Bab 26: Lagu Pengiring Kematian

291 40 24
                                    

Dennis Reeves memperhatikan dengan gemetar saat Nicolas Al-Portero melangkah ke arah dinding dan menekan sebuah tombol. Seram, apa yang akan terjadi? Kabut putih memenuhi ruangan, merembes perlahan menghalangi pandangan mata mereka. Dengan cemas Bu Cynthia merenggut tangan anak-anaknya dan Dennis. Dokter Harris berdiri terpaku, seakan membatu. Ketika kabut itu akhirnya menyusut perlahan, semua terperangah. Segalanya telah berubah.

Keheranan, Dennis menyadari bahwa mereka semua saat ini berada di dalam sebuah bangunan yang mirip kastil tua, dan ketika dia menoleh ke samping, terlihat permukaan air tempat mereka muncul dari dasar lautan, masih berada di sana, lengkap dengan mobil yang tergeletak di tepian. Permukaan air saat ini menyerupai danau kecil dengan padang rumput dan hutan rimbun di sekitar. Semua batu-batuan dan dinding gua telah lenyap dari pandangan mata.

Kastil itu terlihat besar dan megah, memiliki ruangan yang sangat luas dan memukau, berwarna keemasan dengan pilar-pilar berukiran, gantungan-gantungan lampu berukiran indah, patung-patung, lukisan-lukisan, etalase-etalase kaca yang dijejali dengan emas berlian dan artefak ukiran purbakala, topeng-topeng aneh di dinding dan lantai pualam yang berkilauan. Rasa takjub bercampur cemas berkecamuk di kepala Dennis.

"Tenanglah," ucap Nicolas Al-Portero dengan ekspresi wajah serius. "Kita akan segera melakukan upacara ritual pura-pura mati agar kalian segera tiba di sana. Beberapa menit lagi surya 'kan tenggelam, dan kita akan segera mulai ritualnya."

Aneh sekali. Gua di dasar samudra saat itu telah pupus dari pandangan mata. Di kejauhan, di balik hutan rimbun tampak perbukitan dengan matahari yang terseok-seok perlahan. Mereka berada di daratan di sebuah padang entah di mana. Ketika udara semakin temaram, Nicolas berdiri di hadapan mereka. "Kami tidak memaksa dan kami serahkan semua keputusan kepada kalian semua. Jika kalian memutuskan untuk kembali, kalian akan dikirim ke tempat semula. Kalian akan ditemukan di dekat pantai tempat mobil jatuh ke jurang dalam keadaan selamat."

Keluarga Dokter Harris dan Dennis menatapnya dengan diam.

"Ingatan kalian sejak mobil itu masuk ke dalam lautan sampai ke sini akan terhapus," ujarnya lagi. "Kalau pun kalian mampu mengingat, kalian akan menganggapnya sebagai bagian dari mati suri atau mimpi. Ketahuilah, untuk kehidupan selanjutnya, aku tidak akan campur tangan."

Hening.

"Untuk yang terakhir kalinya saya bertanya, apakah kalian masih ingin melanjutkan proses perpindahan ke Morte-Orbis?"

"Aku ingin terus," ujar Dennis tiba-tiba. Suaranya terdengar lebih pasti dari yang diduganya. Bagaimana mungkin harus kembali jika Dokter Harris dan keluarganya harus mengalami kehancuran? Di dunia yang baru itu dia akan kembali bersama-sama keluarga Harris seperti dulu. Tetapi jika mereka memutuskan untuk kembali, diapun harus mengikuti kemauan mereka.

Nicola Al-Portero menatapnya dan mengangguk-angguk senang.

Dokter Harris kembali merenung, mengingat kehidupan sebelumnya. Rasanya begitu merana dengan segala yang telah terjadi. Ditemukan di pantai oleh sekelompok polisi yang memburu mereka, dia akan meringkuk di penjara lagi dan menghabiskan sisa hidupnya menunggu hukuman mati, sementara istrinya pasti akan ditangkap dan mendekam di penjara karena membantunya melarikan diri.

"Kami akan terus, Pak," tukas Dokter Harris dengan sejuta keraguan. Namun, hanya pilihan ini yang dia miliki sekarang. Pikirannya begitu kusut. Dia memandang istri dan kedua anaknya dengan sedih. Semua begitu menderita sekarang. Dia sangat letih. Rasanya sudah hampir tak sanggup menghadapi semua yang telah terjadi. Dia benar-benar ingin semua ini cepat berlalu.

"Baiklah, mari kita mulai upacara Pura-Pura Mati," kata Nicolas sambil berjalan ke belakang.

Temaram, sementara mentari sudah terbenam. Kemudian tiba-tiba, lilin-lilin yang berada di beberapa tempat dan obor-obor yang menempel di dinding menyala sendiri. Lampu-lampu bersinar temaram. Di hadapan mereka, entah dari mana muncul tujuh sosok berjejer dengan jubah hitam dengan tudung yang menutupi kepala. Lantai di atas tempat mereka berdiri bergerak membuat mereka terlihat seperti di atas panggung rendah. Di sisi kiri kanan dan belakang tampak sosok-sosok yang meringkuk di kursi sambil memegang biola, tiba-tiba muncul begitu saja.

PURA-PURA MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang