Tandai typo❤
____"Adelia."
"Ah, ada apa, chef?"
Gerak Adel terhenti kala suara yang amat dia kenal memanggil.
Gadis itu memutar tubuh, menghadap sepenuhnya pada pria tersebut dengan tangan kotor dan penuh busa.
"Lunch?" ajak pria itu dengan senyum menawan. To the poin.
Baik Adel maupun Rubi dibuat tercengang dengan ajakan tiba-tiba ini, oh--bukan yang pertama kalinya, sudah dua kali laki-laki itu mengajak Adel untuk lunch bareng tapi selalu gadis itu dengan alasan, tak enak.
Setelah itu Setya tidak lagi mengajak Adel, tapi sekarang?
Tentu saja Adel menolaknya, memangnya dia siapa? Bisa-bisa Adel di gosipkan yang nggak-nggak jika sampai mata para perempuan lantai atas melihat dia bersama pria tampan yang tak jarang jadi rebutan selain bos tampan mereka.
Itu Setya, Setya Rainer. Pria dengan rambut ikal sebahu yang kini berdiri di sisi pintu tempat Adel dan Rubi berada.
Menyembunyikan tangan di dalam saku celana, apron merah dengan lambang huruf H ditengahnya masih melekat berikut kain yang di ikatkan di kepala, seperti topi.
Ah, sepertinya pria dengan warna kulit coklat itu baru selesai memasak.
Adel diam, tidak menjawab ajakan Setya dan pria itu menunggu dengan sabar, tak lupa senyum tipis juga masih tersungging di bibirnya.
Dua gadis itu saling pandang, jelas raut wajahnya bingung dan bertanya-tanya apalagi setelah mendapat ajakan yang tiba-tiba itu.
Tumben?
Tumben chef Setya mengajak makan siang? Bukankah dia sering lunch sama staff lantai atas atau Paman Hans atau --sepertinya juga dengan Gery? Tapi ... kenapa sekarang malah mengajaknya.
Adel melirik Rubi di sampingnya, sepertinya Adel meminta bantuan tapi sayangnya Rubi hanya berdiri dengan senyum kikuk.
Tatapan berbinar Rubi jelas sangat terlihat bahwa gadis itu tengah kagum dengan sosok tinggi tersebut, sama halnya dengan bos mereka, pria itu -Setya juga memiliki pesona yang sulit ditolak oleh perempuan.
But, a man is more fascinating. Batin Adel bersemu. Prianya? Tentu saja, Aksa adalah prianya, sebagaimana mana kesepakatan mereka berdua-mereka resmi menjadi sepasang kekasih.
Kini status mereka lebih dari sekadar atasan dan bawahan, dan sebutan prianya membuat gadis itu senang. Beginikah rasanya jatuh cinta?
Adel tersenyum mengingatnya, ternyata Aksa manis juga, profesional dan wajah datarnya hanya topeng belaka, setelah satu atap dengan pria itu Adel tahu kalau Aksa adalah pria hangat yang penuh kasih sayang.
Terbukti selama Adel ada di apartemen Aksa, dia tidak pernah kekurangan apapun, baik dari segi apapun, apalagi akhir-akhir ini Aksa selalu bersikap lembut dan --itu menjadi poin utama.
Adel merasa sangat dicintai, semua yang Aksa lakukan selalu membuatnya takjub.
"Adelia."
"Eh, i-iya, chef?"
Panggilan Setya menyentak Adel dari lamunan kecil tentang Aksa, gadis itu mengedip dan tersenyum kaku, ekspresi sudah seperti seorang yang ketahuan melakukan hal-hal bodoh yang sayangnya justru terlihat lucu dimata Setya.
Pria itu terkekeh-kekeh melihat Adel yang tersenyum kaku didepannya.
Adel yang tadi baru setengah memasukkan piring kotor ke dalam bak segera membilas tangan dan menyabuninya agar bau amis atau apapun itu tidak terendus hidung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Crazy [ END ]
General FictionArea rawan baper Follow untuk membuat bab yang terkunci . . Bagaimana jadinya jika bawahan harus seatap dengan atasan yang dijuluki pria gay lantaran tidak pernah mengandeng wanita di usianya yang menginjak angka 30 tahun? "Pak, kita mau kemana...