Tandai typo❤
______"Aku lihat-lihat kamu semakin cantik, deh, Del," celetuk Rubi memindai penampilan Adel yang lagi-lagi membuatnya speechless.
"Gila, sih, cantik banget tahu kalau kamu berpenampilan kayak gini," sambungnya masih dengan tatapan kagum.
Adel hanya bergumang seraya menikmati batagor yang di piring, tidak memperdulikan Rubi yang masih senyum-senyum dan juga kadang geleng-geleng kepala.
Aneh.
Mereka tengah menikmati lunch di pojok restoran lantai satu, di sana tempat ternyaman untuk mereka, selain bebas mengobrol juga tidak banyak pengunjung hingga berpotensi menggangu kenyamanan mereka.
"Makan, deh, kamu nggak akan kenyang kalau liatin aku terus, Bi," celetuk Adel cemberut.
Selain malu di puji seperti tadi Adel juga malu jika seseorang menatap lekat ke arahnya, seperti yang Rubi lakukan. Adel jadi salah tingkah meski yang menatapnya seorang perempuan.
"Ish, jangan liatin aku!" tambah Adel sambil menutupi pandangan Rubi dengan nampan nampan kayu kecil.
Bukannya risih, justru Rubi tertawa membuat gadis di depannya semakin gondok.
"Kalau aku jadi cowok pasti sudah naksir, deh, sama kamu," kata Rubi apa adanya.
Bukan apa Rubi berucap demikian, pasalnya beberapa hari ini Adel tampak beda —dalam artian jauh lebih baik, sangat cantik.
Rubi tidak bilang Adel jelek, jelas hal itu mustahil jika di sematkan pada gadis mungil itu, sejak pertama kali mereka bertemu —Rubi sudah terkesima dengan kecantikan alami yang Adel miliki.
Jika dulu fashion Adel sederhana, biasa dan terkesan tidak ada mewah-mewahnya, tapi sekarang? Rubi seperti melihat dua orang dalam diri Adel.
Lihatlah sekarang baju yang Adel pakai, celana kain sebatas mata kaki yang dipadukan dengan blus putih lengan panjang dan di bagian kerah berbentuk wrapped, lalu Adel mengikat rambutnya seperti ekor kuda dan—dia juga menyematkan satu jepitan bunga kecil di sisi kepala.
Demi Tuhan! Di sini Adel sangat cantik! Rubi sendiri bisa pangling dan tidak menyangka kalau dia punya teman secantik Adel. Oh——Crazy.
Rubi meletakkan tangan di dagu dan lagi-lagi memandang Adel dengan kekaguman luar biasa, memusatkan atensi pada Adel seorang seakan hanya gadis itu objek paling indah di dalam restoran.
Kenapa bisa ada manusia secantik Adel, sih? Udah cantik, baik, ramah lagi, oh—jangan lupakan, minusnya Adel hanya cerewet, tapi itu wajar 'kan? Dia perempuan.
"Ck, coba dari dulu penampilan kamu kayak gini, pasti banyak cowok yang naksir, deh," decak Rubi semakin menjadi-jadi.
Dia berkata seperti itu bukan berarti tidak ada cowok yang naksir Adel, Rubi tahu pria yang diam-diam memperhatikan sahabatnya itu.
"Hadeh, mulai lagi, 'kan?" balas Adel menghela nafas membuat Rubi tertawa kecil.
"Tapi beneran, beberapa hari ini aku pangling banget, tahu. Kamu beda."
"Beda dalam artian ——" Adel menjeda sebentar kalimatnya, dia berhenti memakan batagor, menatap Rubi yang tampak menunggu jawaban.
"Baik atau buruk?"
Tak butuh waktu lama untuk berpikir, Rubi pun segera membalas pertanyaan Adel. "Baik, lah, aku kayak ngeliat dua orang, cantik," pujinya yang lagi-lagi membuat Adel melipat bibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Crazy [ END ]
Ficción GeneralArea rawan baper Follow untuk membuat bab yang terkunci . . Bagaimana jadinya jika bawahan harus seatap dengan atasan yang dijuluki pria gay lantaran tidak pernah mengandeng wanita di usianya yang menginjak angka 30 tahun? "Pak, kita mau kemana...