"Lihat itu!" teriak Denziel sambil mengebaskan rambut pirangnya dengan tangan. Dia menunjuk tangan ke atas langit. "Kapal kita sudah datang!"
Saat itu Pak Rafael Waterfield dan seluruh murid telah berada di halaman kastil Exspiravito Zombra bersama dengan Bu Dawson, Pak Salvator D' Albertis bersiap-siap kembali ke kapal The Eagle's Wings. Pagi ini langit tampak cerah dan lautan biru terhampar sejauh mata memandang.
"Perhatian semua," teriak Pak Waterfield berdiri di depan. "Kapal The Eagle's Wings sedang mengambil posisi yang tepat, sehingga kita dapat mempergunakan alat Transfer Tanpa Bayang untuk kembali ke kapal.
"Astaga!" seru Megan berseri-seri. "Rasanya sudah lama sekali kita meninggalkan kapal, ya?"
"Benar, Megan," sahut Serena, "padahal kita di sini tidak sampai satu minggu. Aku rindu sekali dengan kapal The Eagle's Wings!"
Kapal Pesiar The Eagle's Wings merambat di kejauhan. Semakin lama semakin mendekat dan membesar. Dari kastil ini, kapal itu terlihat sangat menakjubkan bahkan di mata murid-murid asli dari Morte-Orbis.
Kapal pesiar itu sekarang berada sangat dekat dengan kastil lalu berhenti. Para penumpang tampak melambai-lambaikan tangan ke arah mereka. Seluruh murid kelas satu junior bersorak-sorak kegirangan menyambut kedatangan kapal The Eagles' Wings seakan-akan mereka sudah meninggalkan kapal itu selama bertahun-tahun.
Alat Transfer Tanpa Bayang telah dipasang di beberapa kotak berbentuk ruangan yang di tempel di dinding halaman kastil. Murid-murid kemudian antre memasuki ruangan dan beberapa detik sudah tiba-tiba berada di lantai dek paling atas di kapal.
"Ayo, giliran kita!" seru Denziel. Mereka berempat segera masuk bersama-sama, menekan tombol di dalam ruangan. Ketika pintu terbuka, beberapa detik kemudian, mereka sudah melangkah keluar dari ruangan dan tiba-tiba sudah berada di dek paling atas di kapal. Perasaan 'berada di sini dan tiba-tiba muncul di sana' menerpa pikiran mereka.
"Ayo kita ke sana!" ajak Denziel bersemangat.
Keempat remaja itu segera berlari ke pinggir kapal dan melambai-lambaikan tangan ke arah Pak Warren Waterfield dan para kru-nya di bawah sana. Bu Joanne Dawson dan Pak Salvator D'Albertis tampak baru saja memasuki kotak alat Transfer Tanpa Bayang. Pak Warren tampak mendongakkan kepalanya ke atas, balas melambai kepada murid-murid dan tersenyum lebar.
"Sampai jumpa lagi!" teriaknya berkali-kali, meskipun suaranya hilang dalam hiruk-pikuk suasana kedatangan kapal.
Dennis mengeluarkan ponsel, menekan tombol Zoom ke arah kastil. Dia ingin melihat kastil itu untuk yang terakhir kalinya. Pada saat itulah, Dennis tiba-tiba tersentak kaget. Sesuatu tampak berkelebat cepat di layar ponselnya.
"Ikan hiu!" teriaknya.
Ketiga temannya tidak mendengar sebab para murid kelas satu Junior sudah berdiri dan berteriak-teriak seraya melambaikan tangan di kiri kanan mereka.
"Denziel!" teriak Dennis, mengguncang bahu Denziel."Ikan hiu itu, ikan hiu itu muncul lagi!"
"Maksudmu?" tanya Denziel menajamkan pendengarannya di tengah hiruk-pikuk suasana kapal.
"Aku barusan nge-zoom dengan kameraku, ikan hiu itu melintas di balik kastil!"
Denziel langsung pucat pasi. Mereka berdua kemudian berusaha mengamati kastil itu lewat kamera Dennis yang di-zoom dan diarahkan ke segala tempat, tetapi mereka tidak menemukan apa-apa.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Dennis. Denziel bingung.
"Tidak ada yang percaya kepada kita tentang ikan hiu itu," gerutu Dennis. "Apa perlu ada kejadian tragis baru mereka benar-benar percaya pada cerita kita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PURA-PURA MATI
Fantasy(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Seorang remaja moody terbujuk untuk berpura-pura mati, memalsukan kematian dan melarikan diri ke sebuah dunia rahasia demi menyelamatkan sebuah keluarga yang dikasihi dan turut serta menyelamatkan sebuah kapal pesiar mi...