Bab 3: Permainan Pura-Pura Mati

747 107 102
                                    

"Tapi kurasa," ujar Bu Lena sambil membilas piring di dapur rumah Bu Cynthia, "ada sesuatu yang ganjil tentang Dennis. Entahlah, mungkin ini hanya perasaanku saja. Ini kurasa akibat hidup sendirian tanpa kedua orang tuanya itu."

"Sesuatu yang ganjil?" Bu Cynthia mengernyitkan kening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sesuatu yang ganjil?" Bu Cynthia mengernyitkan kening. Wanita berusia 34 tahun itu sedang mencoret-coret ide untuk novelnya di buku catatan. Obsesi-nya memang ingin menjadi seorang penulis novel, meskipun belum satu cerita pun berhasil diselesaikannya.

"Benar," sahut Bu Lena, menganggukkan kepala. Asisten rumah tangga paruh baya itu diam sejenak dengan sorot mata seperti sedang menerawang. "Dennis suka pura-pura mati."

Mata Bu Cynthia terbelalak.

"Sama seperti ayahnya," lanjut Bu lena. "Pak Peter Rip yang juga aneh-aneh tingkah lakunya."

"Peter Rip?" seru Bu Cynthia sedikit kaget. Mengerikan sekali kalau pria itu benar-benar bernama Peter Rip.

"Ya Peter Rip, atau apa ya, kedengarannya seperti Rip-Rip begitu."

"Ohhh, Peter Reeves." Bu Cynthia tergelak setelah mencerna maksud Bu Lena.

"Ehh iya, begitulah," Bu Lena ikut tertawa. "Sinar matanya aneh, Pak Rip itu, seperti orang yang palsu, suka pura-pura tertawa lucu. Lucu kok kayak mikir-mikir, tidak alami, persis seperti saiko."

"Saiko?" Ah, apa lagi itu, pikir Bu Cynthia.

"Ya, Bu Cynthia, saikopat."

"Oh, psikopat ... hmm ... ya ... ya."

"Dulu orang tua Dennis memang kerapkali menginap di penginapan Bali Sunset kalau berkunjung ke Bali," lanjut Bu Lena. "Almarhum kakakku menyukai Dennis kecil, lucu anaknya. Sering ditinggal sendirian di penginapan."

"Kadang-kadang mereka memang sengaja membayar kakakku, Bu Andreas untuk menjaga dan mengurus Dennis saat mereka sibuk dengan urusan ini itu. Jarang sekali anak itu menghabiskan waktu bersama mereka. Lalu, kedua suami-istri aneh itu tiba-tiba menghilang begitu saja."

"Menghilang?" Bu Cynthia memalingkan wajahnya dari kertas. "Benar-benar menghilang begitu saja atau ...."

"Ya, Bu Cynthia," sahut Bu lena sambil memegang sebuah piring dengan tangan yang penuh busa sabun. "Orang tuanya menghilang entah ke mana dan kurasa, masih hidup dan bermukim di negara lain. Barangkali kembali ke Amerika atau entahlah, karena ayah Dennis asli orang Amerika."

"Syukurlah kalau mereka masih hidup," ucap Bu Cynthia. Dia tadinya curiga jangan-jangan orang tua Dennis itu meninggal dunia disebabkan insiden menggenaskan seperti yang sering dibacanya di koran-koran belakangan ini. "Jadi sejak itu Bu Andreas dan suaminya yang merawat Dennis?"

"Benar," sahut Bu lena. "Sejak kira-kira empat tahun yang lalu."

"Baik sekali Bu Andreas dan suaminya mau menampung Dennis," ujar Bu Cynthia sambil merenung mengebaskan rambut pendek seleher. Pancaran mata wanita cantik ini memang terlihat seperti yang dikesankan oleh Dennis, penyayang dan penuh perhatian. Bu Lena juga memiliki pendapat yang sama tentang Bu Cynthia, tipe ibu-ibu yang tidak akan tega membiarkan anak kucing mengeong-ngeong kelaparan dan telantar di belakang rumah.

PURA-PURA MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang