Bab 9: Mengajak Melody Harlow

9 2 0
                                    

Mereka tiba di kafe Ilalang yang sudah menjadi kafe favorit tongkrongan mereka. Pak Rodriquez, pemilik kafe berwajah ramah tampaknya sudah mulai mengenali mereka dan menyapa dengan ramah. Setelah duduk dan memesan minuman, mereka mengeluarkan buku-buku dan menaruhnya di atas meja. Keempat anak ini ternyata memiliki satu kegemaran yang sama, membaca novel. Novel-novel yang mereka bawa tampak terselip di antara buku-buku pelajaran.

Beberapa pelajar kelas satu Junior melewati mereka, berbisik-bisik sambil tertawa kecil.

"Ssst ... itu kelompok Ikan Hiu Terbang lagi nongkrong di sana."

"Hati-hati, hiu itu bisa menerobos ke sini. Siapkan senjata kalian."

Keempat remaja itu mengobrol dan berusaha mengabaikan olok-olokan dan saat itu pandangan mata Denziel terbentur pada meja di seberang. Seorang gadis tampak duduk membelakangi mereka.

"Astaga, Melody Harlow," kata Denziel. "Mengapa duduk sendirian, ya?"

Mereka memperhatikan Melody. Dia tampak sibuk dengan ponsel-nya.

"Bagaimana kalau kalian mengajak Melody jadi anggota grup Girlband kalian, Megan, serena?" usul Dennis tiba-tiba. Dia sudah mendengar cerita teman-temannya tentang Melody yang membelanya ketika Denziel, Megan dan Serena bertengkar dengan teman sekelas.

Megan dan Serena tampak menimbang-nimbang usulan Denis.

"Akh," desah Serena. Matanya tersirat rasa bersalah. "Apa kita juga jahat terhadap Melody Harlow, ya? Apa kita tanpa sengaja pernah mem-bully-nya?"

"Tidak," bantah Megan. "Kita tidak pernah mem-bully Melody Harlow, Serena. Kita memang pernah jengkel dan berbisik-bisik tentang dia di antara kita berempat, tapi kita tidak pernah mem-bully-nya."

"Syukurlah," gumam Serena. Dia teringat perasaan jengkelnya terhadap Melody Harlow. "Apa dia mau kalau kita ajak untuk jadi anggota Girlband kita?"

"Kurasa dia pasti mau, Serena," tukas Megan. "Ingat tidak, dulu dia nguber-nguber kita untuk bergabung di Girlband. Mungkin, yang utama, kita harus membiasakan diri dengan sifat-sifatnya yang suka over-acting. Barangkali kita bisa mencoba mengatasinya hal itu nanti."

"Ya, aku tahu," gumam Serena. "Kita mungkin akan merasa jengkel dalam hal-hal tertentu tentang dia, tapi pada dasarnya, anak itu baik."

"Ayo Serena," ajak Megan. "Kita hampiri dan menanyakan kemungkinan masih mau tidak dia bergabung dengan kita."

Serena dan Megan beranjak dan berjalan menghampiri Melody Harlow. Denziel dan Dennis memperhatikan dari meja mereka. Gadis itu tampak terkejut melihat kedatangan Megan dan Serena. Beberapa saat kemudian, kedua anak laki-laki itu melihat Melody Harlow seperti melonjak dan berdiri.

"Apa? Serius?" mata Melody Harlow membulat dan berbinar-binar. Senyum lebar terkembang di bibirnya. "Oh Tuhan, terima kasih, Megan, Serena, kalian baik sekali. Aku sudah sangat putus asa, tak seorang pun mau bergabung denganku di grup mereka. Tapi ..."

"Tapi ...?" sambung Serena dan Megan serentak.

"Akh, tidak apa-apa, aku menurut saja apa yang kalian mau di grup nanti."

"Katakanlah, siapa tahu ide-mu bagus," desak Megan sambil tersenyum.

"Maaf, aku mendengar nama grup kalian, Sweet Flower ... rasanya ...."

"Oh, jangan khawatir," cetus Serena. "Kita tidak akan memakai nama sampah itu untuk grup kita. Kita akan buat nama baru nanti."

Melody terkikik mendengar perkataan Serena. "Astaga, nama sampah, kenapa pikiranku sama dengan kalian, ya? Ckckckck."

PURA-PURA MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang