Dan di sini lah Adelia Seeva berada, di dalam kamar mewah yang di terangi oleh lampu-lampu hias mahal, duduk dengan perasaan was-was tanpa mau beranjak sedikitpun.
Iya, sudah setengah jam Adel berada di posisi ini, menatap pintu, menatap jendela dan mengamati langit-langit kamar, menatap semua isi ruangan yang berwarna putih gading. Mewah.
Baru kali ini Adel masuk ke dalam kamar yang seperti di hotel bintang lima, luas dan sangat terawat. Jelas di lihat dari segi manapun, tempat ini pastinya memiliki harga yang fantastis, lihat semua benda yang ada di sana, satu tempat tidur ukuran sedang, satu lemari panjang yang langsung menyatu dengan dinding dan di sampingnya ada kaca besar, satu meja di ujung jendela yang di lapisi gorden putih yang mengkilat. Di sana juga ada rak buku yang masih kosong.
Oh—bukan hanya itu, beberapa furniture tertata rapi di beberapa dinding, tidak ada hiasan yang mencerminkan bahwa kamar ini adalah kamar laki-laki tapi Adel tahu seseorang yang mengusung konsep kamar ini adalah orang yang tidak suka sesuatu yang berantakan. Semuanya tertata rapi dan Adel tidak menemukan barang-barang berserakan di bawah.
Kamar ini——seperti kamar yang Adelia impikan, luas, megah, bagus.
"Ya Tuhan, kenapa aku ada disini?" gumam Adel tidak percaya seraya menangkup pipinya.
Ini tidak masuk akal, Adel berada di tempat pria yang di elu-elukan seantero Hilton, menginjak lantai putih dengan sepatunya yang butut, mengekor di belakang Mr. Aksa, duduk di samping kemudi, memegang lengannya yang berotot dan yang lebih parah lagi sekarang Adel ada di sini, di apartemen tempat Mr. Aksa berada. Mereka satu atap dan Adel duduk di atas kasur lembut yang tidak pernah dia jajal sebelumnya
Impian gila yang ia bayangkan dan sekarang menjadi kenyataan!
Astaga ... mimpi apa Adel semalam? Kenapa hidupnya berubah drastis seperti ini? Apakah Cinderella itu benar-benar nyata? Tapi tidak mungkin! Mr. Aksa gay, Adelia! Lihat saja, besok pagi Mr. Aksa akan mengusirmu dari sini. Batin Adel gamang.
Tapi tidak mungkin, bukankah sebelum menyerahkan kunci kamar Mr. Aksa berkata. "Buatlah kamu nyaman di sini,"
Itulah sepenggal kalimat yang Mr. Aksa ucapkan sebelum pria itu hilang di ujung lorong, entah pergi kemana tapi Adel tahu atasannya menuju kamarnya sendiri. Bukankah itu artinya Adel akan lama di sini?
Eh?
Maybe....!
Tidak ada raut lembut di wajahnya, tidak ada senyum bahkan wajah ramah, wajah itu datar, tegas, tatapannya dingin tapi masih terlihat tampan, luar biasa.
Ah——ternyata, selain memiliki kharismatik yang kuat, Mr. Aksa juga mempunyai jiwa kepedulian yang tinggi. Tapi ... apakah Mr. Aksa bersikap sama terhadap perempuan lain?
Ok, jangan membayangkan sesuatu dan menuduh berlebihan Adelia! Kamu tidak berhak mengurus hal-hal pribadi pria tersebut.
Adel menoleh ke arah pintu, suara ketukan terdengar. Itu pasti Mr. Aksa bukan?
Astaga ... ingatkan Adel tentang penampilan yang amburadul. Sepatu butut, baju kerja kusut serta wajah berminyak, jangan bilang kalau saat ini wajah Adel sudah seperti nyai ronggeng?
Oh my God!
"Adelia...."
Hening.
"Adelia...."
"Iy—iya, sebentar, Mr."
Adel panik, segera mendekat ke arah cermin dan membenahi penampilannya, ia meringis melihat pantulan tubuhnya, benar bukan? Wajahnya tampak mengerikan sekali, mengkilat tapi bukan karena glowing melainkan karena peluh dan polusi yang menempel. Berdebu pastinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Crazy [ END ]
General FictionArea rawan baper Follow untuk membuat bab yang terkunci . . Bagaimana jadinya jika bawahan harus seatap dengan atasan yang dijuluki pria gay lantaran tidak pernah mengandeng wanita di usianya yang menginjak angka 30 tahun? "Pak, kita mau kemana...