20. Pelan-Pelan Saja

8.6K 568 54
                                    

Jangan lupa vote, komen, dan bantu share cerita ini yaaah. Follow juga akun Wattpad, Instagram, dan KaryaKarsa: @todayisfina 💃✨ Thankyou.

***

Luci kembali ke ruangan tempat berkumpul. Mereka yang tadi bersamanya terlihat sedang menonton hasil teaser film yang baru diselesaikan. Merasa tidak terlalu berpengaruh di sana, Luci pun memilih duduk saja di sebuah sofa sambil memperhatikan mereka. Sesekali, ia tersenyum saat potongan lagunya terdengar mengisi backsound atas apa yang mereka tonton.

Mata Luci juga tidak melewatkan sosok Dekada yang posisinya sedang duduk di tengah-tengah Bulan dan Amara. Ketiganya sangat berantusias terhadap apa yang ditonton. Banyak candaan yang terus keluar dari mulut mereka, bahkan ketiganya sering menjahili satu sama lain. Di sana, Luci bisa melihat Dekada tertawa lepas tanpa malu-malu.

Kalau dipikir-pikir, interaksinya dengan Dekada di rumah sepertinya datar saja. Dia ataupun Dekada masih terasa kikuk meskipun keduanya sudah berusaha untuk melakukan apa saja yang bisa mencairkan suasana. Luci mungkin tipe orang yang pendiam, akan mengeluarkan segalanya kalau dirasa cocok dengan orang lain. Sementara Dekada, ah Luci yakin kalau Dekada adalah orang yang interaktif, dia akan senang hati berkomunikasi dengan seru meskipun tidak begitu dekat dengan lawan bicaranya. Namun, saat bersama Luci, laki-laki itu akan jadi orang yang terlihat paling sempurna dengan sikap tenangnya. Luci berpikir, Dekada yang ia lihat tertawa bersama temannya adalah Dekada yang sesungguhnya, sementara Dekada yang di rumah adalah sosok Dekada yang sedang berusaha untuk menjadi orang terbaik untuk istrinya.

Luci penasaran, bagaimana kalau dia bergabung dengan tiga orang itu? Dia ingin coba untuk akrab juga. Memang, sih, mereka saling mengenal, tetapi untuk Luci yang berbeda bidang di dunia entertainment, dia tidak begitu akrab dengan aktor atau aktris. Hanya beberapa dan mereka tidak terlibat dalam project film Dekada.

Samar-samar Luci memicingkan mata saat Bulan tampak merangkul Dekada. Ia tidak suka melihat interaksi mereka yang terlampau akrab sampai bersentuhan beberapa kali. Sudah banyak adegan romantis di filmnya, eh di belakang layar pun tidak mau jauh-jauh. Luci tau, sih, mereka akrab sekali karena memang sudah sering satu project. Namun, tetap saja Luci tidak terima kalau suaminya dekat-dekat dengan perempuan lain. Dekada juga terlihat tidak risi. Dasar! Bikin Luci jadi jengkel.

“Wah, kayaknya emang harus gabung di sana, deh.” Luci bergumam dalam kekesalannya. Ia segera bangkit dan menghampiri tiga orang di depannya yang sama-sama menghadap ke sebuah layar proyektor berukuran sedang.

Tak disangka-sangka Luci berani membawa tubuhnya mepet pada Dekada dan membuat rangkulan Bulan terlepas. Luci berdiri sambil merangkul pundak Dekada yang dalam posisi duduk, kepalanya menunduk seolah-olah ikut memperhatikan tontonan mereka.

Dekada mengernyit sambil sesekali curi-curi pandang sebelum tersenyum jenaka karena gemas melihat tingkah Luci yang tiba-tiba. Sementara Bulan pun merasa bingung dengan kehadiran Luci, ia hanya menggeleng-geleng.

“Eh, ulang dari awal, dong? Aku belum lihat,” kata Luci yang pura-pura berantusias.

Mereka pun kembali menonton cuplikan isi film untuk bahan promosi itu. Luci yang sedang kesal bercampur usil, diam-diam menggelitik dagu Dekada. Laki-laki itu jadi salah tingkah sendiri, bertanya-tanya dalam hati, Ini Luci kenapa, sih? Aneh banget. Lalu, tertawa kecil sambil geleng-geleng. Padahal, maunya Dekada meraih tangan Luci yang dengan santai bertumpu di pundaknya, lalu mencium-ciumnya dengan gemas.

Duh, bukannya lagi marahan, ya?

Luci menarik tangannya, beralih meremat perutnya yang kembali mengeluarkan nyeri samar. Rintihan kecil yang alami keluar dari mulutnya dapat ditangkap oleh Dekada. Melihat Luci yang kembali ke sofa belakang, Dekada menyusulnya tanpa ragu-ragu, tidak peduli lagi dengan dua temannya yang sekarang sedang berbincang.

Behind the Camera [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang