Bab 28 : Kisah Lama

14 2 0
                                    

"Salvator D'Albertis," sahut Nek Rosemary, tersenyum dengan pancaran mata yang berbinar-binar.

Megan dan Serena menutup mulut dengan tangan, nyaris pingsan. Nek Rosemary tersenyum lebar. Dia senang sekali melihat 'rahasia' yang dimilikinya telah membuat kedua gadis itu tercengang.

"Tapi tentunya, itu cuma cinta remaja sekilas dan terjadi sudah lama sekali," Nek Rosemary mengangkat Garpu ke pangkuan dan mengelus-elus kepalanya. Kucing itu tampak menggeliat dengan manja. "Pak Salvator dan si penulis itu kemudian harus meninggalkan desa, kembali ke tempat mereka seharusnya."

"Apa yang dilakukan Pak Salvator di desa ini?" tanya Megan.

"Sahabatnya, si penulis itu memintanya untuk mendampinginya, begitulah yang kudengar." Nek Rosemary menatap lantai, teringat akan peristiwa masa lalu yang masih jelas di dalam ingatannya. "Pak Salvator tertarik untuk merasakan kehidupan hujan di desa ini, walaupun menurut Bu Naomi, Pak Salvator waktu itu sebenarnya juga sedang mencari-cari sesuatu yang berhubungan dengan – akh, apa katanya itu, ya ... yang berhubungan dengan ... bahan bakar kapal the Eagle's Wings."

Megan membayangnya figur Salvator D' Albertis muda.

"Tapi tentunya," lanjut Nek Rosemary, "hubungan Bu Naomi dan Pak Salvator tidak bisa berlanjut, sebab Pak Salvator tidak bisa tinggal di desa ini dan Bu Naomi tak bisa keluar. Syukurlah, setelah setahun kepergian Pak Salvator, Bu Naomi bertemu dengan Pak Sebastian."

"Apa Pak Salvator dan Ludwig juga tinggal di rumah nenek?" tanya Megan.

"Tidak," sahut Nek Rosemary. "Tapi dia kerap datang untuk menemui Bu Naomi. Ludwiglah yang sering menemani Pak Salvator ke rumah nenek."

Serena dan Megan bertukar pandang. Keduanya jadi teringat pada Noah dan Michael dan tiba-tiba menyadari bahwa mereka telah jatuh cinta. Akh, barangkali akan berakhir seperti Pak Salvator dan Bu Naomi – perpisahan. Perasaan sendu mendadak menyelimuti hati keduanya.

"Megan! Serena! Ayo keluar!" terdengar teriakan Michael membuyarkan lamunan kedua gadis itu. "Ayo kita berenang!"

Ketika kedua gadis itu melongok keluar, mereka melihat yang lain telah berganti dengan pakaian renang. Noah dan Michael terlihat memiliki tubuh yang atletis.

"Astaga!" jerit Serena. "Yuk, kita berganti dengan pakaian renang, Megan!"

"Permisi, Nek, Bu Naomi!" seru Megan. "Kami ikutan berenang dulu, ya."

Splash!

Kedelapan murid the Eagles' Wings, Noah dan Michael segera melompat ke dalam danau. Ketika anak-anak menyelam, mereka sangat takjub melihat betapa beningnya air di danau ini. Tak lama kemudian, Noah dan Michael berenang kembali ke kapal. Keduanya celingak-celinguk seperti mencari-cari sesuatu.

"Mengapa Deon blom datang juga, ya?" kata Noah mengarahkan pandangan matanya ke sudut danau.

"Nah, itu dia!" seru Michael sambil menunjuk tangan. Di sana tampak seorang anak laki-laki seumuran Dennis yang berada di atas perahu dan berkayuh ke arah kapal mereka.

"Ayo ambil jala-nya," kata Noah. Michael segera memindahkan jala yang telah mereka persiapkan ke dalam perahu.

"Boleh kami ikut?" kata Megan. Di sampingnya ada Serena yang menatap dengan wajah berharap.

"Ah, tentu saja," kata Michael. "Kami akan menjala ikan di sudut sana. Ikannya sudah pada lari ke tepi karena takut dengan kita yang berenang di sini."

Mereka berempat segera turun dan naik ke atas perahu Deon, lalu berkayuh menuju ke arah sudut danau yang tenang sementara anak-anak yang lain tampak masih asyik berenang. Pemandangan yang tercipta dari kapal sangat menakjubkan ketika Michael dan Noah secara bergiliran melempar jala di tengah gerimis yang turun sementara Megan dan Serena tampak memperhatikan dengan takjub.

PURA-PURA MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang