Sebenarnya, rencana pengiriman peserta didik ke Village of Endless Rain pernah dicanangkan dalam pelajaran Philosophy & Psichology setelah murid dikirim ke kastil Exspiravito Zombra untuk mengantispasi cuaca Unpredictable Disaster. Rencana itu telah dibatalkan sebab level mereka meningkat dengan baik setelah mengikuti kegiatan dengan alat Maestro-Partikel-Sonia-Pidata.
Namun, mengingat urgensi dari situasi yang terjadi saat ini, kegiatan itu akan segera dijadwal ulang. Sementara itu, Dennis Reeves, Denziel, Serena dan Megan saat ini sedang berada di kelas Bu Scarlett Ladonna dalam pelajaran Creativity 1.
Megan Heffner berdiri di depan kelas setelah Bu Ladonna memanggil namanya untuk menjelaskan tugas bertemakan Find Your Hidden Talent.
"Jadi, bakat terpendam apa yang kau temukan di dalam dirimu, Megan?" tanya Bu Ladonna yang duduk di meja sebelah kanan sibuk mengutak-ngatik laptopnya.
"Kurasa bakat terpendamku terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan ehem ... pekerjaan sosial," jawab Megan, mendelik sebentar ke atas, sedikit ragu dengan perkataannya sendiri. "A-aku tak tahu apa istilah tepatnya, mungkin Analisis Masalah Sosial - di situlah kurasa letak bakat terpendamku berada."
"Baik," gumam Bu Ladonna. "Kalau kau bisa membuat Ibu yakin dengan project-mu, pasti nenek-mu di rumah akan bangga juga. Lanjutkan penjelasanmu."
Megan berdehem, menenangkan dirinya. Saat ini, sumpah, dia tak ingat apa dia punya nenek atau tidak. Blank. Sungguh mengerikan jika proyeknya ditolak. "Waktu aku sedang berjalan-jalan di kapal," jelasnya, "aku melihat seorang wanita yang sedang melakukan perjalanan bersama anak perempuannya yang berumur 9 tahun. Mereka berdua juga ditemani oleh nenek anak itu ...."
Plak! Pulpen Bu Ladonna terjatuh. Wanita yang mungkin telah mengalami pergumulan psikologis antara 'benci dan cinta' yang luar biasa hebat terhadap seorang nenek pada masa silam ini langsung mengalihkan perhatian dari laptop ke arah Megan. Kata 'nenek' yang baru saja disebut oleh Megan sangat memikat perhatiannya.
Namun, pada detik yang sama, desis-desis curiga tiba-tiba terdengar di seluruh kelas. Nenek?
"Saya ulangi," mata Megan bertatapan dengan Serena yang memberinya jempol. Megan menjadi sedikit lebih tenang. "Wanita berusia 30 tahun itu, anaknya 9 tahun dan neneknya," Serena berhenti sebentar, "mereka bertiga terlihat sangat bahagia, namun suatu hari, ketika nenek dan cucunya sedang tidak bersamanya, aku kebetulan melihat wanita itu melamun dan menangis."
Murid-murid saling berpandangan dan curiga bahwa Megan telah dengan sengaja menyelipkan kata nenek dalam presentasinya - menjilat - untuk membuat Bu Ladonna menerima proyek-nya. Mulut-mulut mulai mencibir dan tatapan sinis menyerangnya. Beberapa sengaja mendehem-dehem mengejeknya.
"Aku berusaha mendekatinya dan mencari tahu tentang apa yang sedang terjadi," kata Megan yang saat ini seperti sudah tidak terlalu terpengaruh oleh situasi kelas yang sinis. Dennis mulai kagum dengan ketangguhan gadis ini mengendalikan emosinya. "Aku menemukan bahwa, wanita ini ternyata salah satu dari lima pemenang undian gratis tiket kapal untuk tiga bulan."
"Baik," sela Bu Ladonna memotong, berusaha menyimpulkan agar para murid yang lain mengerti. "Jadi kau telah bertemu dengan seorang wanita dan anaknya. Anak itu memiliki seorang nenek, betul?"
"Betul, Bu," jawab megan. "Dan yang menjadi masalah adalah, meski mereka tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk menyewa kamar yang termurah di kapal ini, wanita ini kekurangan uang, padahal tujuannya naik kapal ini adalah untuk membahagiakan ibu dan anaknya. Terlebih lagi, mereka memiliki rencana untuk merayakan ulang tahun anak ini beberapa bulan mendatang di atas kapal ini. Hal itu memang sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelum mereka naik kapal ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
PURA-PURA MATI
Fantasy(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Seorang remaja moody terbujuk untuk berpura-pura mati, memalsukan kematian dan melarikan diri ke sebuah dunia rahasia demi menyelamatkan sebuah keluarga yang dikasihi dan turut serta menyelamatkan sebuah kapal pesiar mi...