Bab 31: Tumbal

214 21 210
                                    

 Terdengar teriakan keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 Terdengar teriakan keras.

"Aduh, ampun! ... Ampun!" Enrico Oswald meraung-raung. Tubuhnya terkapar di lantai. Tangannya menutupi wajah seakan ngeri diserbu ribuan lebah.

"Astaga!" seru Denziel tercengang. "Kenapa jadi nangis kayak anak kecil?"

"Entahlah!" sahut Dennis heran seraya memperhatikan tubuh Enrico yang tinggi besar dan meringkuk tak berdaya di lantai. "Muka preman, hati Hello Kitty."

"Apa?" tanya Denziel heran.

"Akh, lupakan," gumam Dennis sambil mengebaskan tangannya. "Itu istilah di Locusta Originia, nanti kujelaskan."

Sementara itu, para pengunjung kafe yang terperanjat telah mengerubuti Enrico Oswald, Dennis dan Denziel. Noah dan Michael baru saja mendekati mereka, ketika seorang petugas keamanan kafe bertampang sangar menyeruak.

"Ada apa ini?" bentaknya dengan suara menggelegar.

"Maaf Pak," kata Oliver, salah satu dari anak bertubuh tinggi besar yang tadi mengikuti Enrico Oswald, tubuhnya gemetar. "Terjadi kesalahpahaman, Pak. Kami datang ke sini bukan untuk berkelahi, tapi untuk menemui mereka karena ada urusan mendesak."

"Maksudmu?" tanya Denziel terbelalak.

"Kami ingin kembali bergabung dengan kelompokmu, Denziel."

"Astaga!" seru Dennis, kaget. "Kami kira kalian mau ngajak bertarung."

"Ayo, selesaikan urusan kalian di luar," perintah petugas keamanan dengan tegas. Dia segera meminta para pengunjung lain untuk membubarkan diri. Dennis dan Denziel membantu Oswald berdiri dan berjalan beriringan keluar Kafe.

"Noah, Michael," kata Serena, mencegah kedua pemuda tampan itu mengikuti. "Sudah beres, kalian tunggu di dalam kafe sebentar, ya."

Megan dan Serena dan kelompok Golden Arrow lain segera menyusul Denziel dan Dennis. Mereka bertemu dengan segerombolan murid The Eagles' Wings yang sedari tadi menunggu di luar.

Setelah saling meminta maaf, Enrico Oswald berkata, "Eh ... M-maaf, Denziel," ujarnya terbata-bata. "Aku dan beberapa teman yang lain telah memutuskan untuk tetap berada di bawah naunganmu sebagai ketua."

"Baiklah," kata Denziel heran. "Coba jelaskan sekali lagi."

"Tadi," kata Enrico, "setelah keluar dari aula rapat, terjadi keributan di antara sesama kami. Sebagian dari kami sebenarnya tidak setuju dengan tindakan Dillon dan Logan. Kami menganggap Dillon telah melakukan sesuatu yang tidak pantas."

"Lantas? Apa mau kalian?" cetus Melody Harlow sinis, dengan dagu yang diangkat tinggi. Gadis itu sedikit mencurigai mereka dan masih sakit hati teringat saat murid-murid The Eagle's Wings itu meninggalkan rapat yang telah menghancurkan seluruh esensi kebahagiaan mereka pagi ini.

"K-kami tidak mau dipimpin oleh ketua seperti itu," jelas Enrico dengan ekspresi wajah seperti bersalah. "Kelompok yang tadi keluar dari ruangan aula rapat sudah terpecah. Kami ingin kembali bergabung dengan kalian, Denziel."

PURA-PURA MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang