Tandai typo❤
Yuk bisa yuk 3k followers, tembus besok aku up double;)
____Adel berjalan mantap ke arah Rubi yang duduk menunggunya dengan wajah prihatin.
Kenapa? Kenapa wajah Rubi seperti itu? Menatapnya seolah Adel baru saja terkena musibah besar dan patah hati.
Adel menghempaskan tubuhnya di samping Rubi, menjangkau cemilan dan memakannya.
Adel tidak mengeluarkan sepatah kalimat, pun dia juga tidak bereaksi apa-apa.
Wajah Adel masih seperti biasa, ceria.
Tapi, Rubi bisa melihat betapa keras perjuangan Adel untuk terlihat baik-baik saja di depannya.
Sorot matanya cerah namun rapuh.
Bibirnya tersenyum manis namun batinnya terluka.
Adel berkata seolah tidak ada yang terjadi, namun ... Rubi tahu, sangat tahu betapa terlukanya Adelia saat ini.
Rubi yakin jika dia ada di posisi Adel, pastinya Rubi sudah menegak pil atau racun untuk meredakan sakitnya, atau --yang akan melakukan sesuatu yang lebih fatal lagi.
Hidup sebatang kara di bumi luas ini.
Berjuang keras untuk hidupnya.
Ditinggal mati oleh ibunya dan dibuang oleh papanya.
Dan sekarang? Dia tinggalkan oleh pria yang diharapkan Adel sebagai pelabuhan terakhirnya.
Pria yang Adelia anggap sebagai rumah.
Pria yang Adelia anggap sebagai satu-satunya orang yang tidak akan pergi meninggalkan, seperti orang tuanya.
Say, what's there's a painful than that all?
Rubi masih ingat wajah sembab Adelia malam itu, malam dimana dia datang ke rumah dalam keadaan kacau dan sembab.
Rubi tidak bertanya apa-apa, dia hanya memeluk Adel dan membiarkan Adel menangis sepanjang malam sampai tertidur, dan ... esok paginya Rubi masih bertindak seolah-oleh tidak terjadi apa-apa.
Bukan enggan bertanya, hanya saja Rubi ingin Adel yang bercerita sendiri hingga akhirnya Adel membuka suara dan memulai ceritanya dalam keadaan menangis.
Terkadang Rubi iri dengan ketegaran hati Adel yang seolah selalu tegar, tidak gentar dan tidak gampang rapuh, tidak gampang mengumbar kesedihan demi dikasihani dan dapat perhatian dari orang-orang.
Adel sangat pintar menyembunyikan perasaannya. Padahal gadis itu benar-benar terluka.
Beberapa malam ini Rubi sering melihat Adel duduk sendiri dan menangis tanpa suara.
Kadang juga gadis itu berbicara seorang diri, tertawa, menangis, tertawa lagi dan menangis lagi, memeluk tubuhnya di keheningan malam seolah melindungi tubuhnya dari jahatnya dunia.
Demi Tuhan!
Meski bukan Rubi yang menjalani hidup sahabatnya, gadis itu tahu bahwa saat ini Adel tidak baik-baik saja, Rubi juga tahu bahwa saat ini Adel berusaha untuk baik-baik saja setelah kepergiannya dari apartemen pak bos satu minggu yang lalu.
"Kenapa, sih? Ada yang aneh, ya?" celetuk Adel heran karena Rubi menatapnya sedemikian rupa.
Rubi tersenyum kecil, lalu menggeleng, "nggak, nggak ada, kok."
"Terus kenapa ngeliat aku kayak gitu?"
"Kayak apa?" balas Rubi cepat.
" ... Hmmm kayak aku baru saja sembuh dari penyakit tahunan gitu." Adel merengut di akhir kalimat lalu tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Crazy [ END ]
General FictionArea rawan baper Follow untuk membuat bab yang terkunci . . Bagaimana jadinya jika bawahan harus seatap dengan atasan yang dijuluki pria gay lantaran tidak pernah mengandeng wanita di usianya yang menginjak angka 30 tahun? "Pak, kita mau kemana...