Pusat kota dijejali oleh penduduk yang berdesakan di emperan toko. Jendela-jendela terbuka dengan tubuh yang melongok keluar. Beberapa tampak bertengger di tengah gerimis yang tipis. Kedua penyihir desa, Pak Ferdinan Theodore dan Pak Edberg Cameron, tampak berdiri sambil menggenggam sebuah tongkat di tengah-tengah lapangan.
Pak Ferdinan Theodore berjubah panjang cokelat, berusia sekitar 40-an, jenggotan, dan sekarang tampak seperti menahan amarah.
Sementara Pak Edberg Cameron, berusia sama, memiliki rambut pendek yang putih ubanan, kelimis dengan mata elang tajam yang tenggelam di keningnya.
"Sekarang," teriak Pak Ferdinan Theodore, "kita buktikan siapa penyihir gadungan, siapa yang bukan!" Bola matanya berkeliling. "Saya - Ferdinan Theodore ataukah penyihir di sebelah saya ini - Edberg Cameron."
Para penonton yang tampaknya terpecah menjadi dua kubu bersorak-sorak meneriakkan nama mereka.
"Sebenarnya," teriak Pak Edberg Cameron sambil merentangkan tangannya, "tidak perlu pembuktian seperti sekarang ini, kalian pasti sudah tahu, siapa yang asli, siapa yang palsu!"
Sindiran itu sukses membuat Pak Ferdinan Theodore menggeram hebat.
"Atau kalian dua-duanya gadungan!" sebuah teriakan terdengar menggelegar dari arah penonton. Seorang wanita bertubuh gempal menyeruak dan berjalan mendekati mereka. Ternyata Bu Pamela Maddison, wanita paling cerewet di desa ini. "Cepat buktikan, apa kalian mampu membuat kami menangis dan menyebabkan hujan turun sekarang juga!"
"Buktikan! Buktikan Buktikan!"
Teriakan itu bergema di segala tempat.
"Saya tidak perlu membuat kalian menangis!" teriak Ferdinan Theodore, saya akan langsung menurunkan hujan dan masa 1000 tahun itu akan diperpanjang! Tongkat sihir saya ini akan segera mengukir sejarah itu!"
"Penyihir goblok!" teriak Pak Edberg Cameron. "Di sini jelas terlihat betapa gadungan-nya Anda! Bagaimana mungkin masa 1000 tahun itu bisa diperpanjang tanpa membuat penduduk desa ini menangis? Buat mereka menderaikan air mata terlebih dahulu, begitu prosedur-nya, barulah hujan itu akan turun! Itu sudah harga mati, goblok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
PURA-PURA MATI
Fantasy(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Seorang remaja moody terbujuk untuk berpura-pura mati, memalsukan kematian dan melarikan diri ke sebuah dunia rahasia demi menyelamatkan sebuah keluarga yang dikasihi dan turut serta menyelamatkan sebuah kapal pesiar mi...