Mr. Crazy. 2

45.6K 1.7K 27
                                        

Tandai typo❤
____

Hari sudah beranjak sore dan yang berjalan segerombol menuju pintu keluar. Menuju lift khusus.

perlahan mega merah berubah hitam, malam.

Seperti biasa, restoran akan tutup tepat jam delapan waktu Indonesia barat.

Beberapa staf yang memiliki jabatan tinggi mulai berkemas untuk bersiap pulang tanpa perlu sibuk mencuci piring kotor dan menyusun peralatan dapur dan sebagainya.

"Enak banget, ya, jadi mereka," gerutu Rubi pelan seraya menunjuk segerombolan perempuan.

Ya, perempuan-perempuan itu adalah perempuan cantik yang memiliki kedudukan sebagai resepsionis dan staf yang bekerja di lantai atas restoran.

Mereka adalah perempuan hebat karena bisa mendapatkan kedudukan tinggi, tidak seperti Rubi dan Adelia yang hanya sebagai staf recehan pencari piring kotor.

Rubi masih memperlihatkan mereka hingga tubuh-tubuh langsing itu hilang di belokan jalan.

"Mereka sepadan dengan studi yang yang ditempuh jadi jangan heran lagi kalau mereka mendapatkan kedudukan itu," kata Adelia membasahi spon dengan air dan kembali menuang sabun pencuci piring.

Adelia yang berdiri di depan bak pencuci piring dengan appron hitam tampak acuh, ia terus melakukan tugasnya tanpa ikut memperhatikan perempuan yang Rubi maksud.

"Gila, bahkan aku pernah mencium wangi mereka dari kejauhan," decaknya bercerita tentang kejadian beberapa minggu yang lalu saat Rubi tanpa sengaja bersitatap dengan mereka di lantai atas saat Rubi mengambil piring kotor.

"Mereka juga bening-bening, bajunya mahal-mahal, Del. Duh, kayaknya harga outfit mereka setara gajiku sebulan."

"Tasnya juga!" Rubi menggeleng. "Gila ... pasti tuh bisa hidupin aku setahun. Ck, keren banget."

Rubi terus saja bercerita dengan mimik kagum.

Sedangkan Adelia cuek, apalah daya dengan dirinya yang hanya memakai baju seharga kain lap di tanah Abang. Jangankan beli baju seharga gaji satu bulan, seharga seratus ribu saja Adelia perlu berpikir ribuan kali.

"Mereka harus menyesuaikan dengan kondisi, ya kali pekerjaannya tinggi pakai tas murahan kayak punya aku?" kata Adelia dengan kekehan geli.

"Itu juga murah untuk ukuran orang yang gajinya gede, jangan heran," sambungnya lagi.

"Hm, aku iri saja," desah Rubi yang masih asyik bersandar. "Kenapa dulu bapak tidak menyekolahkan aku sampai jenjang tinggi, ya? Kan, sekarang pasti aku juga seperti mereka, kaya, cantik, banyak uang dan tentunya tidak pakai baju kumuh kayak gini," katanya pada diri sendiri.

Rubi dan Adelia memiliki nasib yang sama, yaitu mereka tidak beruntung dalam urusan materi tapi Adelia tidak se cerewet temannya yang sering menggerutu kenapa nasibnya tidak sama dengan orang-orang kaya.

"Jangankan sampai jenjang tinggi, kamu gak kelaparan saja sudah syukur banyak," dengkus Adelia membuat Rubi cekikikan.

Rubi menegakkan tubuh yang tadi bersandar di tembok, gadis dengan rambut potongan pendek itu mendekat pada sahabat yang ia anggap saudaranya.

Rubi mengambil piring yang sudah di bilas, meletakkan pada rak khusus dengan hati-hati, pecah satu maka Jesika tidak akan berhenti mengomel sampai pohon jambu berbuah nanas.

"Tapi benar juga, sih," desahnya membuat Adelia melirik sahabatnya.

Rubi kembali lagi setelah meletakkan piring keramik putih yang harganya bisa membuat mereka gigit jari, mahal njir!

Mr. Crazy [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang