44. Terungkap semuanya

8.9K 594 109
                                    

Halooo DELUCI update kembali!😍

Jangan lupa vote dan komen banyak-banyak yaaah! Kalau berkenan juga boleh follow wattpad aku ini 😍 Thankyou!

Happy reading 🫶

***

Tiga tahun yang lalu ....

Ponsel Dekada terus berbunyi, tetapi sang empunya baru bisa mengangkat panggilan setelah berhasil keluar dari kumpulan geng motornya yang sedang konser lokal. Dekada pindah posisi ke belakang, jemarinya memijat ujung pelipis sebelum mengeluarkan suara.

“Halo, Sayang?”

Maska, aku lagi di luar, nih. Mobil aku macet, jadi ini nungguin taksi. Rencananya aku mau beli kertas foto buat cetak polaroid, buat merchandise di penerbit.”

“Kenapa malam-malam gini, sih?”

Soalnya ini perlu buat besok banget. Aku udah disuruh dari kemarin-kemarin, tapi lupa mulu. Kalau sampai besok aku nggak siapkan, bisa-bisa kena omel.

“Kamu di mana sekarang? Mau aku susulin?”

Gracia berseru riang. “Hayuk, Maska! Sambilan kita makan kebab langganan. Udah lama, kan, kita nggak makan itu?

“Tapi, Sayang ....” Dekada melirik sekitar. Belum ada satu pun temannya yang pergi atau pulang. Mereka masih stay menikmati acara. Memang acara itu akan berlangsung sampai besok pagi. “Temen-temen aku belum ada yang pulang. Aku nggak enak kalau ninggalin acara.”

Eum ... ya udah, deh. Ini aku juga udah naik taksi ke toko buku. Have fun, ya!”

“Kamu hati-hati, loh, ya.”

Iya, sayangku.”

Dekada kembali maju, menikmati acara dengan teman-temannya. Tidak tebersit sedikit pun di kepalanya bahwa sang kekasih dalam bahaya. Namun beberapa menit setelahnya, Dekada mendapat panggilan dari seseorang yang memberi kabar bahwa Gracia mengalami kecelakaan.

Detik itu juga Dekada merasa kehilangan akal sehatnya. Ia pergi tanpa peduli panggilan dari teman-temannya. Mobilnya melaju ugal-ugalan menuju lokasi kecelakaan. Setibanya di sana, Dekada sudah melihat banyak darah berceceran. Dekada berlari menuju ambulans yang sudah mengangkat tubuh Gracia. Ia membuka sesuatu yang menutupi tubuh Gracia dan menemukan sekujur tubuh hingga wajah yang penuh luka dan darah, sangat mengenaskan.

Sekujur tubuh Dekada lemas dan kehilangan tenaga. Tangisannya tumpah begitu deras. Dalam isakannya, ia terus memanggil, “Gracia ... sayang ...”

“Dekada!”

Seseorang memanggilnya dari belakang. Sagara. Kakak kandung Gracia, satu-satunya saudara Gracia. Laki-laki itu menahan tubuh Dekada yang nyaris tumbang, sementara jasad Gracia sudah berada di dalam ambulans.

“Gracia, Gar. Dia baik-baik aja, kan?” Dekada menatap lamat-lamat Sagara, pandangan sedih yang penuh harapan. Sayangnya, Sagara menggeleng lemah, menghancurkan segala harapan Dekada.

“Gracia meninggal, Ka,” balas Sagara amat sedih.

Dekada hancur lebur. Cintanya pergi, penyesalan yang teramat besar mulai menghantuinya. Andai tadi ia benar-benar menyusul Gracia, maka kecelakaan ini mungkin tidak terjadi.

Seorang saksi mata mengatakan bahwa Gracia baru turun dari sebuah taksi di depan warung kebab yang juga berseberangan dengan toko buku. Gracia lebih dulu memesan kebab dan berniat menyeberang ke toko buku sambil menunggu pesanannya. Tadinya, jalan tampak sepi dan lengang, membuat Gracia berani untuk menyeberang. Sayangnya, sebuah motor gede melaju kencang secara tiba-tiba. Sangat cepat, bahkan Gracia tertabrak hanya dalam hitungan detik.

Behind the Camera [COMPLETED] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang