27. Menciptakan Momen Indah

6.4K 544 61
                                    

Hai ☺️

Selamat membaca, yaaaa!

***

Malam hari, di kediaman keluarga Prasetya.

Rencana untuk membuat acara kecil-kecilan pun terlaksana dengan persiapan yang apa adanya. Dekada sekeluarga sudah sering membuat acara serupa, jadi semua keperluan yang dibutuhkan sudah tersedia. Seperti alat pemanggang dan semua printilannya. Mereka memang berniat untuk barbeque-an.

Asap dari panggangan dengan aroma bumbu olahan itu menyapa penciuman. Luci paling senang diajak membuat makanan begitu, jadi ia sangat bersemangat mengajukan diri untuk membuat aneka bumbu. Sementara Dekada bagian mengurus panggangan bersama papa dan ayahnya. Fani dan Cinta yang menyiapkan alat-alat untuk makan dan minum.

Dari arah pintu menuju halaman belakang, muncul Mikha bersama seorang laki-laki yang ia gandeng penuh kemesraan.

"Hai, semua. Mikha telat, ya?" sapanya dengan begitu riang, tetapi sedikit manyun. Semua mata tertuju pada anak bungsu keluarga Prasetya itu. Mereka menyapa balik dengan senyuman dan lambaian tangan.

"Nggak, kok. Sini, sini!" Cinta memanggil sambil menepuk tempat kosong di sisi kirinya, di sisi kanan ada besannya.

Mikha tersenyum senang dan menuntun pacarnya untuk mendekati sang mama. Ada sedikit perbincangan antara Cinta dan pacar Mikha yang bernama Angga, saling menyapa dan bertanya kabar. Setelahnya mereka melanjutkan kegiatan menunggu panggangan matang.

Tidak ada sunyi yang menemani, ada saja celetukan atau candaan yang keluar di sana. Semuanya menikmati suasana, menikmati tugas masing-masing. Apalagi Luci, sangat menikmati pemandangan yang amat indah di bawah kerlap-kerlip lampu hias kecil, alias ada suaminya di sana yang sedang fokus membolak-balikkan daging di atas panggangan. Sesekali juga bercanda dengan Ganda dan Prasetya, menghasilkan senyum dan tawa, sesuatu yang membuat Luci curi-curi pandang. Luci meraih ponsel di sisi kirinya, mengaktifkan kamera, dan mengambil potret lelakinya. Tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali, sempat juga merekam menjadi video. Bibir Luci tak habis-habisnya tersenyum melihat hasil jepretannya.

"Udah matang, nih, guys! Sini, sini!"

Suara tebal khas milik Dekada mengalihkan atensi Luci. Ia mengangkat kepala dan menemukan suaminya menggerakkan tangan, memanggilnya. "Sini, Ci!" Luci mengangguk dan beranjak segera, tidak mau suaminya menunggu lebih lama.

Luci mengambil satu piring, lalu memilih daging-daging matang yang ingin dimakan. Mau yang ini, mau yang itu. Luci bertanya pada Dekada, ingin lihat suaminya yang makan lebih dulu, dirinya bisa belakangan. Lantas, piring sudah terisi dengan pilihan Dekada, Luci menyuapi sekali, dua kali, hingga tiga kali, dan Dekada menawarkan untuk menyuapi balik.

"Ini buat kamu aja, Mas," kata Luci mendorong pelan daging yang Dekada sodorkan menggunakan sumpit di depan wajahnya.

"Kamu juga makan, dong. Ayo, aaaa." Dekada tetap menyodorkan makanan sambil membuka mulutnya. Luci jadi gemas dan mengalah saja. Akhirnya, si istri dengan dress kasual itu ikutan makan bersama suaminya dan yang lain. Ganti-gantian menyuapi. Beruntung semua punya pasangan, jadi tidak ada yang cemburu atau iri-iri kesal.

"Luci pintar, ya, bikin bumbunya. Ini pas banget, berasa semuanya, nggak ada kurang apa-apa." Cinta memuji anak mantunya dengan mata berbinar dan mulut yang terus mengunyah.

"Luci terus yang dipuji, ini yang panggang Deka, loh," celetuk Dekada dengan niat bergurau.

Cinta mendengkus jenaka. "Manggang doang, sih, Mama juga bisa."

Behind the Camera [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang