Bab 29: Sabotase

201 24 58
                                    

 Dennis Reeves memperhatikan lingkungan sekitar dari dalam kereta kuda yang sedang menyusuri jalan desa. Rumah-rumah penduduk tampak berselimut hujan, berkesan misterius sekaligus memesona. Dia menikmati derap langkah kaki kuda saat bersama teman-temannya sedang diantar oleh Noah dan Michael menuju ke pusat Village of Endless rain. Kedua pemuda tampan itu duduk di depan mengendalikan kuda dengan penuh semangat.

Langit terlihat temaram, seperti dalam sebuah lukisan kusam, hujan lebat sedang mengguyur Village of Endless Rain. Para penduduk langsung membuka jendela lebar-lebar, seakan menyambut sinar matahari pagi yang cerah. Sebagian melangkah keluar rumah untuk melakukan kegiatan sebab aura hujan telah memengaruhi suasana hati mereka menjadi lebih ceria. Perasaan murung karena hujan yang tipis – gerimis yang telah terjadi selama berhari-hari sontak tersapu dari pikiran mereka.

Di beberapa sisi tampak anak-anak dan remaja asyik berlari-lari, saling berkejar-kejaran di atas padang rumput bermain 'Kejarlah Daku Kau Kuterkam' – sejenis permainan pura-pura menjadi zombie yang sangat digemari dan populer di desa ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di beberapa sisi tampak anak-anak dan remaja asyik berlari-lari, saling berkejar-kejaran di atas padang rumput bermain 'Kejarlah Daku Kau Kuterkam' – sejenis permainan pura-pura menjadi zombie yang sangat digemari dan populer di desa ini. Kereta kuda itu melalui kafe-kafe dengan aroma kopi panas mengepul dan menyeruak di udara, menerobos jendela kafe. Para pujangga, penulis yang rata-rata penduduk luar tampak meringkuk disudut-sudut kafe, mencoret-coret ide mereka yang tampaknya makin kreatif dengan kopi dan latar hujan yang turun dengan lebat.

 Para pujangga, penulis yang rata-rata penduduk luar tampak meringkuk disudut-sudut kafe, mencoret-coret ide mereka yang tampaknya makin kreatif dengan kopi dan latar hujan yang turun dengan lebat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hentakan kaki kuda seakan berirama tak-tik-tuk, berjalan menerobos hujan dan berhenti di depan sebuah gedung megah yang memiliki arsitektur gothic antik seperti yang ada di Locusta Originia. Tiga ratus murid segera turun dari masing-masing kereta yang mengantar dan segera berlarian memasuki gedung. Terdengar keributan, suara celoteh dan canda dari para remaja yang berdiri di sekitar gedung tersebut.

 Terdengar keributan, suara celoteh dan canda dari para remaja yang berdiri di sekitar gedung tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PURA-PURA MATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang