33. Jari yang Hampa

5.7K 528 64
                                    

Tekan dulu bintangnya, yuk! Udah? Nah, jangan lupa komen di sepanjang cerita yaaa hehehe thankyou :))

Happy reading!

***

Biasanya, mereka tetap bisa menikmati pertemuan-pertemuan di ruang publik yang mengharuskan mereka kembali berakting menjadi orang yang hanya kenal sebagai rekan kerja.

Biasanya, meskipun begitu, mereka tetap bisa menikmati tatapan-tatapan penuh rahasia yang beradu dari mata ke mata.

Biasanya, lontaran candaan yang menyiratkan sindiran terhadap hubungan yang sebenarnya mengikat mereka akan menjadi sesuatu yang lucu dan menggelitik hati.

Biasanya akan seperti itu, tetapi kali ini, tentu akan jauh dari semua itu.

Hari ini, tepatnya sekitar jam sembilan pagi, setelah kepergian Dekada dari apartemen Andra, mereka ada pertemuan dengan sutradara dan semua orang di balik layar untuk rapat persiapan Gala Premier yang akan berlangsung beberapa hari lagi.

Dekada datang dengan penampilan apa adanya, celana jeans yang tidak diganti sejak kemarin dan jaket putih yang kebetulan ia bawa di mobilnya. Ke mana perginya Dekada pagi-pagi buta tadi? Tidak ke mana-mana. Laki-laki itu hanya berdiam diri di dalam mobil yang sudah ia parkirkan pada basement gedung pertemuan. Memejamkan mata hingga langit benar-benar terang benderang. Tidak mandi, hanya mencuci wajah dan sikat gigi saja.

Inginnya terbebas dari keramaian terhadap gosip yang sedang hangat, tetapi kemudian ingat lagi bahwa dunianya memang berputar pada poros yang sama, yaitu dunia selebriti. Tentu saja jelas apa yang Dekada dengar ketika memasuki ruang pertemuan, gosip itu sudah tersebar di mana-mana. Namun, Dekada yang duduk di paling ujung itu hanya diam, seakan tidak peduli terhadap apa pun yang mereka bicarakan. Padahal, topik yang mereka bahas adalah tentang istrinya sendiri.

Dekada hanya sibuk memainkan ponsel yang sedang dalam mode pesawat, ia hanya bermain permainan offline. Mencoba untuk menulikan diri meskipun rupanya desas-desus orang-orang kian berhasil membakar pendengaran dan juga hatinya. Dekada memainkan karakter game-nya dengan kemarahan yang nyata di lubuk hati terdalam, ia curahkan semuanya dengan jemari yang bergerak brutal di atas layar.

Tiba-tiba suasana hening, pergerakan jari Dekada pun perlahan memelan, penasaran mengapa orang-orang tidak berbicara lagi. Saat mengangkat kepala, rupanya kedatangan Luci lah yang membuat mereka bungkam. Bukan karena mereka takut, tetapi lebih ingin menjaga perasaan si perempuan yang menjadi topik obrolan. Mereka memang diam, tetapi bukan berarti berhenti membahas. Bagaimanapun juga, Luci sudah menjadi bagian dari projek yang sedang berlangsung sekarang, artinya mereka yang berada di dalam ruangan itu merasa perlu mempertanyakan keterkaitan Luci dengan gosip yang sedang beredar.

“Hai, semuanya, sorry telat.” Namun, Luci kelihatan bingung dengan semua orang yang memandangnya dengan tatapan aneh. Ia tersenyum kikuk. “Ini ada apa, ya?” tanyanya begitu polos.

Sungguh, sejak membuka mata pagi tadi, hal yang paling Luci tunggu adalah kabar dari Lily dan juga suaminya. Kata Bryan, hari ini Lily terlihat membaik dan boleh dibawa pulang, tetapi tetap harus diinfus di rumah. Bryan menyetujui, ia akan merawat Lily dan supaya lebih gampang juga memantau perkembangannya. Itu kabar baiknya.

Lain halnya dengan satu hal yang juga Luci tunggu. Kabar dari Dekada. Saat membuka ruang obrolannya dengan sang suami, Luci menemukan beberapa pesan Dekada yang ditarik kembali hingga Luci tidak bisa membacanya, tidak tahu apa yang suaminya sampaikan. Kembali Luci menghubungi Dekada hingga berkali-kali, tetapi hasilnya masih sama seperti sebelumnya.

Fokus Luci hanya dengan dua orang tercintanya itu saja, tidak sempat sedikit pun melirik sosial media. Pun, tidak ada satu pun orang yang memberinya kabar tentang gosip itu.

Behind the Camera [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang