"Siapa suruh dia pindah dari Locusta Originia ke sini?" sembur Logan dengan sinis. "Tanggung sendiri resikonya, benar tidak, teman-teman?"
"Benar-benar!" sahut seluruh anak-anak mendukung sambil menatap ke arah Denziel, Serena dan Megan dengan ekspresi wajah mencemooh.
"Kepindahan itu tidak semudah yang kalian bayangkan," jelas Megan, wajahnya tampak mengeras. "Jangankan berhalusinasi, orang bahkan bisa mati atau bunuh diri saat melakukan adaptasi di .... "
"Alaaa, nonsens!" potong Logan dengan suara meninggi. "Kami tidak bodoh! Kami tahu kalian ingin mencari sensasi. Dennis itu, mentang-mentang sudah mendapat ketenaran memenangkan kamar permanen 203, mulai kecanduan perhatian seperti selebritas sampah – ingin terus-menerus diberitakan – dengan cara-cara sampah!"
"Apa perlu tangan atau kaki Dennis putus digigit oleh ikan hiu itu baru kalian percaya?" sindir Denziel sengit. Serena dan Megan sontak memegang tangan Denziel yang seperti bergerak hendak maju mendekati Logan.
"Kami tidak perduli kalau kaki atau tangan Dennis putus digigit ikan hiu!" dengus Jude ikut-ikutan.
"Hentikan semua ini!"
Tak terduga, teriakan keras yang baru saja terdengar berasal dari Melody Harlow. "Aku setuju dengan apa yang dikatakan oleh Serena, Megan dan Denziel," ujarnya melotot. "Kalian tidak punya perasaan. Walaupun mungkin Dennis cuma berhalusinasi, kalian telah memperparah kondisi psikologisnya – kalian tahu, dalam kondisi seperti ini, semakin seseorang tidak dipercaya, semakin ingin dirinya membuktikan kebenaran yang dipercayainya itu kepada semua orang di sekitar."
Astaga, kali ini diagnosis psikologi Melody Harlow tampak benar. Serena, Megan dan Denziel bertukar pandang. Melody mengerti bagaimana rasanya di-bully walaupun bulian yang dialaminya sering terjadi akibat ulahnya sendiri yang aneh-aneh – yang memang juga tidak boleh dijadikan alasan untuk membenarkan sebuah penindasan.
"Kalau tidak mau diejek," geram Logan, "kenapa tidak berhenti membuat sensasi tentang ikan hiu itu? Asal kalian bertiga tahu, reputasi kelas kita juga sudah hancur gara-gara dua orang di kelas kita: Si psikiter dan pasiennya itu: Melody Harlow dan Dennis Reeves!"
Melody Harlow langsung bangkit berdiri, berlari keluar kelas dan menghempaskan pintu. Ketiga anak itu tak bisa mempertahankan argumen mereka lebih lama, sebab seluruh kelas sekarang berteriak 'huuu huuuu' dengan keras.
"Ikan hiu! Ikan hiu!" seluruh anak mulai berteriak sambil bertepuk tangan dengan irama seperti anak-anak di Locusta Originia yang mengolok-olok orang tak waras dengan seruan 'orang gila ... orang gilaaa!'
Ketiga remaja itu kembali terduduk lunglai diiringi suara ejekan dan kemudian terpaksa harus keluar kelas karena teriakan-teriakan tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti.
Apa yang dilakukan ketiga sahabat Dennis patut diacungkan jempol. Membela teman di saat mengalami kesulitan dan berisiko terimbas dicaci-maki dan ikut dibenci oleh semua orang. Namun, kelas sama sekali tidak terkesan dengan tindakan Denziel, Serena dan Megan dan olok-olokan itu makin menjadi-jadi. Gelar Empat Sekawan Hiu Terbang makin tercetak membantu dalam citra mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
PURA-PURA MATI
Fantasy(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Seorang remaja moody terbujuk untuk berpura-pura mati, memalsukan kematian dan melarikan diri ke sebuah dunia rahasia demi menyelamatkan sebuah keluarga yang dikasihi dan turut serta menyelamatkan sebuah kapal pesiar mi...