet tinggi sehingga membuat Dekada amat berat untuk pergi lebih jauh.
Di sana rumahnya. Di dalam rumahnya, ada istrinya. Istrinya adalah dunianya, tetapi sekarang Dekada ragu pada dunianya itu.
Dekada masih bergelut dengan segala kebenaran yang memaksanya untuk paham bahwa Luci yang ia cintai sungguh tidak menaruh rasa percaya padanya hingga memilih untuk menyingkirkan kejujuran. Di antara kecewa dan iba, mana yang harus Dekada redamkan duluan? Mengingat lagi kenyataan tentang istrinya yang memiliki anak jauh sebelum bersamanya, seorang anak yang bukan darah dagingnya—lahir dari perempuan yang dicintainya. Dekada amat tercubit.
Di tengah-tengah azan Asar yang menggema di telinga, Dekada coba lagi untuk mencerna semuanya. Lantas, menemukan mana yang paling melekat dengan dirinya ... ialah rasa kecewa. Ia menghela napas panjang dan mulai terisak kembali.
“Gimana aku bisa ikhlas dengan kebenaran ini, Ci? Aku benar-benar nggak kenal kamu. Kita sama-sama asing.” Genggaman tangannya pada kemudi makin erat, seakan apa yang digenggam itu adalah sebuah kekuatan untuk bertahan. “Harusnya ... kita saling mengenal lebih jauh sebelum pernikahan itu terjadi. Apa sebenarnya aku yang egois? Aku yang terburu-buru datang ke kamu dan ....” Otak Dekada memproses sesuatu, membuat suaranya teredam perlahan. “... dan apa sebenarnya alasan kamu terima aku? Apa demi mencari ayah untuk Lily? Kamu mau pernikahan ini dirahasiakan pun juga demi menutupi rahasia tentang kamu dan Lily? Gitu, kan, Ci?” Dekada terus berpikir lebih jauh, menerka hal-hal yang tidak pernah terbersit sebelumnya.
Dekada mengangkat kepala bersamaan dengan hidungnya yang menghirup banyak oksigen. Memandang pada jalanan sepi sekitar tempat tinggalnya dengan pandangan buram sebab mata yang berair. Ia melirik ke tempat duduk sebelah, tempat di mana Luci biasa mengisinya, bergelung manja dan bersandar di lengan Dekada, bernyanyi dengan suara indahnya, membelai pipi dan menusuk lubang kecil dengan gemasnya. Sekarang, yang tersisa di sana hanyalah sebuah ponsel milik Luci yang tertinggal sepulang mereka kerja siang tadi.
Rasa penasaran mulai menggelitik diri Dekada. Ia yakin, banyak hal yang Luci simpan di dalam benda elektronik pribadinya itu. Bolehkah jika Dekada ingin membuka dan melihat-lihat isi di dalamnya? Dekada menimbang-nimbang banyak hal. Jika ia melihat isinya, mungkin saja sakitnya kian terasa? Namun, Dekada tetap penasaran, padahal sebelumnya Dekada amat menghargai privasi Luci. Akan tetapi, kenyataan yang ia dengar hari ini membuatnya ingin makin jauh mengetahui banyak hal. Biarlah sakit, biarlah sesak, biarlah semuanya ia rasakan sekaligus sekarang. Biarlah semuanya terbuka sekarang, agar Dekada benar-benar lega dan tidak setengah-setengah merasakan sakitnya. Agar nanti, Dekada tahu bagaimana ia harus menenangkan diri dan bersikap seperti apa pada Luci.
Dekada mulai mengambil ponsel Luci yang ia tahu tidak memiliki keamanan yang cukup, alias tidak perlu kode, pola, atau sidik jari untuk membukanya. Memang kelewat teledor Luci. Bagaimana kalau sejak dulu Dekada tidak mau mengerti privasinya? Bagaimana kalau ponselnya hilang dan ditemukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab? Dekada amat menyayangkan itu, tetapi kemudian merasa beruntung karena sekarang tidak kesulitan untuk membuka ponsel istrinya.
Awal-awal pernikahan—sebelum Luci memperkenalkan Lily—wallpaper ponselnya adalah potret dirinya sendiri yang sedang rekaman. Lantas, setelah memperkenalkan Lily, Dekada bisa menangkap jelas wallpaper ponsel Luci sudah berubah menjadi potret dirinya dengan Lily. Sekarang, Dekada tidak heran lagi mengapa Lily amat membutuhkan Luci, terus-terusan mencari Luci, hubungan darah yang memang sangat kental. Sayang, Dekada justru termakan kebohongan Luci dan merasa terluka sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Camera [COMPLETED] ✓
Romance✨ Cerita terpilih untuk Reading List @WattpadRomanceID [Bittersweet of Marriage - Maret 2023] ✨ Naskah Terbaik #1 event Menulis Novel oleh Semanding Books Blurb: Luci boleh melanjutkan karirnya di Jakarta dengan syarat harus memiliki suami sebab ked...