"Buruan, Megan!" teriak Serena dari atas undakan sambil melambaikan tangan. Gadis itu, Dennis dan Denziel bergerak menepi, membiarkan rombongan lain berjalan melalui mereka menuju ke atas. Megan mempercepat langkahnya. Dia terlambat karena tadi kembali ke kamar untuk mengambil tasnya yang ketinggalan.
Para remaja kelas satu junior sekolah The Eagle's Wings berjalan naik menyusuri anak tangga melewati lorong kastil yang berkesan misterius dan penuh rahasia. Derap langkah kaki mereka terdengar menggema dan memantul di dinding. Mereka tiba di atas dan berjalan keluar melalui sebuah pintu. Seketika itu juga, mereka dapat melihat hamparan lantai yang luas, terletak di bagian paling atas kastil dan terbuka dengan pemandangan hamparan laut biru memesona sejauh mata memandang.
Anak-anak segera memenuhi lantai luas ini. Semilir angin laut yang sejuk menerpa wajah dan kulit mereka.
"Indah sekali pemandangan lautan dari atas kastil ini!" seru Megan dengan takjub, mengamati lingkungan sekitar sambil merapikan geraian rambut pirangnya yang tertiup angin. Serena setuju walaupun ada hal lain yang tampak mengganggu pikirannya.
"Tapi," desis Serena sambil memperhatikan lautan yang bergolak di bawah dengan ekspresi ngeri, "di balik keindahan seperti ini, Megan, biasanya tersimpan bahaya yang mengintai ...."
"Astaga!" seru Megan tersadar, memahami arah percakapan Serena. "Kau juga memikirkan itu, Serena?"
"Iya," jawab Serena menganggukkan kepala.
Wajah Megan terlihat cemas saat Serena menggerakkan tangan, memperagakan gerakan rahang ikan hiu yang sedang melahap mangsa. Kedua gadis itu bergegas melangkahkan kaki ke arah rombongan lain dengan perasaan was-was.
Rafael Waterfield tampak berbicara serius dengan Warren Newhall bersama lima orang pria dewasa lain di sudut, di dekat pintu. Pak Waterfield kemudian mengatur anak-anak untuk berbaris dengan rapi, lalu menyerahkan kegiatan untuk dibimbing oleh Pak Warren Newhall. Ilmuan berparas ramah itu kemudian terlihat mengutak-ngatik alat sebesar ponsel di tangannya.
Krek ... krek ... terdengar bunyi berderak seperti rantai besi yang sedang bergerak. Lantai di hadapan murid-murid tiba-tiba bergeser. Sebuah panggung yang dilapisi karpet biru muncul secara perlahan dari celah lantai yang terbuka. Pak Warren kembali menekan-nekan alat yang menurut pikiran Dennis merupakan remote khusus yang diciptakan demi keperluan yang berhubungan dengan alat Maestro-Partikel-Sonia-Pidata.
KAMU SEDANG MEMBACA
PURA-PURA MATI
Fantastik(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Seorang remaja moody terbujuk untuk berpura-pura mati, memalsukan kematian dan melarikan diri ke sebuah dunia rahasia demi menyelamatkan sebuah keluarga yang dikasihi dan turut serta menyelamatkan sebuah kapal pesiar mi...