Bab 34: Kekacauan di Desa

11 2 0
                                    

"Ya," kata Megan. Wajahnya tampak tersaput mendung. "tapi kalau kami berdiri di sana, di barisan vocal grup itu, sama saja dengan menyetujui kematianmu Dennis!"

"Siapa bilang aku akan mati?" Dennis menatap mereka lekat-lekat.

"Apa kau tidak mendengar apa kata Pak Roberto?" kata Serena. "Aku tidak akan mempercayai ramalan itu kalau dia tidak menyebutkan ciri-ciri ada ada di wajahmu, itu ramalan tentang kau Dennis dan sangat tepat. Kita harus mencegah agar ramalan itu tidak terjadi. Bukan cuma vocal grup itu, tapi tarian kematian yang sedang kau rencanakan juga harus dihilangkan! Dennis, tidakkah kau tahu bahwa kau akan mati? Mengapa kau tenang-tenang saja!"

"Serena, Megan," Dennis menghela napas dalam, "maukah kalian berjanji untuk kembali ikut serta dalam vocal grup kalau aku bisa meyakinkan kalian bahwa aku tidak akan mati setelah aku melakukan tarian itu?"

Megan dan Serena menatap Dennis.

"Ingat," kata Dennis, "ramalan itu adalah kalimat yang dibaca dan ditafsir oleh Pak Roberto, dan berupa kode-kode yang dia baca menurut tafsirnya sendiri dan aku sangat yakin bahwa ramalan kematianku itu cuma simbol – bukan kematian yang sesungguhnya."

"Seluruh pertunjukan yang akan kita tampilkan," lanjut Dennis, "bukan cuma tarian, dari awal sampai akhir merupakan satu kesatuan yang utuh dan sangat penting untuk mengguggah kesedihan mereka, jadi kalau kau dan Megan sampai tidak ikut dalam vocal Grup itu, esensi kesedihan akan berkurang dan dapat menyebabkan terhambatnya mereka menangis."

Serena menatap kesungguhan di pancaran mata Dennis.

"Tapi kau berjanji bahwa kau tidak akan mati, Dennis?" Air mata mengalir di pipi Serena dan suaranya terdengar sangat parau.

"Aku..."

"Jangan bohong, Dennis!" jerit Megan, terlihat sangat merana.

"Aku berjanji, Serena, Megan ... bahwa aku tidak akan mati."

"Tapi dari mana kau tahu?" tandas Serena kembali ragu. "Bagaimana kau bisa yakin bahwa ramalan kematian itu tidak akan terjadi? Ramalan itu jelas-jelas mengatakan : Anak laki-laki beralis cabang itu akan mati setelah hujan turun!"

"Level intelejensia-ku meningkat dan aku dapat menyimpulkan semua ini dengan tepat, Serena, Megan."

Kesedihan yang dirasakan oleh Megan dan Serena sungguh tak terlukiskan dengan kata-kata. Apa yang sedang bergejolak di benak kedua gadis itu benar-benar menggenaskan. Keduanya dihadapkan pada kematian tiga orang yang mereka kasihi, Dennis, Noah dan Michael.

Kalau hujan tidak turun, Noah dan Michael yang akan mati, tapi kalau hujan turun akibat dari tarian kematian itu, Dennislah yang akan tewas. Setelah dengan susah payah membujuk dan menjelaskan, mereka berangkulan dan akhirnya dengan berat hati Serena dan Megan setuju untuk kembali ke barisan vocal grup.

Sementara itu, nama kelompok Dennis, Golden Arrow telah berubah menjadi nama umum untuk seluruh kelompok mereka. Mendengar itu, Logan dan Dillon memutuskan mencari nama baru untuk kelompok mereka dan memilih Sword Fire – Pedang api.

Saat ini, Kelompok Sword Fire sedang sibuk mengatur petunjukan yang mereka sebut dengan Pertunjukan Tumbal Hujan. Logan dan kelompoknya tengah sibuk membuat dua buah replika sapi yang terbuat dari jerami kering, sementara Dillon sedang berkeliling desa mencari sapi yang akan mereka jadikan tumbal.

Untuk mendapatkan sensasi dramatis, mereka sengaja memilih sebuah reruntuhan puing sebagai tempat berlatih. Latihan pertunjukan Tumbal Hujan ini telah membuat Logan menjadi sangat bersemangat sebab dia telah menunjuk dirinya sendiri sebagai aktor utama dalam pertunjukan drama mereka nanti.

PURA-PURA MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang