"Bagaimana kalau kita tetap menjalankan kegiatan kita?" sela Ethan Shane mencoba memberi usul, namun idenya terdengar berasal dari pikirannya yang sangat buntu. "Maksudku, kita teruskan saja konser kita tanpa mereka."
"Tidak mungkin," kata Denziel yang saat ini terlihat berusaha tegar. "Sebab seluruh kegiatan tergantung dari kerja sama dengan seluruh murid yang ada, terutama Tarian Pura-Pura Mati itu."
"Bagaimana kalau kita meminta mereka untuk rapat sekali lagi dan membiarkan mereka dengan rencana yang mereka inginkan?" usul Megan ragu. "Kita ikuti kemauan mereka."
"Itu adalah hal terakhir yang akan kulakukan dalam daftar hidupku," ujar Denziel menolak. Dia sangat terluka oleh perlakuan Dillon dan Logan. "Maaf, aku sendiri sangat bingung sekarang. Konser ini tidak mungkin kita lakukan tanpa murid lain. Semua acara tergantung dari penampilan mereka nanti."
Hening, yang terdengar cuma curah hujan di luar jendela yang saat ini nyaris terdengar seperti tangisan bagi mereka. Rasanya mereka benar-benar tak mampu untuk berpikir apa-apa lagi sekarang.
"Ayo kita tunggu di luar," ajak Denziel lesu. "Untuk sementara kita hentikan dulu pembicaraan tentang kegiatan ini."
Mereka berjalan keluar gedung, menunggu jemputan Noah dan Michael, berdiri berjejer di dinding, melamun sambil memperhatikan hujan yang tampak makin lebat. Pikiran Dennis melayang-layang ke Kapal Pesiar The Eagle's Wings. Dia merindukan kamar dan suasana kapal yang rasanya sudah lama mereka tinggalkan.
Rasanya kebahagian itu adalah usaha – tidak terjadi dengan sendirinya, pikir Dennis. Usaha yang berliku-liku dan nyaris tanpa akhir. Seperti kapal The Eagles' Wings yang tampak sempurna, namun dibayang-bayangi oleh tragedi, sekarang 'kebahagiaan' kapal itu tergantung dari usaha mereka semua – termasuk murid the Eagle's Wings. Begitu juga dengan peristiwa yang baru saja mereka alami – kebahagiaan yang berantakan akibat ulah para pecundang seperti Logan dan Dillon.
Sebuah kereta kuda melewati mereka. Ketika kelompok Golden Arrow mengangkat kepala, tampak Logan dan Dillon sedang melihat ke arah mereka sambil berbisik-bisik dan tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk-nunjuk tangan.
Di belakang mereka tampak kereta kuda lain.
"Hooiii pecundang!" teriak salah satu murid dari dalam kereta, "Lagi nunggu ikan hiu terbang, ya?"
Beberapa murid lain yang sedang menunggu jemputan berjalan melewati mereka. "Kasian, ya," katanya mengejek sambil tertawa. "Ketua dan program-nya tidak laku!"
"Ya, iyalah," sahut yang lain. "Ketua tidak becus, punya anak buah sinting dipiara, mana ada yang mau mengikuti!"
Kelompok Golden Arrow yang sekarang tersisa delapan orang berusaha saling menenangkan diri. Namun, ketika makin banyak murid yang mengejek mereka, Melody Harlow menjadi tak tahan lagi dan menangis tersedu-sedu. Untunglah, kereta kuda Noah datang dan sesaat kemudian mereka sudah duduk di dalam kafe. Dennis dan Denziel duduk di dekat jendela, berusaha keras merapikan perasaan mereka yang begitu berantakan.
"Dennis," kata Denziel sambil memperhatikan Megan dan Michael yang baru saja memilih meja di sudut. "Siapkan kekuatan pikiranmu, cepat cegah, jangan-jangan Megan dan Michael hendak meresmikan first kiss mereka di sini."
Dennis nyaris tersembur. Dia gembira melihat Denziel sudah mulai pulih dari kesedihannya. Dennis merasa sangat kasihan dengan Denziel sebab kesempatannya menjadi ketua adalah satu-satunya prestasi yang sangat dia dan mereka batidakan, tapi sekarang semuanya berantakan. Dennis berjanji dalam hati, apa pun akan dia lakukan untuk membantu Denziel mengatasi masalah yang sedang mereka hadapi sekarang.
"Iya, sepertinya kiss di tempat umum tidak lazim di sini kan?"
Dennis menganggukkan kepalanya.
"Aku sedang berpikir," kata Dennis. "Bagaimana kalau kita bekerja sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
PURA-PURA MATI
Fantasy(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Seorang remaja moody terbujuk untuk berpura-pura mati, memalsukan kematian dan melarikan diri ke sebuah dunia rahasia demi menyelamatkan sebuah keluarga yang dikasihi dan turut serta menyelamatkan sebuah kapal pesiar mi...