Mr. Crazy. 25

10K 563 65
                                    

Tandai typo❤
Terimakasih 50k view-nya
_____

Adel menunggu Aksa dengan cemas, menatap layar ponsel dan luar jendela bergantian berharap sosok yang dia tunggu sejak  tadi datang.

Tapi nihil, pria itu tidak datang bahkan setelah Adel mengirim belasan pesan dan panggilan yang berakhir sama, tidak ada balasan satupun dari pria itu.

Apa Aksa marah perihal lunch tadi siang hingga pria mengirim pesan hingga jantungnya bertalu hebat? Adel sendiri merasakan euforia dari pesan itu seakan pesan Aksa syarat akan peringat dan  ancaman.

Why so quaint this?

Adel hanya makan siang dan dia tidak hanya berdua, ada Paman Hans, Rubi dan Nando. Dia tidak melakukan apapun jika itu yang Aksa pikirkan.

"Aksa, kamu kemana?" gumam  Adel sendiri.

Hari sudah malam tapi sosok yang dia tunggu tidak ada tanda-tanda sama sekali.

Gadis itu meringkuk di sofa yang biasa mereka tempati akhir-akhir ini, entah untuk membahas pekerjaan atau —sekedar melepas penat dan membagi kehangatan lewat pelukan dan ciuman.

Apa Aksa lembur? Adel berusaha mencari alasan sendiri dan menduga kalau-kalau Aksa tengah mengerjakan sesuatu di kantornya.

Atau —mungkin saja laki-laki tengah menghadiri meeting dan akan kembali setelah malam tiba.

Tapi sampai malam tiba pun Aksa tak kunjung datang bahkan sejak siang Adel tidak melihat Aksa sama sekali bahkan setelah Adel naik ke first floor untuk mengambil piring kotor, ruangan pria itu kosong.

Adel termangu seperti orang bodoh, setelah Aksa mengirim pesan tadi siang, perasaannya tak menentu, dia cemas dan takut.

Adel sudah seperti orang yang ketahuan selingkuh —atau mungkin Aksa berpikir seperti itu?

Jangan sampai.

Padahal Adel tidak banyak berinteraksi dengan Setya, dia hanya tersenyum tipis saat tanpa sengaja tatapan mereka bertemu dan sesekali menjawab saat Setya bertanya.

Selebihnya Adel lebih banyak diam, tidak terlalu menanggapi Setya yang bahkan tidak mengalihkan pandangan dari wajah gadis itu.

Sejujurnya Adel berusaha menghindar dari interaksi seperti itu mengingat betapa tidak sukanya Aksa dengan kedekatan Adelia dan Setya meski mereka hanya sebatas rekan kerja.

But, who can stop jealous feelings? Wajar jika Aksa merasakan itu apalagi kemarin-kemarin dia bilang tidak suka Adel menyebut nama Setya di sela obrolan mereka, Adel pun akan melakukan hal yang sama, tapi —sekarang Aksa cemburu pada sesuatu yang jelas tidak masuk akal, menurut Adel. 

"Apa Aksa marah?" tapi ... jika Aksa marah soal tadi siang rasanya tidak masuk akal sama sekali bukan?

Adel menghela napas, rasanya sangat tidak nyaman berada di posisi ini, dihantui rasa bersalah dan menunggu dengan cemas tanpa kepastian.

Tak ingin membuat suasana hatinya semakin buruk, Adel beranjak dari sofa menuju dapur, dia perlu sesuatu untuk mengisi perutnya yang sejak tadi meronta-ronta.

Namun, sebelum itu Adel meraih handphone, menekan nomor Aksa dengan harap-harap cemas.

Gadis itu mengigit bibir, raut takut menghias wajahnya, kemungkinan buruk akan terjadi, entah Aksa yang akan menolak panggilannya atau membiarkan ponselnya berdering hingga akhir.

"Aksa." sembari menunggu, gadis itu mengetuk-ngetukkan jari pada sandaran sofa dan suasana hatinya semakin buruk saat bukan Aksa yang dia terima melainkan suara operator yang menyambut panggilannya.

Mr. Crazy [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang